16|| SELESAI SUDAH

13 3 0
                                    

ANALDI STORY 🌻

16|| SELESAI SUDAH

Sahabat adalah musuh paling berat.” Aldi Alfaro

Bel pulang sekolah kini mereka tengah berkumpul di WarBu banyak, Cika yang sendari tadi meminum es nutrisi sarinya, Ale yang sendari tadi melihat kearah jalan, Panjul yang tengah membalas chat chat cewe Dhaja, Reza tengah melamun entah apa, Distra duduk sembari mengeluarkan napasnya yang sudah belasan kali di dengar, dan Ana yang tengah menunggu dua orang datang. “Lama banget sih.” Ujar Reza kesal. “Berak kali ga ada air.” Balas Panjul melawak namun garing. “Ha ha ha, lucu kali bapak Samsul.” Cika dengan nada mengejek. “Saratus lima puluh satu.” Ujar Ale menghitung siapa saja yang lewat di jalan, dan Daffa dan Aldi datang langsung duduk membuat semuanya menatap kedua orang itu. “Lama kali kau ini.” Panjul dengan gaya khas Batak. “Lo denger ini rencananya—.” Ujar Aldi mulai rencana

Sesuai dengan rencana Cika sudah stay by di tempat dan tak lama Silvi datang masih dengan memakai seragam sekolahnya. “Akhirnya Lo ngebales DM gw.” Ucap Silvi bangga, sedangkan Cika hanya tersenyum sebentar Silvi duduk lalu memesan minuman, Ana datang ke kafe itu membuat Silvi langsung melihatnya dengan raut kaget, Cika melihat raut muka Silvi membuat Cika tersenyum remeh sebentar. “Lo kenapa?Lo kenal sama anak itu???” Tanya Cika sok polos, Silvi tersadar membuatnya menatap Cika. “Ah engga gw ga kenal.” Balas Silvi. “Yakin ga ada masalah sama si Ana???” Tanya Cika membuat Silvi kaget. “Lo Lo tau Ana???” Tanya Silvi terbata bata. “Siapa yang ga kenal sih sama dia.” Balas Cika membuat Ana mendekat ke arah mereka tentunya Silvi makin kaget dong. “Lo.” Tunjuk Silvi. “Ka ka kalian ngejebak gw???” Tanya Silvi menunjuk ke Ana lalu ke Distra, namun Cika langsung menepis tangan Silvi. “Ga usah pake tunjuk tunjuk kali.” Balas Cika. “Kalo iya emang kenapa???” Tanya Jeremi datang dirinya sudah sadar. “Je Jeremi.” Ucap Silvi semakin kalang kabut, Aldi keluar dari persembunyiannya karna melihat Jeremi tiba tiba saja datang. “Jeremi.” Ana juga kaget, Aldi mendekat ke arah mereka membuat Silvi semakin terpojok. “Lo kan yang buat gw kecelakaan dan koma dirumah sakit.” Ucap Jeremi meninggikan suaranya membuat Reza menghalanginya dengan tangan lurus menghalangi Jeremi hendak berjalan.

“Ga usah.” Jeremi menepiskan tangan Reza membuat semua anggota inti NBC melihat kearahnya. “Apa maksud Lo hah bikin gw celaka???” Tanya Jeremi emosi untungnya cafe yang Aldi pilih itu di luar ruangan dan sangat sepi karna Aldi sudah membooking cafe tersebut. “Stop ga usah bentak Silvi.” Balas Ana membuat Silvi menatap kearah Ana. “Ga usah bantuin gw.” Tolak Silvi mentah mentah. “Lo—.” Ana menunjuk ke arah Silvi. “Iya gw yang bikin Lo dan semua cowo yang Deket sama Lo cekala.” Balas Silvi membuat Ana kaget. “Tapi kenapa???” Tanya Ana masih belum paham, Silvi terkekeh lalu melipatkan kedua tangannya di dada. “Lo tanya kenapa? Karna Lo itu udah rebut semua kebahagiaan gw.” Bentak Silvi. “Lo yang udah ngerebut cowo yang gw suka, tapi gw maafin itu dan gw relain itu buat lo.” Lanjut Silvi. “Tapi kok Lo makin lama makin ngelunjak gitu setiap cowo yang gw suka itu selalu Lo yang dapet, kenapa? Kenapa dunia itu ga adil sama orang kaya gw, kenapa disaat gw ingin bahagia kebahagiaan itu dihancurkan oleh sahabat gw sendiri.” Silvi membuat semuanya terdiam.

“Gw udah berkorban perasaan buat sahabat gw tapi apa balasannya? Dan lebih fatalnya sahabat gw diam diam main gila dibelakang gw.” Lanjut Silvi. “Gw ga gitu Lo salah paham yang kejadian di mall itu bukan apa yang Lo pikir.” Bantah Ana. “Stop, I hate those words apa yang harus gw percaya sama Lo hah???” Tanya Silvi. “Emang ya semuanya fake entah itu keluarga, teman maupun percintaan, gw selalu saja gagal.” Silvi di ambang kehancuran. “Kalian berpikir kalo si Ana perlu di kasihani oh no he was pitied too much sampai sampai kalian ga tau kalo dialah dalang dari semua cerita ini, kalian pikir Ana lah sebagai korban dari masalah ini padahal dia pelakunya dan gw korbannya.” Silvi membuat semuanya binggung. “Masalah ga akan datang kalo bukan kita sendiri yang buat.” . Silvi panjang lebar. “Setidaknya Lo ga usah ngebalas dengan cara ini, cara Lo yang salah, kalo si Ana salah tuh tegur kasih tau.” Balas Aldi

“Emang ya hidup Lo tuh enak Mulu, mau Lo salah aja masih banyak yang dukung, apalah kalo Lo bener.” Silvi iri dengan apa yang Ana punya. “Lo nya aja yang ga pernah liat orang dibelakang Lo bahkan kalo sampai detik ini si Ana masih dukung lo, dia bilang ke  gw kalo Lo bukan pelaku dan dia nentang itu banget kalo Lo bukan pelakunya, Lo aja yang ga sadar banyak orang yang ngedukung lo.” Aldi sangat pintar sekali dalam hal yang berbau debat. “Iya emang gw ga pernah liat ke belakang, gw ga sadar sampai sampai gw berambisi buat nyelakain temen gw sendiri, emang gw bodoh, tapi gw kaya gini itu ada alasannya.” Silvi masih saja. “Lo bisa ga sih maafin temen Lo ini, selesai kan.” Sahut Cika malas sekali orang yang berdrama. “Kalo gw maafin udah dari dulu gw coba tapi setiap gw mau maafin dia, tapi dia malah nyakitin gw.” Silvi masih membekas rasa sakitnya. “Terus kenapa Lo ga bilang kalo Lo suka sama cowo, dan mungkin si Ana ga bakalan deket dia bakalan jaga jarak.” Ujar Cika. “Karna setiap gw mau bicara jujur kalo gw suka sama cowo dan mereka udah deket, gw udah relain, gw udah bunuh perasaan itu dan gw coba bangkit, gw udah mulai suka sama cowo lain tapi kenapa di setiap gw suka sama cowo, cowo itu malah Deket sama temen gw, bayangin aja Lo ada di posisi gw antara ngorbanin perasaan apa memutuskan perusahaan.”

“Lho ga sepenuhnya salah Ana dong yang salah itu cowo.” Balas Cika. “Iya bukan sepenuhnya salah Ana gw tau—.” Silvi terhenti saat Ana langsung berkata. “Gw mau minta maaf sama Lo, gw pernah jahat sama Lo, gw pernah bikin sakit hati Lo, gw disini cuman mau bilang kalo gw manusia gw juga pasti punya salah, pasti punya dosa yang ga gw sadari, tapi gw mau minta maaf sebesar besarnya sama Lo, gw emang jahat, gw jahat.” Ana tersendat menahan air matanya lalu memukul mukul dirinya membuat Aldi langsung menjauhkan tangan Ana dan langsung memeluknya membuat semuanya kaget. “Gw bakalan maafin asalkan cowo Lo itu buat gw.” Silvi sangat egois. “Woy ga bisa gitu.” Tolak Reza. “Egois ya lo.” Cika juga memaki. “Cewe ga tau diri.” Ale juga kesal. “Fake.” Distra juga. “Kalian tenang aja sebelum si Silvi ngambil si Aldi gw bakalan masukin dia dulu ke penjara.” Balas Jeremi dan polisi langsung datang membekuk Silvi.

Aldi melepaskan pelukannya. “Udah jangan nangis.” Aldi menghapus air matanya, lalu menatap semuanya. “Makasih ya semuanya.” Ujar Ana membuat Cika dan Distra mengangguk. “Jul, Za, Le, Daff.” Lanjut Ana membuat keempat cowo itu mengangguk. “Jer.” Ana mendekat ke Jeremi membuat Jeremi mengangguk. “Udah lama gw ga liat Lo lagi.“ Jeremi membuat Ana langsung mengangguk dan langsung memeluknya. “Sabar ya.” Panjul mengelus elus punggung Aldi. “Woy woy woy udah woy.” Reza membuat mereka melepaskan pelukannya. Dan kini kasus permasalahan Ana selesai membuat Ana bernapas lega kini tak ada lagi beban di pundaknya, Ana tengah berkumpul dengan Cika dan Distra untuk merayakan kebebasan masalah Ana, dan untuk anak Inti mereka memuaskan untuk tak ikut, mereka hanya setengah jam saja karna waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima membuat Ana pulang dengan mobilnya namun sialnya di pertigaan hendak ke arah pulang Ana di berhentikan oleh petugas baju abu abu yaitu pak polisi.

Ana menurunkan kaca mobilnya lalu melihat kearah pak polisi. “Maaf ada apa ya???” Tanya Ana masih belum paham. “Selamat sore, maaf bisa keluar.” Ujar Pak Polisi membuat Ana keluar. “Ada apa ya???” Tanya Ana sedikit gementar. “Adek sudah melewati batas kecepatan di pertigaan ini.” Pak Polisi memperlihatkan rambu lalu lintas membuat Ana menggigit bibir bawahnya. “Bisa keluarkan surat suratnya.” Ujar Papol membuat Ana kelabakan. “Hmm gini ya pak posisi rumah saya tuh deket jadi ga bawa surat surat.” Balas Ana. “Kalo begitu ikut saya ke kantor polisi.” Titah Pakpol.

Votenya.....

Follow Ig: Loll_a124
Akun wp: Lola Amalia

ANALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang