Chapter 20

211 28 18
                                    

Sudah satu minggu lamanya mereka berdua tinggal di rumah orangtua Qabila. Sebenarnya mereka tidak enak lama-lama menginap disini cuma mau bagaimana lagi Rahma- ibu Qabila selalu melarang mereka untuk pulang ke rumah mereka sendiri.

Dengan alasan 'masih kangen', 'jangan pulang, besok saja' , 'kasihan Aqlan masih lelah jangan disuruh nyetir mobil dulu'. Berbagai alasan yang dilontarkan oleh ibu mertuanya.

Tetapi Aqlan paham maksud dari semua itu. Bahwa Rahma masih ingin bersama putrinya, maka dari itu ia juga ikut melarang Qabila untuk pulang terburu-buru.

Beda dengan Ilham- ayah Qabila, ia selalu mengusir secara halus anak dan menantunya. Karena selama Aqlan ada dirumah ini ada saja sikapnya yang membuat Ilham jengkel dan sedikit agak jengah.

Ya begitulah kalau tinggal satu rumah dengan Aqlan. Harus siap mental. Bukan bagaimana Aqlan terlalu humoris jadi terkadang lupa dengan situasi.

"Nak, ayo sarapan! Sudah ibu siapkan," seru Rahma dari bawah sana.

"Iya bu. Sebentar," jawab Qabila dari dalam kamarnya.

"Ayo mas, sarapan gak enak ibu dan ayah a sudah menunggu," ajak Qabila.

Aqlan masih bergeming saja. Dan ia kembali menarik selimutnya.

"Ih, mas ayo!" Qabila terus menggoyang-goyangkan tubuh Aqlan dengan kencang agar ia terbangun.

Bukan terbangun Aqlan malah menarik tangan Qabila agar ia jatuh didekapannya. Qabila mencoba untuk melepaskan pelukannya, namun tenaganya masih kalah dengan tenaga Aqlan. Bukannya lepas malah semakin erat.

"Biarkan seperti ini dulu. Selama di Maldives aku tidak pernah merasakan sikapmu yang hangat. Aku rindu Qabila yang penyayang itu," ucap Aqlan sembari mengelus kepala Qabila.

"Jangankan mau mesra-mesraan, mas saja dekat sama perempuan lain!" ketus Qabila sambil menjauhkan tubuhnya dari Aqlan.

Aqlan sadar Qabila sedang cemburu dan kesal. Mengingat kejadian waktu itu, ia juga tidak menyangka kalau dirinya akan bertemu dengan Raisya.

Sudah bertahun-tahun ia lost contact dan tidak pernah bertemu lagi dengannya.

☆☆☆☆

Hari pun sudah berganti siang, posisi mentari pun sudah tepat diatas kepala dan sinarnya begitu terik.

Panasnya sinar matahari itu sama dengan panasnya hati Qabila. Padahal kejadian itu sudah berhari-hari terjadi namun pikirannya tidak bisa jernih ketika mengingat itu.

"Bil? Kamu masih marah sama mas?"

Qabila masih terdiam.

Ia sengaja dari tadi hanya terdiam dan cemberut ketika diajak bicara oleh Aqlan. Sebenarnya tidak terlalu marah ia cuma kesel karena Aqlan tidak jujur tentang masa lalunya.

Dan sebenarnya siapa Raisya itu?

"Ya sudah aku akan cerita tentang Raisya. Jadi begini dulu aku dan Raisya saling mencintai satu sama lain. Tapi tiba-tiba dia dijodohkan dengan Revan temanmu itu, sebenarnya Raisya tidak ingin bertunangan dengan Revan namun orangtuanya memaksa. Lalu pas hari H-nya Raisya kabur menemui aku disebuah restoran,"

Flashback on.

Raisya berlari terburu-buru menuju restoran Bintara yang letaknya tak jauh dari rumahnya.

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang