Chapter 36

71 9 14
                                    

"Nak, usia kandunganmu berapa?" tanya Ilham sembari menarik kursi.

.

"Alhamdulillah yah, sudah masuk bulan ke-lima,"

"Wah, cepat sekali ya. Nggak nyangka ayah akan jadi kakek," cicit Ilham.

"Wajar kali yah. Ayah 'kan sudah tua, sudah ubanan juga. Sudah pantas dipanggil kakek," celetuk Aqlan dengan santainya.

Ilham langsung mendelik kearah Aqlan. Tatapannya berubah seperti devil. Sedangkan Aqlan hanya menanggapinya dengan santai.

"Mulut mu seperti cabai setan," cibir Ilham.

"Pedas sekali!" sambungnya lagi.

"Maafkan aku ayah," Aqlan berlakon sembari bersimpuh dihadapan sang mertua.

"Ck. Tidak usah akting!"

"Ayah," kali ini Qabila bersuara, dan mereka berdua tidak melanjutkan aksinya.

"Tau nih kalian berdua tidak ada henti-hentinya berdebat," timpal Rahma yang ikutan kesal.

"Maaf," ucap Aqlan dan Ilham bersamaan.

Ilham kembali melirik sinis Aqlan.

"Dasar menantu tidak tau diri!"

"Dasar mertua rese!"

Umpat mereka berdua dalam hati.

.

"Hoaam,"

"Ck. Dasar pemalas!"

"Suka-suka gue! Sekarang weekend gue mau jadi nyonya hari ini, lagipula kita lagi diluar kota bebas dong mau ngapain?"

Revan berubah pikiran saat ingin pergi ke bandara. Sebelumnya memang ia amat melarang kalau Raisya ikut dengannya, namun pikirannya resah karena ia takut terjadi apa-apa dan ia juga takut kalau Raisya berulah lagi.

Maka dari itu, Revan memilih mengajaknya ikut pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaannya. Mereka satu kamar tapi beda ranjang, Raisya tidur ditempat tidur dan Revan tidur disofa. Bukan karena mengirit uang, tetapi kalau Raisya jauh dari pengawasannya takutnya ia kabur diam-diam.

Dan Revan sudah mengatur rencana untuk melamar Raisya dalam waktu dekat ini. Agar hubungannya dengan Raisya menjadi resmi, jujur saja Revan sudah lelah dengan hal-hal tidak jelas.

Mereka dekat tetapi tidak ada hubungan apapun lalu perlahan menjauh. Sama saja seperti cinta bertepuk sebelah tangan kemudian dighosting. Sakit 'kan.

"Udah cepetan siap-siap. Nanti kita mau belanja kebutuhan untuk tiga belas hari kedepan,"

"Hm,"

.

Hari ini adalah jadwal Qabila cek kandungan, hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh Aqlan dari jauh-jauh hari. Pastinya ia akan mengantar dan menemani Qabila nanti.

"Mas nanti jam sembilan kita ke rumah sakit ya. Aku udah bikin janji kok sama dokternya,"

Aqlan mendekati Qabila dan perlahan memeluknya dari belakang. "Ngapain pake janji segala hm? Tidak mungkin istri dari seorang Aqlan Harith Ridauddin ditolak oleh pihak rumah sakit? Berani sekali dia kalau sampai menolak kamu,"

Cup

"Ya sudah kamu siap-siap. Sebentar lagi mau jam sembilan, aku juga mau panasin mobil dulu,"

Qabila mengangguk semangat.

Beruntung sekali bukan memiliki suami seperti Aqlan, ya walaupun terkadang sikap yang konyol suka bikin jengkel. Tetapi disisi lain Aqlan adalah suami serta calon ayah yang baik dan perhatian. Tidak salah Qabila menerima Aqlan sebagai pendamping hidupnya.

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang