Chapter 40

96 12 16
                                    

"Kamu cocok jadi asisten rumah tangga ku bersama Aqlan nanti. Aku ingin menikah dengan Aqlan tak apa meskipun aku menjadi yang kedua yang penting semua kasih sayang Aqlan semuanya untukku," sambungnya.

.

Prang!

"RAISYA!"

Nampak yang terbuat dari aluminium itu jatuh bersamaan dengan teriakan dari seorang laki-laki yang keberadaannya diambang pintu.

Gelas yang tadinya ada digenggaman tangan Raisya kini sudah hancur berkeping-keping dilantai. "R-revan?"

"Gue kira ucapan lo yang kemarin itu serius dari dalam lubuk hati lo. Tapi kenyataannya berbanding terbalik, lo masih cinta sama Aqlan yang sudah beristri dan sebentar lagi mempunyai anak. Apa semua yang gue berikan ke lo tidak cukup? Harta, hati gue, dan yang lain-lain. Gue ngelakuin itu semua hanya buat lo Sya. Tapi kenapa balasannya untuk gue seperti ini? Kalau lo masih ada rasa dengan Aqlan, kita akhiri saja pertunangan kita dan lo... lo silahkan kembali ke Maldives besok."

Baru saja Aqlan ingin memisahkan mereka tetapi Revan sudah pergi dari sana. Tidak ada yang mencegahnya, perkataan Revan benar. Ia sudah berusaha semampunya agar Raisya jatuh cinta lagi kepadanya, tapi apalah daya cintanya bertepuk sebelah tangan lagi.

Sedangkan Qabila, ia syok sekali ketika Raisya berucap kalimat yang terkutuk seperti tadi. Impiannya dan janji kepada dirinya sendiri adalah ia menikah hanya satu kali seumur hidup bersama orang yang ia cintai dan mencintai dirinya.

Ia takut kehilangan Aqlan. Aqlan adalah suami yang baik, suami yang selalu siaga, suami yang selalu menyayanginya, suami yang bertanggung jawab atas dirinya. Bagaimana jadinya kalau ada seseorang yang mengambil Aqlan darinya?

Raisya menggeleng pelan ketika Revan mengusirnya. Lalu ia beranjak dan berlari menyusul Revan yang entah pergi kemana. "REVAN TUNGGU!"

Setelah mereka pergi, Aqlan masuk kedalam kemudian langsung membawa Qabila salam dekapannya, seratus persen ia yakin, kalau Qabila memikirkan perkataan asal Raisya tadi.

Tidak. Istrinya tidak boleh banyak pikiran apalagi sampai stres. Sebisa mungkin Aqlan menghibur dan menenangkan Qabila lagi.

"Sudah sayang jangan dipikirkan lagi. Mau ada perempuan gimana pun, hati aku hanya untuk kamu. Aku nggak akan pergi dari kamu, kecuali maut menjemputku."

Qabila semakin terisak didalam delapan Aqlan, ia benci dengan perpisahan tetapi mengapa Aqlan terus membahas itu? Qabila hanya ingin menjadi hidup bahagia dengan suami dan anaknya. Itu sudah lebih dari cukup.

.

Malam hari pun telah tiba.

Aqlan sengaja mengajak Qabila untuk menikmati suasana malam yang indah hari ini, mereka duduk berdua dihalaman rumahnya sambil memandang bulan dan bintang diatas langit.

Ia sengaja melakukan hal romantis ini, karena Aqlan tidak ingin kehilangan kepercayaan dari Qabila, lagipula ia sudah tidak memiliki hubungan apapun dengan wanita lain atau Raisya. Hanya saja perempuan itu selalu menghantui dirinya.

"Mas, lihat deh bintang yang ada disebelah sana cahayanya paling bersinar diantara bintang yang lain." ucap Qabila kagum.

"Hem? Mana coba aku lihat." Aqlan pun ikut melihat kearah bintang yang paling terang itu. Kemudian Aqlan kembali menunduk dan memandang wajah Qabila. "Menurut aku tidak, bintang itu masih kalah terang sama salah satu bintang yang ada disini."

"Masa iya?" karena Qabila tidak percaya, ja mencari-cari bintang yang paling terang diatas sana, namun nihil. Hanya bintang itulah yang paling terang. Apakah mata Aalan bermasalah?

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang