10. Tahap seleksi

299 150 29
                                    

Sebuah tempat yang sedang ramai dan penuh akibat banyaknya kerumunan orang-orang sedang mengantri pesanan makan siang.

Qabila sedikit kerepotan menghadapi banyaknya orang yang datang ke restorannya tetapi ia sangat bersyukur rezekinya setiap hari mengalir dengan lancar. Alhamdulillah.

Hari ini Shinta tidak masuk kerja karena sakit jadi yang menggantikannya adalah Raihan. Biasanya Qabila dan Shinta berkolaborasi untuk melayani pelanggan-pelanggan yang datang, tetapi hari ini tidak Qabila berkolaborasi dengan Raihan.

Sangat gesit dan cepat Raihan melayani pelanggan-pelanggan itu seolah-olah sudah sangat berpengalaman dalam hal ini.

"Bu? Ini sudah masuk jam makan siang sebaiknya ibu sholat lalu makan dulu. Takutnya kondisi ibu drop," ujar Raihan disela-sela kesibukan yang tengah dialami Qabila dan Raihan.

"Kasihan mas sendirian ngelayanin pelanggan yang lagi banyak-banyaknya seperti ini,"

"Tapi bu-"

"Suttt. Sudah ya? ngga apa-apa kita kerjain sama-sama," sahut Qabila.

"Terimakasih bu,"

"Saya yang harusnya berterima kasih sama mas Raihan. Sudah kerja keras,"

"Sudah tugas saya sebagai pegawai di restoran bu Qabila,"

Qabila hanya tersenyum. Lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam,"

"Wa'alaikumsalam,"

"Loh apa-apaan ini? Kenapa Raihan dekat-dekat sama kamu?" baru juga datang Aqlan sudah emosi.

Karena emosi plus cemburu yang sudah tingkat dewa Aqlan menarik kasar Raihan agar menjauh dari Qabila.

"Lu gila Lan? Sakit tangan gw nih,"

"Salah lu. Ngapain dekat-dekat dengan Qabila?"

"Dia lagi bantu saya mas! Gak lihat pelanggan segitu banyaknya!" melihat Qabila ngomel seperti itu Aqlan hanya terdiam.

"Gw mau lanjut kerjaan dulu. Silahkan tunggu dikursi kosong sebelah sana," perintahnya sambil menunjuk kursi kosong yang terletak dibelakang.

"Cih. Belaga sekali anda,"

Raihan hanya menyunggingkan senyum liciknya tanpa menggubris perkataan Aqlan tadi. Sedangkan Qabila hanya terfokus kekerjaannya.

☆☆☆☆

Dimeja yang berukuran bundar dengan diameter kurang lebih 90 cm yang dihuni oleh 3 orang, yang saling berdiam-diaman hanya saling bertatap-tatapan sinis, terutama Aqlan dan Raihan seperti bertemu dengan musuh bebuyutan yang mempunyai dendam lama.

"Kalian kenapa sih?" tanya Qabila yang membuyarkan tatapan sinis mereka.

"Dia duluan,"

"Dia duluan,"

"Ih kalian tuh kayak anak kecil tau gak! Mainnya tunjuk-tunjukkan. Kalian sudah sama-sama dewasa harusnya ngaku lah siapa yang merasa bersalah,"

"Saya tidak merasa bersalah. Harusnya dia lah yang ngaku kesalahannya dimana,"

"Lah apa-apaan lu. Ada juga salah lu lah baru juga datang langsung narik-narik gw. Emang gw gerobak rongsokan apa ditarik-tarik kayak gitu,"

"Lu yang deketin Qabila tadi. Masih gak mau ngaku lagi kesalahan lu dimana," Aqlan masih kekeh dengan pendiriannya.

"Disini gw kerja! Gw digaji! Jadi wajar lah kalo gw bantu Bu Qabila,"

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang