7. Tukang ngatur

370 155 27
                                    

Pagi yang cerah, mentari yang sudah menampakan dirinya dilangit cahayanya yang terang benderang dan memperlihatkan keindahannya semua orang pun sedang bersiap beraktivitas di pagi ini termasuk Qabila, jam sudah menunjukkan pukul 07.00 artinya sebentar lagi ia akan pergi ke restorannya.

Yap, Qabila sudah siap dengan semuanya dan sekarang ia akan berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk pergi ke restorannya.

"Assalamu'alaikum ayah, ibu," sapanya dengan semangat.

"Wa'alaikumsalam," jawab kedua orangtuanya.

"Kayaknya hari ini kamu semangat sekali ada apa? Mau ketemu sama pacar ya," ledek Ilham.

"Ih ayah apaan si Qabila belum punya pacar, lagian Qabila ngga mau pacaran. Kalau laki-laki itu serius dengan Qabila bukan ngajak pacaran lagi dong tapi langsung ngajak nikah," ucapnya santai.

"Tapi kan butuh perkenalan sayang," sahut Rahma.

"Ih kok jadi ngomongin ginian sih. Ya udah Qabila pamit ya yah, bu, Assalamu'alaikum," pamitnya sekaligus menghindar dari percakapan tentang 'pernikahan' tadi.

"Wa'alaikumsalam hati-hati dijalan ya sayang semoga restorannya lancar," ucap Rahma.

"Iya bu aamiin,"

Lalu Qabila menyalami punggung tangan kedua orangtuanya dan langsung pergi kehalaman untuk memanaskan mobilnya terlebih dahulu baru berangkat ke restorannya.

☆☆☆☆

Entah kenapa ia menjadi kepikiran sama omongannya sendiri tadi yang mengatakan...

"Ih ayah apaan si Qabila belum punya pacar, lagian Qabila ngga mau pacaran. Kalau laki-laki itu serius dengan Qabila bukan ngajak pacaran lagi dong tapi langsung ngajak nikah,"

Sebenarnya ia berbicara seperti itu secara reflek, agar ayah dan ibunya tidak membicarakan tentang pernikahan lagi.

"Ah sudahlah tidak usah dipikirkan sekarang fokus kerja dulu, membahagiakan ayah dan ibu baru mencari calon suami yang cocok untukku," batin Qabila.

Kalau dipikir-pikir lagi tanpa mencari calon suami pun Qabila sudah ketemu dengan orang yang tulus, serius, dan selalu menunggu cintanya terbalas oleh Qabila.

Karena saking kepikiran dengan omongannya tadi Qabila sampai tidak sadar kalau dirinya sudah sampai didepan restorannya.

"Astagfirullah sadar Bil," Qabila berusaha menyadarkan dirinya agar bisa fokus kepekerjaaannya.

"Assalamu'alaikum," sambil mengucapkan salam perlahan ia masuk kedalam restorannya.

"Wa'alaikumsalam," dijawabnya salam dari Qabila.

Qabila bingung padahal parkiran masih sepi, Shinta juga belum datang tapi kenapa didalam restoran ini ada orang?

Ia mendengar suara langkah seseorang dengan sigap ia mengambil sebuah kater yang berada diatas meja kasir. Qabila pun terus mengucapkan istighfar dan menyebut nama Allah agar selalu dikunci oleh-Nya. Suara itu semakin dekat tubuh Qabila sudah gemetar keringatnya bercucuran menahan rasa takut.

Tiba-tiba dibelakang Qabila ada seseorang yang tengah berdiri lalu mengejutkan Qabila.

"Dar," ucap seseorang itu.

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang