Chapter 33

84 12 13
                                    

Seperti yang tadi siang Aqlan rencanakan bahwa ia akan berbicara mengenai tugasnya di luar kota nanti bersama Revan. Apakah Aqlan mengizinkan Qabila ikut bersamanya atau hanya Revan dan Dani yang pergi ke sana.

Semua keputusan ada ditangan Aqlan.

"Sayang! Sini deh mas mau ngomong sesuatu," pekik Aqlan dari kamar.

Suaranya itu selalu mengelegar ketika teriak memanggil Qabila dengan sebutan 'sayang'.

"Iya mas, sebentar!" Qabila pun tak mau kalah ia menjawab sambil berteriak dari dapur.

Kebetulan sarapan pagi ini sudah siap semua, dengan semangat yang membara Qabila meletakkan semua sarapan itu diatas nampan alumunium yang berwarna kelabu. Berjalan dengan irama serta alunan suara kecil yang menyertainya.

Alunan suara itu berasal dari Qabila sendiri. Walaupun suara tidak bagus, tetapi Qabila hobi sekali berjalan sembari bernyanyi-nyanyi kecil dengan langkah yang mengikuti irama suaranya. Itulah kebiasaannya sekarang. Kebiasaan yang baru dan bermanfaat bagi dirinya sendiri.

"Mas, tolong buka lebih lebar pintunya," pinta Qabila. Tentu saja ia kerepotan membawa nampan yang ukurannya medium.

"Iya sebentar," lalu Aqlan beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamarnya agar lebih lebar lagi.

"Nah kan kalau begini enak, jadi lebih leluasa," gimana Qabila.

"Oh iya tadi mas mau ngomong apa? Kayaknya penting banget ya?" tanya Aqlan penasaran.

"Taruh dulu nampannya. Kalau kamu kaget nanti semua makanan itu akan jatuh," ucapan Aqlan membuat Qabila tambah penasaran.

"Maksud mas apa sih?"

"Ikuti apa kata mas,"

Baiklah. Akhirnya Qabila mau meletakkan nampan yang ia pegang diatas meja dikamarnya. "Sudah. Sekarang mas mau ngomong apa?"

Aqlan menepuk tempat tidurnya mengisyaratkan Qabila agar duduk disebelahnya. Qabila kembali menurut dan duduk disamping Aqlan.

"Nah sudah. Sekarang mau ngomong apa?"

"Aku mau pergi ke luar kota,"

Qabila bergeming. 

Aqlan sangat menyukai ekspresi istrinya disaat sedang memikirkan sesuatu dan pada akhirnya ia akan merengek tidak mengizinkan dirinya pergi kemana-mana. Tapi....

"Ya sudah pergi saja. Enak malah nggak ada mas Aqlan, nggak ada yang bikin aku kesel,"

Jawaban Qabila diluar ekspetasi Aqlan tadi. Biasanya Qabila begitu manja ketika tau kalau Aqlan ingin pergi jauh darinya tetapi kali ini berbeda. Entah jin apa yang sudah merasuki Qabila sehingga tidak peduli kalau Aqlan ingin pergi ke luar kota.

Wajah Aqlan pun berubah.

Aqlan beranjak dari sana dan mengambil segelas susu yang sudah dibuatkan Qabila tadi. Qabila sendiri juga bingung kenapa tiba-tiba Aqlan pergi.

"Loh? Mas mau kemana?"

"Tidak tau,"

Aqlan merajuk?

"Hm?"

Qabila membiarkan saja Aqlan mau pergi kemana. Dia juga tidak akan jauh-jauh paling juga keteras rumahnya, jadi ya biarkan saja. Mungkin pikirannya sedang tidak beres.

"Ya sudah lah. Lebih baik aku sarapan terus beres-beres rumah," gumamnya sendiri.

Beda lagi dengan Aqlan.

"Kok tumben ya? Qabila tidak marah atau apa, atau jangan-jangan dia masih marah gara-gara masalah kemarin? Tapi 'kan, gue sama dia udah sama-sama minta maaf. Masa iya dia masih kesel?"

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang