Chapter 32

91 16 18
                                    

Dua hari selepas kejadian itu. Qabila hanya bisa diam membisu menahan rasa sakitnya. Diam-diam air mata Qabila mengalir terus-menerus, ia tidak di rumah saat ini. Setelah dari rumah sakit Qabila memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya.

Ponselnya pun sengaja tidak diaktifkan agar Aqlan tidak mengetahui keberadaannya sekarang, sebelumnya Qabila sudah berpesan kepada kedua orangtuanya agar merahasiakan keberadaannya saat ini.

Qabila ingin menyendiri sejenak, ia tidak ingin melihat wajah Aqlan. Ia benci melihat kejadian kemarin di rumah sakit. Ia mengira Aqlan akan selalu menjaga perasaannya tetapi ternyata laki-laki sama saja. Qabila rela dan ikhlas datang ke rumah sakit sendiri tanpa ditemani olehnya tetapi Aqlan sudah membohongi Qabila hari itu.

Aqlan pergi bersama wanita lain dibelakangnya. Sejahat itu kah Aqlan?

Hatinya sangat tidak terima dengan kehadiran wanita itu. Rasanya ingin sekali Qabila menghabisi wanita itu dan pergi dari kehidupan Aqlan.

"Yah, dimana Qabila? Pasti ayah tau. Ayah jangan bohongin saya,"

"Harusnya kamu yang lebih tau dimana keberadaan Qabila saat ini. Kamu kan suaminya dan tinggal serumah dengannya," ucap Ilham yang tak mau kalah.

"Bu, beritahu saya dimana Qabila?" netra cokelat Aqlan sudah berkaca-kaca.

"Ibu tidak tau, nak," Rahma pun sama dengan Ilham.

"Sebenarnya kalian ada masalah apa sih? Kenapa Qabila bisa kabur dari rumah dengan kondisinya yang sedang hamil sekarang?" pertanyaan Ilham cukup menohok dihati Aqlan.

Aqlan berhenti menangis sejenak dan memikirkan apa yang terjadi dua hari lalu.

Tapi seingatnya tidak terjadi apa-apa.

"Tidak ada masalah apapun yah," ungkapnya.

"Coba kamu ingat-ingat lagi Lan," kata Ilham.

Oke, Aqlan mencoba berpikir keras.

Dan.......

Aqlan langsung menepuk keningnya pelan.

"Astaghfirullah ini salah paham,"

"Maksud kamu?" tanya Ilham penasaran.

"Iya jadi gini yah, kemarin 'kan saya mau pergi ke rumah sakit tempat Qabila periksa kehamilan. Lalu didalam perjalanan saya tidak sengaja menabrak pengendara motor, perempuan sih. Tapi saya tidak selingkuh yah. Saya niat mau tanggung jawab saja, bukan bermaksud apa-apa dan saya sengaja membawa perempuan itu ke rumah sakit yang sama karena saya pikir setelah mengobati perempuan itu saya mau ketemu Qabila, tapi Qabila keburu marah duluan. Ayah percaya 'kan sama saya?" jelas Aqlan.

Ilham mangut-mangut.

Ilham akan jelaskan semua ini kepada anaknya. Agar salah paham ini tidak berkepanjangan. Jujur saja memang dari awal Ilham tidak yakin dengan penuturan Qabila yang bilangnya kalau Aqlan selingkuh. Karena selama ini Ilham tidak pernah lihat Aqlan bermain-main dengan anaknya.

Karena lagi hamil, jadi Ilham hanya mengiyakan saja ucapan Qabila. Kalau tidak begitu pasti Qabila akan marah lebih besar lagi.

"Ya sudah sebentar, saya panggil Qabila dulu," titah Ilham. Kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"Tuh kan ayah boh–"

"Bisa diam tidak?!" gertak Ilham.

Aqlan akhirnya diam kemudian menundukkan pandangannya. Rahma melihat tingkah laku Aqlan seperti anak kecil yang habis diomelin hanya terkekeh pelan. Lalu Rahma mempersilahkan Aqlan duduk dan ia meninggalkan Aqlan sendirian disana.

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang