Chapter 41

94 12 10
                                    

Hari itu memang sangat menegangkan dan sasaran Revan pun tepat. Raisya sedang berada disana, sewaktu Revan dan juga Aqlan menangkap basah Raisya untunglah ia sedang tidur, jadi Raisya tidak bisa berbuat yang aneh-aneh.

Tepat saat mereka meringkus Raisya, pihak kepolisian pun datang untuk menjemput si pelaku yaitu Raisya. Memang sangat cepat mereka beraksi.

Dan saat itu juga Raisya ditetapkan sebagai tersangka. Pihak kepolisian pun langsung membawa Raisya ke kantor polisi untuk dihakimi. Sedikit tenang perasaan Aqlan dan Revan karena kelakuan Raisya sudah terbongkar semua.

"Terimakasih banyak pak. Berkat keberanian kalian berdua, tersangka sudah bisa diamankan." ucap salah satu polisi itu.

"Kamu juga berterimakasih bapak sudah membantu masalah ini, untuk lebih lanjutnya saya ikut dengan bapak atau bagaimana?" tanya Revan.

"Untuk itu biar kami yang akan menghubungi bapak nanti."

"Baik pak. Saya akan tunggu panggilan itu." tegasnya.

"Kalau begitu kami permisi pak."

Aqlan dan Revan mengangguk.

"Baik pak." ucap Revan lagi.

Semua polisi pun pergi membawa Raisya ke kantor untuk memberikan sanksi kepadanya. Dan seketika hati Revan lega, mungkin karena kejadian ini Raisya jadi jera.

Sebenarnya Revan juga sudah lelah menanggapi Raisya yang selalu saja membawa masalah dihidupnya, sialnya cinta itu tidak buru-buru pergi dari hati Revan.

.

"Woi bumil. Makin seksi aja lo!" seru Revan.

"Jaga mata lo!" desis Qabila sinis.

"Wailah santai aja napa. Bentar lagi gue jadi uncle nih. Untuk yang first, gue ya yang kasih nama." ujarnya semangat.

"Dih. Enak aja lo. Nanti anak gue jadi bucin berat kayak lo." kesal Aqlan.

"Ya nggak apa-apa kali. 'Kan bapaknya juga bucin tingkat dewa, ngegombel mulu." Revan semakin semangat meledek Aqlan.

"Siapa juga yang bucin? Qabila tuh yang ngejar-ngejar gue. Mana ada sih perempuan yang nolak seorang Aqlan?"

"Ck." decih Revan kesal.

"Maklum dia udah tua Van, makanya lupa ingatan. Padahal dulu gue yang bersikeras nolak dia, cuma dia maksa gue terus buat nerima." sahut Qabila gemas.

Semakin kesini mereka terlihat semakin bahagia. Tidak ada lagi penganggu dikehidupan mereka bertiga maupun dirumah tangga mereka berdua yaitu Aqlan dan juga Qabila.

Hanya tinggal menunggu waktu saja, sebentar lagi Aqlan Junior akan lahir. Mereka bertiga, khususnya Aqlan dan Qabila tak sabar menunggu buah hatinya datang ke dunia.

"Eh ngomong-ngomong, perkiraan keponakan gue lahir kapan?" tanya Revan serius.

"Sekitar dua minggu lagi Van. Tapi nggak tau bakalan maju atau mundur, yang penting sih kita udah prepare dari sekarang." jawab Aqlan.

"Heem betul tuh kata mas Aqlan." tambah Aqlan yang membenarkan ucapan suaminya tadi.

"Gitu ya? Gimana kalau gue nginep disini sampai baby ini lahir? Sekalian kalau Aqlan lagi pergi biar gue bisa jagain Qabila."

Sontak Aqlan menoyor gemas kepala Revan. "Yeh enak di elu nggak enak di gue dong!"

"Benar kata Revan, mas. Kita juga nggak tau kapan mas sibuk lagi atau mas lagi pergi kemana dan nggak ada orang dirumah. Yaudah kalau gitu lo mulai malam ini tinggal sementara disini Van."

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang