Chapter 46

57 7 5
                                    

"Kita mau kemana, yah?"

"Mau ketemu sama papa. Pasti kangen 'kan sama papa?"

"Iya, yah. Kaira kangen banget sama papa! Sebentar ya yah. Kaira mau siap-siap dulu." ucap Kaira semangat. Dan anak itu selalu saja menggemaskan.

Qabila sempat tersentak kaget karena Revan sudah berada didepan teras rumahnya. "Astaghfirullah. Lo kebiasaan banget sih bikin kaget orang aja."

Revan menoleh kemudian menyengir tanpa rasa bersalah. "Hehe. Sorry, gue lagi nunggu peri kecil makanya duduk disini dulu."

Qabila menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan Revan, padahal setiap hari dia kesini tapi masih saja sungkan untuk masuk kedalam rumahnya dan menunggu sang punya rumah menyuruhnya masuk. "Kan lo bisa masuk kedalam. Emang kalian mau kemana?"

Revan menghela nafas sejenak. "Gue tau peri kecil gue kangen sama almarhum papanya, jadi gue mau ngajak ke makan Aqlan. Lo mau ikut?"

Qabila terdiam sejenak.

"M-mas Aqlan? Gue mau ikut. Sebentar ya gue siap-siap dulu." Qabila langsung bergegas pergi kedalam untuk bersiap.

☆☆☆

Sesampainya mereka disana, mereka bertemu dengan mertuanya. Iqbal dan juga Ruqayah, mereka sering sekali datang ke makam Aqlan untuk menghilangkan rasa rindu dihati mereka.

"Oma! Opa!" panggil Kaira.

Mereka pun langsung menoleh kesumber suara itu dan tersenyum karena mengetahui cucu dan menantunya serta sahabat dari almarhum anaknya datang kesini.

"Oma sama opa udah lama disini? Kok Ira gak diajak sih?" omelnya.

"Maaf sayang, tadi oma buru-buru karena habis ini oma sama opa mau ke luar kota dulu selama beberapa hari." jawab Ruqayah sambil memeluk tubuh mungil Kaira.

"Loh mau ngapain, mah?" tanya Qabila.

"Mau ngurus perusahaan cabang papa, Bil." sahut Iqbal.

"Revan boleh ikut om? Bagaimana pun Revan selama ini jadi asisten Aqlan," Revan menjeda ucapannya kemudian menatap batu nisan yang tertulis nama sahabatnya.

"Berhubung Aqlan sudah tiada, jadi Revan jadi asisten om Iqbal. Om mau 'kan?" sambung Revan.

"Boleh banget dong. Om pasti kerepotan disana karena banyak hal yang mesti diurus secepatnya."

Revan tersenyum mendengar jawaban dari Iqbal.

"Ya sudah kita pulang duluan ya? Sekalian mau bersiap juga. Kalau kamu, nanti nyusul kita saja ya Van? Biar nanti om kasih tau tempatnya dimana." titah Iqbal.

"Iya om."

Sebelum pulang mereka saling berpelukan untuk melepas masa keterpurukan yang selama ini menghantui mereka. Tanpa sadar Kaira melihat seseorang dengan pakaian serba hitam datang menghampiri mereka secara perlahan.

Setelah selesai Iqbal dan Ruqayah pun berpamitan kepada Qabila, Kaira, dan juga Revan. Meskipun Revan bukan anak kandung mereka tetapi mereka sudah menganggapnya demikian.

Saat ini mereka yang termenung disisi makam Aqlan, Qabila terus mengelus batu nisan yang tertulis nama suaminya. Air matanya sudah tidak dapat dibendung lagi, rasa rindu selama ini yang tertahankan kini ia tumpahkan semua.

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang