Chapter 29

111 17 13
                                    

"Nah sudah!" ucap Aqlan menggebu-gebu.

"Coba buka matamu sayang," titahnya. Jujur saja, ia takut kena ocehan Qabila dan ia juga takut pemberiannya ditolak.

Perlahan Qabila membuka matanya, Aqlan mengarahkan agar Qabila menghadap cermin.

"Mas!"

.

Kalau mengingat kejadian semalam rasanya Qabila ingin menghukum Aqlan. Bukan karena apa, ia hanya muak dengan gaya hidup Aqlan yang selalu foya-foya. Tapi disisi lain ada rasa bahagia karena Aqlan selalu memberikan kejutan yang tidak terduga untuknya. Sudah sekitar tujuh jam Qabila mendiami Aqlan, walaupun Aqlan bersikeras merayunya tetapi tetap saja Qabila memilih untuk diam.

Qabila sengaja menghukum Aqlan seperti ini agar dia sadar. Hidup foya-foya juga tidak baik bahkan tidak disukai oleh Allah SWT. Didalam Al- Qur'an dijelaskan

Surah Al Isra ayat 27 yang menyebutkan :

"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.

Dalam Surah Al-Furqan ayat 67 juga menyebutkan :

"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian".

Sudah berkali-kali Qabila jelaskan jangan pernah hidup boros lagi, selain gaya hidup yang tidak disukai Allah SWT, Qabila juga ingin Aqlan melihat perjuangannya sendiri untuk mendapatkan uang setiap hari. Banyak orang diluar sana susah payah mencari uang demi kebutuhan hidupnya dan dengan enaknya Aqlan membuang-buang uang hanya untuk kesenangannya saja.

"Bil? Kamu masih marah?" Qabila tak menjawab ia malah merengut kesal lalu membuang buang muka.

"Ish ngomong dong sayang!" pekik Aqlan karena sudah tidak tahan didiami oleh Qabila.

Qabila tetap kekeh. Ia tidak bicara sepatah kata pun. Rasa kesalnya belum hilang sedikit pun, masalahnya Sudah sering Aqlan menghambur-hamburkan uang dengan membeli barang yang tidak terlalu penting.

Sedikit frustasi, Aqlan pergi keluar rumah sebentar untuk menenangkan pikirannya. Perlahan Aqlan beranjak dari tempat tidur tampa berniat memberitahu kepada Qabila ia ingin pergi kemana.

Melihat kepergian Aqlan, Qabila sedikit menyesal. Tetapi kalau ia tidak bertindak pasti Aqlan masih akan melakukan hal yang sama lagi dikemudian hari. Tega atau tidak sebenarnya Qabila kasihan dan prihatin. Sudah hampir mau satu hari ia acuh kepada Aqlan.

.

Sudah tiga jam lamanya Aqlan terdiam diri di cafe. Cafe itu tidak jauh dari hotel yang ia tempati saat ini. Ia hanya diam melihat foto dan video kebersamaan mereka sebelum mereka seperti ini.

Rindu.

Satu kata yang tepat mendeskripsikan perasaan Aqlan saat ini. Karena baru kali ini ia diacuhkan oleh Qabila. Biasanya kalau mereka bertengkar Aqlan hanya merayu sedikit, Qabila sudah luluh berbeda dengan saat ini. Hampa sekali rasanya tidak ada canda tawa yang menghiasi hari-hari yang bermakna ini.

Di lain tempat.

Qabila yang khawatir dengan keadaan Aqlan, tetapi ia bingung ingin mencari Aqlan dimana. Sisi lain juga ia gengsi ingin menghubungi Aqlan.

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang