Chapter 25

155 17 13
                                    

Sudah satu minggu mertuanya menginap di rumah Aqlan. Bukan karena hal sepele mereka sementara tinggal disana, tetapi memang Aqlan lah yang menyuruh mereka untuk menjaga istrinya apalagi kini Qabila sedang mengandung calon anaknya.

Pasti Aqlan semakin ketat menjaga Qabila. Karena ia tidak tau jika ada keperluan mendadak kemudian meninggalkan Qabila sendirian di rumah.

Setelah ini Aqlan akan minta tolong kepada kedua orangtua Qabila untuk tinggal disini. Jadi, bergantian mereka menjaga Qabila dan calon cucu mereka.

"Mah, pah. Hari ini kalian pulang saja, kasihan mama tuh kelihatannya lelah sekali, biar nanti gantian orangtua Qabila yang disini," ujar Aqlan.

"Loh, siapa yang bilang mama lelah? Justru mama senang bisa menjaga menantu mama yang cantik ini," jawab Ruqayah sembari merangkul Qabila yang sedang duduk.

"Aku sudah dewasa mas, harusnya aku yang menjaga mama, papa, ayah, dan ibu. Bukan mereka yang menjaga aku lagi. Aku bisa jaga diri kok," sela Qabila.

"Kalau kamu bisa jaga diri, tidak mungkin kemarin kamu tertembak! Tidak usah menyanggah perintah aku! Paham?"

Kalau Aqlan sudah memerintah Qabila bisa apa? Hanya bisa menuruti perintahnya.

☆☆☆☆

"Lan, gue sudah dapat sedikit ide,"

"Apa tuh?"

"Gue soalnya curiga sama Raisya kalau dia yang ngelakuin semua ini, saran gue lo coba deh deketin dia. Lo respon dia seperti dulu–"

Sebelum Revan melanjutkan pembicaraan yang membuat Aqlan kesal, lebih baik ia mendiamkan Revan dengan cara menindak kepalanya.

Tak

"Aduh, sakit bodoh!"

"Ide lo nggak logis, bro. Gue nggak mau ya bikin bidadari gue sakit hati,"

Tok tok tok

"Masuk!"

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka bersamaan.

"Loh, sayang? Kok kamu kesini?" tanya Aqlan yang sedikit panik.

"Memangnya nggak boleh? Loh kok disini ada Revan?" Qabila baru sadar ada Revan disana.

"E‐um itu kita lagi ngomongin bisnis. Iya kan Lan?" kedipan mata Revan membuat Aqlan mengerti maksudnya.

"Iya benar. Sini-sini kamu duduk dulu, pasti cape kan," Aqlan mempersilahkan Qabila duduk dikursi miliknya.

"Kamu kesini naik apa?" Aqlan mulai bertanya-tanya.

"Naik motor,"

"Sendiri?"

"Iya," dengan polosnya Qabila menjawab 'iya'.

"Dih orang ya!" kesal Revan.

"Gue emang orang Van," sela Qabila langsung.

"Lo lagi hamil! Jalan sendirian lagi nggak takut kayak kemarin?" Qabila berpikir sejenak seolah-olah mengerti apa yang dimaksud oleh Revan. "Ngapain gue takut. Takut itu cuma sama Allah SWT. Iya kan Mas?"

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang