Sepulangnya Revan dan Aqlan dari kantor mereka mampir ke cafe sebentar untuk menghilangkan rasa penat. Sebelumnya Aqlan sudah izin dengan Qabila untuk pulang telat dan Qabila pun mengizinkannya. Karena ia tau akhir-akhir ini suaminya sangat sibuk dengan pekerjaannya.
Cafe yang ingin mereka tuju tidak terlalu jauh dari kantor hanya berjarak sekitar 300 meter. Mereka kesana bukan hanya untuk
ingin membahas masalah pekerjaan lain terkait rencana ingin pergi ke luar kota.Revan tidak masalah dan tidak keberatan kalau Aqlan tidak ikut, dan dia juga sudah bersedia untuk mewakili Aqlan. Namun, Aqlan tidak enak hati kalau Revan pergi sendiri kesana, jadi ia masih memikirkan tentang ini secara matang-matang.
"Udah lah Lan, gue aja yang pergi. Lo nggak kasihan sama bini lo?"
"Bukan begitu. Kalau gue nggak ikut kesana, namanya gue jadi pemimpin yang tidak bertanggung jawab. Main asal nyuruh anak buah buat mantau kesana, tapi guenya nggak ikut. Kalau gue pergi Qabila gue ajak tapi kalau Qabila tidak mau gue titip ke rumah orangtua gue atau mertua gue,"
"Kandungan dia masih muda bukan? Jangan main asal ajak aja Lan. Apalagi nanti pergi kesana naik pesawat,"
"Ya kali kesana naik delman. Ada-ada aja lo,"
.
Hari sudah berubah malam. Revan dan Aqlan pulang sekitar dua jam yang lalu. Tetapi Revan tidak langsung pulang ke rumah, ia mampir lagi kesebuah toko cemilan untuk membeli beberapa cemilan untuk Raisya.
Meskipun Revan agak kejam, tetapi sesekali ia menyalurkan rasa perhatiannya kepada Raisya. Terkadang ia suka tidak tega bersikap seperti itu dengan mantan tunangannya.
Jadi untuk menebus sedikit kesalahannya ia membelikan cemilan kesukaan Raisya yang ia ingat dulu, yaitu macaron, pie buah, dan beberapa minuman kemasan.
Setelah sudah membeli semua yang dibutuhkannya, Revan pulang dengan hari yang riang. Baru kali ini ia merasa bersikap baik kepada Raisya.
.
"Assalamu'alaikum,"
Raisya yang tengah duduk disofa mendongakkan kepalanya dan memalingkan pandangannya sejenak dari layar ponsel. "Wa'alaikumsalam,"
"Udah bersih rumah gue,"
"Bersih lah. Dari pagi sampai sore gue bersihin, ini aja gue baru selesai makanya bisa duduk," ketus Raisya.
Biasanya Revan sedikit geram dengan sikap Raisya yang seperti ini, tetapi hari ini berbeda ia malah terkekeh geli mendengar penjelasan Raisya.
"Eh, kok malah ketawa sih?!"
"Muka lo lucu kalau lagi marah,"
Karena kesal Raisya kembali memainkan ponselnya sembari memanyunkan bibirnya. Berhubung Revan orangnya usil dan suka jahil jadi ia meledeki Raisya.
"Bibirnya biasa aja bisa nggak? Kalau gue udah gemas repot loh, Sya. Bisa-bisa bibir lo gue gigit,"
Raisya tercengang dengan ucapan Revan tadi. Dan langsung membiasakan diri kembali. Bisa dibilang Raisya salting dengan sikap Revan hari ini yang menurutnya baik dan cukup usil.
"Diam 'kan lo. Ya sudah gue mau bersih-bersih dulu, badan gue kotor soalnya,"
"Bukan badannya saja yang kotor, tapi pikirannya juga kotor!"
Revan kembali tertawa.
Lalu Revan berjalan dengan santai menuju dapur untuk menaruh cemilan tadi dikulkas terlebih dahulu. Toh, Raisya juga tidak menanyakan apa yang ia bawa tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA AQLAN (On Going)
Humor⚠️(SLOW UPDATE)⚠️ ROMANCE COMEDY "Ya sudah kita nikah saja biar jadi mahram!" ☆☆☆☆ Bagaimana rasanya jika kalian di kejar-kejar oleh laki-laki tampan, kaya raya, dan selalu ingin mendapatkan apa yang ia inginkan rasanya bahagia bukan? Jika mempunya...