12. Berusaha ikhlas

203 93 16
                                    

Tak terasa kepergian Raihan sudah hampir 3 bulan lamanya. Walaupun sudah cukup lama tetapi kesedihan didalam hati teman-teman terdekatnya masih sangat terasa. Terutama Aqlan yang selama ini sudah menjadi sahabatnya.

"Ayo mas kita pulang, sudah jangan ditangisi lagi ikhlaskan saja, ayo," ajak Qabila.

Aqlan tidak menggubris ajakan Qabila, ia masih termenung memandang batu nisan yang bertuliskan nama sahabatnya.

Satu tetes. Dua tetes. Dan terus menerus air matanya menetes dengan deras dipipinya. Entah mengapa ini sangat berat untuk diterima oleh Aqlan, padahal Aqlan sempat membenci Raihan karena telah berani menyukai Qabila dan ingin merebut darinya. Tetapi semua itu tinggallah kenangan, kini Raihan telah tenang disisi-Nya.

Walaupun tak bersuara sesekali terdengar suara isakan tangan dari Aqlan. Qabila bingung harus berbuat apa agar Aqlan berhenti menangis.

"Mas, sudahlah kasihan almarhum mas Raihan kalau ditangisin terus," tutur Qabila sambil mengelus puncak Aqlan.

"Iya Bil, ayo kita pulang. Han, kita pulang dulu ya Assalamu'alaikum,"

☆☆☆☆

Didalam perjalanan entah mengapa Aqlan jadi pendiam, yang tadinya selalu cerewet dan suka gombalin Qabila kini hanya terdiam dan fokus menyetir.

Qabila paham bagaimana perasaan Aqlan saat ini maka dari itu ia juga tidak mau menambah kesedihan Aqlan.

"Bil?" akhirnya Aqlan bersuara.

"Iya mas, kenapa?"

"Nanti saya boleh mampir kerumah kamu dulu gak?"

"Boleh kok emang kenapa?"

"Saya mau istirahat dulu, kepala saya pusing banget Bil, gak apa-apa kan?"

"Iya mas gak apa-apa kok,"

"Terima kasih,"

"Iya sama-sama mas,"

Selepas itu mereka hanya saling terdiam sambil menatap jalanan. Aqlan yang masih dengan suasana hatinya dan Qabila bingung harus mencari topik apa agar suasana didalam mobil tidak sunyi.

Sudahlah biarkan Aqlan menenangkan hatinya yang tengah rapuh dan dilanda kesedihan yang mendalam.

Sebenarnya mereka sudah sampai dirumah Qabila karena Aqlan yang masih melamun sampai tak sadar kalau mereka sudah sampai.

"Mas, ini sudah kelewat rumah saya loh,"

"Eh astaghfirullah maaf ya Bil. Sebentar saya putar balik dulu,"

"Makanya jangan ngelamun aja jadi gak fokus gitu kan,"

"Hehe iya nih maaf ya Bil,"

"Iya mas santai aja,"

Senyuman yang tercetak diwajah Aqlan membuat hati Qabila menjadi sedikit tenang. Walaupun awalnya dari ketidaksengajaan karena Aqlan mengendarai mobil melewati rumah Qabila tetapi kejadian ini bisa dijadikan sebuah candaan dan dapat membuat Aqlan tersenyum.

"Nah, ini baru bener. Ayo turun,"

Dan mereka berdua turun dari mobil. Tak sangka Ilham dan Rahma sudah menyambut mereka didepan halaman rumah.

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang