Chapter 42

75 10 17
                                    

Kaira Luna Ridauddin. Anak pertama dari Aqlan dan Qabila. Dan merupakan cucu pertama dari Ilham dan Rahma serta Iqbal dan Ruqayah. Setiap gerak gerik baby Kaira selalu menyita perhatian mereka.

Tubuhnya yang mungil, kulitnya yang halus bak kain sutera dan juga putih seperti susu, bibirnya yang merah, matanya yang bulat, hidungnya yang mancung membuat mereka semua terkagum.

Kaira diibaratkan sebagai bidadari kecil yang turun dari langit dan berada ditengah-tengah mereka. Mereka bersyukur sekali memiliki anak serta cucu yang sangat cantik dan juga menggemaskan.

Saat malam pertama baby Kaira pulang ke rumah, ia tampak gembira. Matanya yang indah berkedip-kedip melihat ruangan. Walaupun belum terlalu jelas melihat rumahnya tetapi ia terus tersenyum dan sesekali tertawa.

Dan saat mereka pulang, ini adalah tantangan baru yang akan mereka hadapi kedepannya. Mereka harus siap begadang setiap malam, harus terbiasa dengan tangisan bayi kecil yang tidak menentu.

Dengan datangnya anugerah yaitu baby Kaira, justru membuat Aqlan dan juga Qabila harus memiliki kesabaran yang lebih. Dan yang paling penting adalah kasih sayang mereka untuk baby Kaira.

"Ih baby Kaira mulai genit ya? Anak papa udah pintar melet-melet nih." goda Aqlan.

Sesekali Aqlan menoel hidung dan juga bibir ranumnya. Alhasil bayi mungil itu tersenyum lebar. Namun, sesaat kemudian senyumnya luntur dan ia menangis kencang.

"Ooekk! Ooekk! Ooekk!"

"Hey kok nangis sayang? Kamu laper ya? Ayo-ayo kita ke mama yuk, biar baby Kaira minum susu."

Sambil bersenandung kecil untuk menghibur buah hatinya, Aqlan pergi kekamar untuk memberikan baby Kaira kepada ibunya agar segera diberi ASI.

Dilihatnya tidak ada Qabila dikamar, entah kemana dia? Perasaan sedari tadi Aqlan tidak melihatnya keluar atau ia terlalu fokus bermain dengan baby Kaira?

Sambil menggendong, ia pun berkeliling rumah mencari Qabila. Anaknya sedang butuh ASI. Masa iya Aqlan yang harus memberikannya? Membayangkannya saja ia sudah bergedik ngeri.

Semenjak kepulangan mereka dari rumah sakit, Qabila sudah bisa berjalan pelan-pelan walaupun ia habis menjalani operasi caesar. Makanya ia sangat senang bisa keluar rumah dan bisa menghirup udara segar.

Namun sekarang yang perlu diketahui kemana perginya Qabila? Untung saja baby Kaira berhenti menangis karena mendengar suara merdu Aqlan. Ia hanya menggeliat kecil didalam gendongan Aqlan.

Ketika Aqlan ingin menuju pintu utama rumahnya samar-samar ia mendengar suara Qabila sedang bercengkerama dengan laki-laki. Dengan langkah besar ia melihat dari balik jendela.

Tampaknya mereka begitu akrab sampai Qabila melupakan buah hatinya. Sesekali Aqlan melirik Qabila dan juga dari buah hatinya, ingin sekali ia berkata kepada sang buah. Papa cemburu nak, lihat mama mu bicara dengan laki-laki lain.

Sialnya ketika ia mengalihkan pandangannya ke balik jendela lagi, Qabila ataupun laki-laki tadi sudah tidak ada.

"Ngeliatin apa mas?"

Aqlan tersentak kaget. "Tidak. Nih Kaira mau minum susu." ucapnya sedikit meninggikan suara.

Kemudian ia memberikan anaknya kegendongan Qabila, lantas setelah Aqlan memberikan Kaira ia langsung pergi meninggalkan mereka. Ia sangat cemburu melihat kejadian yang tidak enak dipandang tadi.

Ia memutuskan untuk pergi kehalaman belakang, sekalian cuci mata sembari melihat-lihat tanaman hijau, siapa tau panas dihatinya menjadi reda setelah melihat pemandangan hijau disini.

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang