19. Kembali ke Indonesia

208 24 4
                                    

Semenjak Qabila mengancam Raisya, wanita itu tidak lagi menampakkan wajahnya didepan mereka. Dan Revan pun sudah kembali ke rumahnya.

Hari ini mungkin bisa dibilang hari yang cukup tenang bagi Qabila. Karena tidak ada tanda-tanda kemunculan nenek lampir itu. Kini tinggal mereka berdua saja yang ingin mengukir kebahagiaan didalam hidup mereka.

"Bil?"

"Iya mas kenapa?"

"Mau ikut gak?

"Kemana?"

Aqlan langsung beranjak dan mengambil penutup mata yang berwarna hitam dilaci. "Tapi pakai ini dulu," Aqlan langsung mengikatkannya.

"Mas ngapain pakai ginian sih? Aku jadi gak lihat,"

"Suttt, nanti juga kamu tau. Gandeng tangan aku kalau kamu takut nyasar,"

"Ada-ada saja,"

Aqlan membawa Qabila keluar dari hotel dalam posisi mata yang tertutup kain hitam. Orang-orang yang berada didalam hotel itu sedikit terkejut melihat Qabila keluar dengan kondisi seperti itu.

Tapi Aqlan mengabaikan cibiran-cibiran mereka dan terus melanjutkan perjalanan menuju tempat yang mereka tuju. Mereka berdiam sejenak untuk menunggu taksi yang lewat.

"Udah sampai mas?"

Aqlan mendekatkan bibirnya tepat ditelinga Qabila dan membuatnya tertawa geli karena deru nafasnya sangat terasa ditelinga Qabila. "Belum sampai sayang,"

Beberapa menit kemudian ada juga taksi yang lewat dan Aqlan langsung memberhentikannya. Lalu menaiki taksi itu.

Entah mengapa diperjalanan Aqlan senang sekali berdendang, suara merdu Aqlan yang khas membuat hati Qabila tenang dan damai.

Bisa dibilang lama kelamaan nyanyian Aqlan berubah menjadi dongeng bagi Qabila. Karena sudah lima menit Aqlan bernyanyi Qabila sudah tertidur pulas dipundak Aqlan.

Sedikit terkekeh dengan perilaku gemas istrinya ini.

Mereka berada diperjalanan sudah 20 menit lamanya. Dan akhirnya sampai ketempat tujuan. Aqlan segera membangunkan istrinya yang masih tertidur didalam mobil.

"Bil, bangun sudah sampai,"

Qabila ingin mengucek matanya namun dicegah oleh Aqlan.

"Kamu ngapain ngucek mata kamu? Mata kamu saja masih tertutup kain,"

"Oh iya ya. Ya sudah, bantu aku turun dari mobil,"

Sepanjang jalan menuju pemandangan yang indah Aqlan terus menggandeng Qabila dengan penuh kasih sayang.

Langkah mereka terhenti lagi.

"Kok berhenti mas?"

Aqlan tidak menjawab dan langsung membukakan ikatan kainnya.

"Coba buka matamu," seru Aqlan.

Perlahan Qabila membuka matanya. Betapa terkejutnya Qabila melihat pemandangan yang indah ini.

"Ini namanya Meeru Island. Aku sengaja mengajakmu kesini sebelum kita pulang ke Jakarta nanti sore. Sebenarnya aku sudah berencana ingin mengajakmu dari kemarin-kemarin, cuma kita lagi ada sedikit problem ditambah lagi kamu pergi. Jadi aku baru bisa ngajak kamu kesini, padahal aku sudah menyiapkan tiket untuk berlibur diberbagai pulau yang ada di Maldives ini. Maafkan aku ya Bil,"

Qabila sangat terharu dengan sikap manis suaminya ini. Sungguh ia sangat menyesal karena sudah tega meninggalkan Aqlan sendirian di hotel itu.

"Aku juga minta maaf mas atas kepergianku kemarin. Seharusnya aku tidak pergi meninggalkan mas cuma karena rasa cemburuku. Maafkan sikap aku yang masih childish. Pemandangan ini indah sekali mas. Aku sangat-sangat berterima kasih karena mas sudah membuat aku bahagia,"

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang