Pagi hari telah tiba Qabila bangun dari tempat tidurnya dan ia membuka jendela kamar nya untuk menghirup udara segar. Ia bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya sekaligus berwudhu untuk sholat shubuh.
Semua kegiatan itu pun sudah selesai ia mengambil pakaian di lemarinya. Hari ini ia memakai baju gamis berwarna peach senada dengan khimar nya sungguh warna itu sangat manis jika di pakai di tubuh Qabila.
☆☆☆☆
Qabila menuruni anak tangga di rumah nya berjalan ke arah meja makan untuk sarapan pagi, ia hanya melihat ada ayah nya yang sedang membaca koran sambil ditemani oleh segelas kopi hangat.
"Ayah, ibu kemana?" Tanya Qabila seraya mengambil 2 potong roti.
"Ibu lagi ke pasar untuk belanja sayur," jawab Ilham ayah Qabila.
"Tumben pagi-pagi sekali ke pasar nya," ucap Qabila.
"Gimana restoran mu? Lancar?" Kini Ilham menatap putri semata wayangnya yang tengah memakan roti yang ia ambil tadi.
"Alhamdulillah yah lancar, semakin banyak pelanggan yang datang," jawab Qabila tersenyum.
"Alhamdulillah pertahankan terus kualitas resto mu agar selalu lancar seperti sekarang," mendengar perkataan Qabila tadi Ilham juga ikut senang tidak sia-sia perjuangannya selama ini membantu mengajarkan Qabila menjadi pengusaha muda yang sukses.
"Aamiin iya ayah siap. Ayah Qabila pamit berangkat ya takut kesiangan, tolong bilang ke ibu juga ya Ayah kalau Qabila berangkat lebih pagi," pamit Qabila seraya mencium punggung tangan Ilham.
"Iya hati-hati di jalan jangan ngebut bawa mobil nya," pesan Ilham kepadanya.
"Iya ayah. Ya sudah ya Qabila berangkat Assalamu'alaikum," pamit Qabila sambil mengambil sepatu sneakersnya.
"Wa'alaikumsalam," jawab Ilham.
☆☆☆☆
Sesampainya Qabila di restoran ia melihat begitu banyak buket bunga yang tergeletak di depan pintu masuk restorannya. Dari siapa ya buket-buket bunga itu? Padahal restoran belum ada pelanggan, ah mungkin ini punya Sinta.
Qabila mengambil buket bunga itu dan berjalan sambil memegangi buket-buket bunga yang ada di halaman restorannya tadi. Ia sedang mencari Sinta dan memberikan buket bunga ini kepadanya.
"Sinta kemana ya?" Gumamnya sendiri.
"Sinta..Sinta," panggil Qabila sedikit teriak.
Tak lama kemudian Sinta muncul di hadapan nya.
"Iya bu ada apa? Maaf saya lagi bersih-bersih di belakang," ujar Sinta.
"Oh iya tidak apa-apa. Saya ingin memberikan buket ini, punya kamu kan?" Sambil menyodorkan buket bunga itu kepada Sinta.
"Tidak bu bukan punya saya, tadi pas saya ke sini buket bunga itu sudah ada di halaman bu. Cuma saya diamkan saja karena itu bukan punya saya jadi saya tidak berani mengambilnya," tutur Sinta yang ikut kebingungan.
"Lantas ini punya siapa?" Tanya Qabila.
Sinta hanya mengedikkan bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA AQLAN (On Going)
Humor⚠️(SLOW UPDATE)⚠️ ROMANCE COMEDY "Ya sudah kita nikah saja biar jadi mahram!" ☆☆☆☆ Bagaimana rasanya jika kalian di kejar-kejar oleh laki-laki tampan, kaya raya, dan selalu ingin mendapatkan apa yang ia inginkan rasanya bahagia bukan? Jika mempunya...