49. Pernikahan kedua

132 4 0
                                    

Sudah satu minggu ini sikap Qabila masih sama seperti kejadian yang lalu, yang masalah outfit. Cuek. Tidak ada tegur sapa darinya, sikapnya pun dingin. Sudah berbagai cara Aqlan lakukan agar Qabila memaafkannya, namun nihil.

Qabila masih tetap dengan pendiriannya. Bahkan Aqlan meminta bantuan kepada ayah mertuanya agar membantunya membujuk Qabila, tetapi belum juga berhasil. Jalan satu-satunya adalah meminta bantuan kepada Kaira.

Aqlan yang tadinya melamun di halaman rumah kini langsung berlari mencari putrinya. Melihat Aqlan berlari-lari membuat Qabila sedikit bingung. Kebetulan Aqlan melewati Qabila yang sedang membereskan ruang keluarga.

Tok Tok Tok

"Eunghh... siapa sih yang ketuk-ketuk pintu?" dengan langkah malas Kaira membuka pintu kamarnya.

"Kenapa, pah?" tanyanya.

"Papa boleh masuk?"

Kaira mengangguk. Dengan langkah yang gontai, ia berjalan ke tepi tempat tidurnya guna mendengarkan keluh kesah sang ayah.

"Ada apa, pah?"

"Jadi gini. Sebelumnya kamu mau bantuin papa gak?"

"Hm. Bantu apa?"

"Bujuk mama kamu, biar gak marah lagi sama papa." lirih Aqlan sendu.

"Lagian papa juga sih cari gara-gara. Kalau gini 'kan siapa yang repot, Ira 'kan? Bujuk mama gak gampang tau." omel Kaira.

Aqlan menunduk. Benar kata Kaira, Qabila kalau sudah marah susah untuk dibujuk atau rayu.

"Maaf." ucapnya sembari memainkan jari-jarinya.

Kaira menghela nafasnya panjang. Ia juga bingung harus melakukan apa untuk membujuk ibunya, selalu saja begitu perihal sepele namun dibesar-besarkan oleh mereka.

.

Revan dan Sella ingin berkunjung ke rumah Aqlan, tetapi sebelum benar-benar jalan kesana ia menghubungi Aqlan guna memberitahu saja. Takutnya disaat mereka  sudah sampai sana rumah Aqlan sepi.

Apalagi hari weekend seperti ini, tak jarang mereka berlibur untuk quality time bersama keluarga kecilnya. Namun, sudah beberapa kali Revan menelepon tidak ada jawaban. Baik Aqlan maupun Qabila entah disengaja atau tidak, Revan tidak tau. Akhirnya Revan menelepon Kaira untuk memberitahu bahwa dirinya akan berkunjung kesana.

"Halo, assalamu'alaikum sayang."

"Wa'alaikumsalam, yah. Ada apa yah?"

"Ayah mau main ke rumah nih. Kalian ada di rumah gak?"

"Ada kok, yah. Em... cuma mama sama papa lagi berantem."

"Hm? Berantem? Kenapa?"

"Nanti aja Ira jelasin. Yaudah ayah ke sini aja, pasti ayah ajak onty Sella ya?

"Seratus buat kamu. Yaudah ayah ke sana ya? Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, ayah. Hati-hati ya!"

Setelah menutup telepon Revan langsung pergi ke sana bersama Sella. "Kok kamu dipanggil ayah sama Kaira?"

"Ceritanya panjang. Nanti sepulangnya kita dari sana aku jelasin ya?"

"Hm, oke."

Diam-diam Revan juga memikirkan cara untuk membuat Aqlan dan Qabila baikan lagi. Sambil menyetir, otaknya terus berpikir. Apakah kedatangannya kali ini tepat disaat suasana sedang memanas di rumah Aqlan?

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang