Chapter 35

113 10 25
                                    

"Baiklah. Untuk menebus kesalahan yang gue buat dulu, mau tidak lo menikah sama gue?"

Ucapan itu terus terngiang-ngiang dipikiran Raisya. Sungguh lamaran yang yang tidak diinginkan olehnya, mana ada orang melamar sambil menyandera. Memang Revan kejam.

"Sya!"

"Iya, kenapa?"

Revan mengangkat aslinya sebelah.

"Ada apa lo?"

"Hah? Gue kenapa?"

"Bicara lo lembut, nggak kayak biasanya yang selalu ngelawan gue dan bentak gue,"

Iya kah seperti itu? Raisya tidak peduli.

"Lupakan. Besok lo berangkat jam berapa? Biar gue siapin semua keperluan lo,"

"Baju, peralatan mandi, snack kesukaan gue...." Revan menggantung ucapannya, lekas berpikir lagi.

"Ada lagi?"

"Sepertinya sudah itu aja yang gue bawa,"

"Ya sudah gue siapin dulu,"

Hari ini Raisya benar-benar berubah. Mungkin karena perlakuan tegas dan kasar Revan membuat ia trauma, jadi lebih baik ia menurut dari pada melawan kemudian dikurung lagi.

.

Ditempat lain, Qabila masih tidur padahal hari sudah siang. Sebenarnya ia sudah bangun dari jam tiga pagi sampai jam setengah enam pagi, apalah daya rasa kantuknya menguasai seluruh tubuhnya.

Alhasil, Qabila masih tertidur sampai saat ini. Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh siang. Hari ini semua pekerjaan rumah Aqlan ambil alih lagi, terutama memasak. Biasanya sekitar jam segini Qabila sudah makan, mungkin karena faktor kehamilan istrinya jadi mudah lapar.

Yang tadinya Qabila memiliki postur tubuh yang langsing dan terawat, kini berubah. Sebenarnya tidak masalah mau Qabila kurus, mau gendut yang terpenting Qabila setia dengannya sampai maut memisahkan.

Kini kita beralih ke Aqlan. Entah Qabila yang terlalu pulas tidur atau memang pura-pura tidak dengar bunyi bising didapurnya. Hancur sudah dapur Qabila karena ulah Aqlan.

Semua perabotan dapur berada pada bukan tempatnya, lantai penuh dengan tepung, wastafel sangat penuh dengan peralatan dapur yang kotor. Padahal menu yang Aqlan masak tidak terlalu sulit sampai memerlukan banyak alat-alat.

Namun, Aqlan tetaplah Aqlan ia tidak peduli berapa banyak barang yang ia pakai. Kalau ia bosan, ia ganti dengan alat yang lain contohnya seperti menggunakan panci. Ketika Aqlan bosan memakai panci yang itu-itu lagi, pasti saat itu juga ia ganti.

Ada ya orang masak seperti itu?

Prang

Entah sudah berapa kali ada barang yang jatuh. Dan pada akhirnya setelah sedikit berperang didapur, ia selesai juga memasak menu hari ini. Menunya adalah chicken katsu dan salad sayur. Simple bukan?

"Mas?"

"Kenapa berisik sekali?" sambungnya sambil mengucek mata.

"A-ah nggak ada apa-apa kok, sayang," jawab Aqlan gugup.

Qabila mengangguk lemah. Mengingat ia baru bangun tidur, Qabila pergi kekamar mandi untuk cuci muka. Dan Qabila belum terlalu memperhatikan dapurnya yang sudah memprihatinkan itu.

Aqlan merasa sedikit aman karena Qabila tidak berkomentar apapun tentang dapurnya sekarang. Kita tidak tau kelanjutan kejadiannya akan seperti apa nanti.

Sekeluarnya dari kamar mandi, badan Qabila berubah menjadi segar bugar tidak seperti sebelumnya yang masih sangat lusuh sekali. Aqlan sudah was-was dan sudah menyiapkan tameng Ayra tubuhnya tidak jadi sasaran empuk Qabila.

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang