17. Pergi

259 49 39
                                    

"Bila! Kamu mau kemana sih?"

Qabila semakin mempercepat langkahnya. Ini tidak bisa dibiarkan, kemudian Aqlan sudah lebih dulu menggapai lengan Qabila. Akhirnya Qabila menoleh kearah Aqlan dengan tatapan sinis.

"Gak baik bersikap seperti itu sama suami! Ayo ke kamar sekarang!"

Tak segan-segan Aqlan menarik tangan Qabila dengan cukup kencang. Sampai-sampai Qabila tersandung sandalnya sendiri karena sangking cepatnya berjalan.

"Aw," pekiknya sambil mencoba melepaskan tangannya dari genggaman tangan Aqlan.

"Mas kasar!"

"Ngga Bil, aku gak kasar sama kamu,"

Aqlan ingin membantunya berdiri namun ditolak oleh Qabila.

"Aku bisa jalan sendiri!"

Dan benar Qabila berjalan sendiri dengan tertatih, sesungguhnya Aqlan tidak tega melihatnya kesusahan jalan sembari menahan sakit dikakinya itu. Tapi sayangnya, istrinya ini gengsi meminta bantuan kepadanya.

Perlahan tapi pasti langkah Aqlan semakin dengan dekat Qabila dan akhirnya.

Aqlan menggendong ala bridal style. tanpa memperdulikan ekspresi istrinya ia terus berjalan menuju kamarnya. "Aku tau kamu menahan sakit, aku gak tega melihat kamu kesusahan jalan seperti tadi,"

"Mas yang buat aku gini," setelah menjawab ucapan Aqlan, Qabila langsung membuang wajahnya untuk menyembunyikan kekesalannya.

☆☆☆☆

"Makanya jadi istri jangan bandel. Kualat kan kakinya jadi terkilir,"

Aqlan mencoba memijat dengan lembut bagian kaki Qabila yang sakit. Qabila hanya bisa terdiam dan sesekali meringis kesakitan.

Sungguh rasanya Qabila ingin kabur kalau Aqlan terus seperti ini. Bukan tidak taat atau tidak patuh terhadap suami, tetapi tingkah lakunya sangat berlebihan sekali.

Overposesif.

"Nah sudah. Coba gerakan pelan-pelan kakimu,"

"Hm,"

Dan ia pun menuruti perintah Aqlan, ia memutar perlahan kakinya.

"Kamu tunggu disini, aku ingin membeli beberapa cemilan di supermarket,"

"Iya,"

"Aku kunci pintunya biar kamu gak kemana-mana!"

"Gak usah dikunci juga aku gak bakalan kemana-mana. Dasar posesif!" umpat Qabila sebelum Aqlan pergi.

Seolah berbicara dengan tembok ucapan Qabila tidak digubris oleh Aqlan.

Aqlan pun berjalan dengan santainya menuju pintu kemudian mengunci kamarnya.

Ia tak habis dengan sifat istrinya yang sangat keras kepala itu. Berani-beraninya ia pergi tanpa dirinya, mulai sekarang Aqlan harus lebih tegas lagi dari sebelumnya.

Karena dari awal sampai saat ini Aqlan belum pernah ngomeli atau bersikap tegas kepada Qabila. Sampai-sampai Qabila berani menentang perintahnya.

Aqlan tak peduli kalau Qabila protes dengan sikapnya saat ini. Ia melakukan ini semua demi kebaikan istrinya sendiri. Menurutnya Qabila terlalu dimanja olehnya karena sangking cintanya.

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang