Chapter 23

165 21 6
                                    

Sudah sekitar 3 hari Qabila masih terbaring lemas dikasur rumah sakit. Dua hari yang lalu Qabila sempat tidak sadarkan diri karena mengalami kekurangan darah. Untung lah golongan darahnya sama dengan golongan darah Aqlan, jadi Aqlan mendonorkan darah untuknya.

Sedikit genting kemarin suasana di rumah sakit ini. Karena kondisi Qabila belum begitu pulih sehingga daya tahan tubuhnya masih naik turun. Dan alhamdulillah satu hari setelahnya dokter memberitahu kabar gembira, bahwa Qabila sedang hamil.

Untung saja pas kemarin terjadi penembakan itu tidak berpengaruh buruk bagi janinnya. Aqlan mendengar kabar ini merasa bahagia campur takut. Ia takut terjadi apa-apa dengan Qabila dan calon bayi mereka.

Yang tau Qabila hamil hanya Aqlan dan kedua orangtua Qabila dan Aqlan saja. Mereka sengaja merahasiakan ini dari Qabila, mereka ingin memberikan kejutan untuknya.

☆☆☆☆

Pagi hari ini tidak begitu cerah, matahari yang belum menampakkan cahayanya. Langit pun tidak menampakkan birunya yang indah, hanya awan yang menghiasi pagi ini.

Samar-samar terdengar suara gemercik air yang jatuh secara teratur ditanah. Bau khas tanah yang terkena air hujan mengiringi sejuknya pagi ini.

Berbeda dengan didalam ruangan VVIP yang ditempati Qabila, suasananya lebih dingin daripada diluar. Karena adanya AC bercampur hawa dingin yang masuk dari sela-sela jendela.

"Mas, dingin banget," lirih Qabila dengan mata yang masih terpejam.

Akibat obat bius Qabila lebih sering tertidur. Jadi ia juga jarang sekali bicara dengan keluarga dan suaminya.

Rasa kantuknya selalu tidak bisa ditahan. Qabila juga sebenarnya tidak enak hati karena tidak pernah ada waktu untuk bersenda gurau bersama keluarganya.

Aqlan yang mendengar permintaan Qabila, ia langsung cepat mengambil selimut yang sudah ia bawa dari rumah. Dan menyelimuti seluruh tubuh Qabila kecuali wajahnya yang cantik.

"Istirahat yang nyenyak ya sayang," gumam Aqlan tepat ditelinga Qabila. Dan membuat sudut bibir Qabila tertarik keatas. Kemudian Aqlan mencium puncak kepala Qabila.

Nyaman sekali rasanya diperlakukan manis setiap hari bahkan setiap saat. Itulah Aqlan jika hatinya sudah merasa cocok dengan perempuan yang ia cintai, pasti ia akan memperlakukannya bagaikan ratu.

.

Satu minggu berlalu. Waktu berjalan dengan begitu cepat, tak terasa Qabila pun sudah berada di rumah sekarang sejak dua hari yang lalu.

Dokter sudah memperbolehkannya untuk pulang dan menjalani pengobatan alternatif. Tak lupa pesan dokter, untuk selalu menjaga Qabila dan janinnya.

Sampai saat ini Qabila belum mengetahuinya. Entah sampai kapan keluarga mereka merahasiakan ini darinya.

Aqlan hanya takut, jika Qabila mengetahui dirinya tengah hamil dan aksi penembakan waktu itu takutnya Qabila merasa bersalah dan berakhir dengan depresi karena tidak bisa menjaga anaknya sendiri. Tetapi waktu juga belum ada yang mengetahuinya satu pun.

Anehnya, Qabila tidak merasakan gejala hamil sedikit pun. Hanya saja waktu itu ia merasa pusing dan lemas saja, Aqlan dan Qabila pun menganggap itu hal yang biasa. Karena kelelahan mengurus rumah.

CINTA AQLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang