Har ini Kaira bermain dengan anak tetangga terdekat mereka. Walaupun umur mereka terpaut jauh sekitar satu tahunan, tetapi mereka serasa dengan sebayanya saja, makanya kalau sudah bergabung pasti berisik sekali. Nama anak itu Rafasya. Meskipun ia berteman dengan Kaira, ia tidak pernah sekalipun kasar dengannya.
Kebetulan ibunya Rafasya sedang pergi, jadi Rafasya dan juga Kaira bermain di rumah Aqlan sekaligus menitipkan Rafasya sebentar. Baik ibunya Rafasya ataupun Qabila itu sama, mereka tidak ingin anak mereka diasuh oleh oranglain. Walaupun agak repot ada rasa bangga tersendiri.
"Afa! Itu punya Ila." tegur Kaira sembari menunjuk-menunjuk boneka yang sedang dipegang Rafasya.
"Aku pinjam, Ira." Kaira langsung menggeleng cepat.
"Ndak oleh. Itu 'kan mainan anak pelempuan." lagi-lagi Kaira mencoba merebutnya, tapi gerakan Rafasya lebih cepat darinya.
Rafasya berdiri dan berlari dari sana. Kemudian Kaira pun mengejar Rafasya sembari teriak-teriak memanggil nama anak laki-laki itu agar berhenti berlari.
Bruk
"Aduh! Atit!" ringis Rafasya.
Kaira langsung menghampiri Rafasya yang sudah jatuh duduk dilantai. Kebetulan Qabila sudah selesai beres-beres rumah dan memasak, saatnya ia menemani anak-anak. Dari pagi Aqlan tidak ada di rumah karena ada keperluan di kantor yang tidak bisa ditinggalkan. Sebenarnya ia tidak tega meninggalkan Qabila sendirian di rumah dengan menjaga dua anak kecil.
Tetapi ia juga tidak ingin lepas dari tanggung jawabnya. Jadi, ia hanya mengusahakan agar pulang lebih cepat untuk membantu Qabila. Padahal Qabila tidak merasa repot sama sekali, bahkan ia yang menyuruh agar Aqlan tidak terburu-buru.
Namun, Aqlan tetaplah Aqlan. Ia bersikeras untuk pulang cepat.
.
"Halo, Rafasya! Kamu tadi ngerepotin tante Qabila gak?" tanya Maria, ibu Rafasya.
"Nggak kok, mah. Yang nakal Ira, masa aku pinjem bonekanya sama dia gak boleh." ungkap Rafasya.
"Loh, 'kan Rafasya cowok masa main boneka?"
"Kan Rafa cuma mau minjem, mah."
Beberapa saat kemudian, Qabila datang dengan membawa senampan cemilan. Ia kira Maria akan lebih lama menitipkan putranya disini. Tak masalah mengawasi dua anak sekalipun, ia tidak merasa repot.
Jadi ia membuat cemilan untuk mereka berdua yaitu Kaira dan Rafasya. Maria datang tidak memberitahu Qabila, cukup terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba.
"Eh, bu Maria! Kok datang gak bilang-bilang?" kejut Qabila.
"Hehe. Iya bu, gak sempat tadi karena buru-buru." jawab Maria sopan.
"Eh? Kaira salam dulu sama tante Maria." suruh Qabila. Kemudian anak cantik itu mengangguk dan menghampiri Maria. Sungguh sangat menggemaskan.
"Oh ini yang namanya Kaira? Cantik banget, sopan lagi anaknya. Berapa umurnya bu?" Qabila tersentuh atas pujian yang diberikan oleh Maria.
Qaba tersenyum kemudian mengelus puncak kepala Kaira. "Umurnya baru dua tahun bu, beda satu tahun sama Rafasya 'kan?"
Maria mengangguk. "Iya bu. Kaira besok mau ikut tante jalan-jalan gak sama Rafa?"
Kaira berusaha mencerna ucapan Maria tadi. "Alan-alan ante?"
"Iya sayang. Besok kita jalan-jalan, mau gak?"
"Au! Ila au!" jawabnya antusias.
Kemudian Maria beralih menatap Qabila untuk meminta persetujuannya. "Boleh 'kan bu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA AQLAN (On Going)
Comédie⚠️(SLOW UPDATE)⚠️ ROMANCE COMEDY "Ya sudah kita nikah saja biar jadi mahram!" ☆☆☆☆ Bagaimana rasanya jika kalian di kejar-kejar oleh laki-laki tampan, kaya raya, dan selalu ingin mendapatkan apa yang ia inginkan rasanya bahagia bukan? Jika mempunya...