Makan malam telah tiba, Vanessa membantu Alea memasak sedangkan Alevan nampak sibuk berkutat dengan laptopnya yang berada dimeja makan. Fadil belum juga pulang, Selena bermain bersama Ramsey.
Tiba-tiba terdengar nada dering ponsel. Alea menatap ponselnya yang berada jauh dari area dapur.
"Van, tolong angkat teleponnya," perintah Alea. Sempat berdecak, akhirnya Alevan melangkah meninggalkan dapur.
"Nomer tidak dikenal," gumam Alevan lalu menerima panggilan tersebut sembari berjalan kearea taman mendekati Selena dan anjing peliharaannya.
"Hallo?" tanya Alevan saat panggilan tersambung.
"Aku hanya ingin, kau datang ke cafe besok."
Alevan terdiam, apa sang ibu berselingkuh? Pikirnya membatin.
"Alea? Hei?"
Alevan memanggil Selena dengan isarat tangan. Ia kemudian menyerahkan ponsel tersebut pada Selena.
"Bicaralah seperti wanita dewasa!" perintah Alevan dengan bisikannya.
"Maksudmu!?" tanya Selena tak mengerti.
"Maksudku, bisakah kita bertemu besok di cafe seperti hari-hari sebelumnya? Aku ingin bertanya sesuatu."
Selena menganga lebar, begitu pun Alevan yang menunduk mendengarkan suara seorang pria dari seberang sana.
"Um... Ekhem!" Selena berdehem.
"Tentu! Aku akan datang, tapi kadang aku lupa jalan menuju cafe itu. Maklum saja, aku baru dikota ini. Bisakah kau kirimkan alamatnya?"
Alevan benar-benar kagum dengan kemampuan Selena.
"Baiklah, akan ku kirim."
Selena diam memikirkan sesuatu.
"Apa yang kau lakukan, sekarang?" tanya Selena kembali memulai pembicaraan. Alevan mengangguk saja dengan perkataan adiknya itu.
"Hanya bersantai, menikmati malam kota di apartemen ku."
"Aku tidak menyangka kau mempunyai apartemen," ucap Selena bersemangat.
"Hahaha, kita memang perlu banyak waktu untuk bicara berdua."
"Siapa namanya?" tanya Selena pada Alevan.
"Tidak tahu," jawab Alevan pelan.
"Ekhem! Baiklah, tuan yang manis. Aku ada pekerjaan, jangan lupa kirimkan alamatnya. Sampai jumpa besok!"
"Simpan nomerku, selamat malam."
Tut!
"Siapa ini!? Apakah mom---"
Kalimat Selena terhenti saat cahaya lampu sorot dari mobil Fadil nampak memasuki kawasan rumah mereka.
"Aku punya rencana! Biar aku yang menyimpan ponselnya!" Alevan mengambil aleh ponsel milik sang ibu kemudian memasukkannya kedalam saku celana.
"Tenanglah! Jangan sampai, Dad curiga!" kesal Selena pada tinggal Alevan yang terlihat gugup saat sang ayah mendekati mereka.
"Daddy! Kau lelah? Mengapa baru pulang?" tanya Selena menuntun Fadil memasuki rumah diikuti Ramsey.
Alevan tidak peduli itu, ia kembali mengeluarkan ponsel saat sebuah nada terdengar.
"Cafe 51. Jalan Rexa, didekat rumah sakit."
Alevan tersenyum kemudian menghapus pesan tersebut, jaga-jaga kalau nantinya sang ibu memeriksa ponsel. Setelah memastikan ia mengingat alamatnya. Namun ia tidak menaruh ponsel sang ibu ditempat semula, melainkan membawanya kekamar setelah itu ia kembali kedapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
AcciónSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...