46. Tawaran

478 96 10
                                    

Kembali lagi pada kepolisian Kota Barcelona. Para petinggi yang berjumlah tujuh orang itu nampak senang berhasil memenangkan pengadilan tentang kasus kemarin, gadis yang menangkap para penculik anak.

"Aku ingin menemuinya," ucap seorang pria.

"Tuan Rudeus, apakah tidak terlalu tergesa-gesa? Mungkin anak itu butuh ketenangan," ucap yang lain mendengar penuturan pria bernama Rudeus, salah satu petinggi di markas kepolisian.

"Aku sudah membaca banyak artikel tentangnya, Selena adalah gadis dengan IQ diatas rata-rata berdasarkan peneliat yang dilakukan sekolahnya diusianya yang baru menginjak enam tahun," ucap Rudeus berhasil membuat bawahannya terdiam tak percaya.

"Perintahkan pasukan agar meninggalkan rumah sakit, gadis itu tak perlu diawasi lagi." Perintah Rudeus lalu pergi meninggalkan singgasananya.

Tiga hari setelah keputusan pengadilan yang membebaskan Selena dari kasus percobaan pembunuhan, saat ini gadis itu tengah duduk dikamarnya menonton kartun bersama Ramsey. Selena tidak tahu menahu soal pembebasan itu, mungkin orang tuanya tak ingin membuat Selena terlalu memikirkannya.

"Selena," panggil seseorang mengetuk pintu kamar.

Selena membuka pintu dan mendapati Alevan tengah menatapnya dengan ekspresi dingin.

"Ya?" tanya Selena.

"Tidak," ucap Alevan kemudian melanjutkan langkahnya masuk kekamarnya sendiri.

"Selalu begitu," gerutu Selena sedikit kesal dengan tingkah kakaknya yang tiba-tiba berubah itu.

Soal Vanessa, gadis itu tetap tinggal namun tak bicara apapun dengan Alevan. Bahkan ia memilih duduk berjauhan dengan Alevan saat berada dikelas, dan saat ini Vanessa sedang membantu Alea memasak didapur setelah kepulangannya dari kampus.

Selena kembali menonton televisi, sesekali ia mendengus karena bosan. Roman? Anak lelaki itu membuat batasan sementara waktu untuk tidak bertemu dengannya, hal itu adalah kemauan dari Roman sendiri. Mungkin ia butuh waktu untuk memulihkan tenaganya.

"Membosankan," ucap Selena lalu meninggalkan kamar mencari keberadaan sang ibu.

"Selena!" panggil seseorang yang ternyata santai diruang tamu bersama ayahnya.

"Tuan Rudeus!" panggil Selena balik.

Dengan cepat ia menghampiri pria 40 tahun itu kemudian duduk disampingnya seperti anak dan ayah. Fadil terkekeh kemudian mencubit gemas pipi Selena.

"Ya, bagaimana kabarmu?" tanya Rudeus.

Setelah pertemuan pertamanya dengan Selena tiga hari lalu di rumah sakit, ia menjadi akrab dengan anak itu. Ia mengagumi bakat Selena, dan secara terang-terangan ia mengatakan hal itu pada Fadil namun Fadil hanya membalas dengan gurauan.

"Semakin membaik, apa sekolah sudah mengijinkanku untuk masuk besok?" tanya Selena pada Rudeus.

"Selena, tenanglah. Jangan terburu-buru," ucap Fadil menimpali.

"Mungkin lusa, aku sudah bicara dengan kepala sekolahmu," jawab Rudeus membuat Selena senang.

"Roman juga?" tanya Selena lagi, Rudeus mengangguk.

"Yash! Aku tak sabar." Selena bangkit dari duduknya. "Baiklah, aku ingin menemui mom," pamit Selena meninggalkan ruang tamu.

Rudeus tersenyum, "jadi bagaimana? Apa kau mengijinkan Selena untuk ikut bersamaku? Hanya tiga tahun, itu pun jika Selena berkembang cepat, bisa saja menjadi satu tahun, atau mungkin satu bulan," ucap Rudeus membuat Fadil bungkam.

Te Amo 2 ( Alevan Dykara )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang