"Begini," ucap Roman kembali duduk dikasurnya.
"Bukan Selena yang melakukan hal itu, tapi um... Revan," pelan Roman tak berani menatap Alevan.
"Apa!?" Alevan menarik kerah baju Roman dan hal itu membuat Selena sedikit panik.
"Kak Van! Hei! Hentikan!!" pinta Selena hingga Alevan mengikuti perkataan adiknya itu.
"Kau ini," kesal Roman dengan wajah cemberut pada Alevan.
"Ceritakan!" titah Alevan tak sabaran.
"Kunci pintunya," perintah Roman balik dan Alevan melakukannya.
"Jadi, saat aku menggunakan kemampuanku. Aku melihat bayangan hitam masuk kedalam tubuh Selena dan ternyata benar kalau Selena telah dirasuki oleh Revan. Yang melalukan hal itu adalah Revan, dia sangat marah pada pria-pria itu karena menjadikan tempatnya sebagai tempat keji mereka."
"Aku sempat berbicara dengannya."
Benar atau tidaknya, Alevan tak tahu. Yang pasti ia benar-benar bingung dengan keadaan sekarang ini.
"Apa yang dia katakan?" tanya Alevan pada Roman.
"Selena, adalah kunci segalanya."
Buk!
Alevan menampar tembok, bukan hanya sekali tapi berkali-kali sampai membuat darah nampak mengalir dari tangannya.
"Revan sialan!"
Alevan masih tak berhenti sampai seseorang memasuki kamar dan dia adalah Vanessa.
"Van!" tegur Vanessa namun malah mendapat bentakan kemarahan dari Alevan.
"Arghh! Kalian semua!" bentak Alevan lalu meninggalkan kamar dengan darah yang masih menetes dari kepalan tangannya.
"Hei, rumah sakit memakai cat mahal sehingga tidak luntur," ucap Selena menatap noda darah Alevan.
"Tidak waras..." gumam Roman pada Selena.
"Kak Nessa?" panggil Roman. Vanessa menggeleng kemudian pergi mengikuti langkah Alevan.
"Apa rencanamu?" tanya Roman pada Selena.
"Membawa Tuan itu kerumah lalu membiarkan Revan merasukinya, bagaimana? Aku pandai 'kan?" tanya Selena dengan bangganya.
"Kau tidak takut?" tanya Roman masih tak percaya dengan apa yang diucapkan Selena.
"Takut untuk?" tanya Selena balik.
"Kehilangan dirimu sendiri," jawab Roman. Selena tersenyum lalu menggeleng.
•••
"Van!"
Vanessa berhasil menghentikan langkah Alevan setelah memeluk pemuda itu dari belakang.
"Kau terluka," ucap Vanessa pelan.
"Tak berarti apapun," balas Alevan dingin.
"Seperti diriku?" tanya Vanessa.
Alevan berbalik menyentuh pipi Vanessa yang sudah basah akibat air mata. Alevan menggeleng namun saat Vanessa hendak memeluknya, ia menolak dengan memundurkan tubuhnya. Hal itu cukup membuat Vanessa tertohok.
"Pulanglah dan beristirahat," ucap Alevan enggan menatap Vanessa.
"Lalu kau?" tanya Vanessa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
ActionSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...