"Nessa!"
Vanessa menoleh kesumber suara saat namanya disebut, terdapat seorang pemuda yang berlari kearahnya.
"Udah dulu deh, ntar gue telpon lagi." Vanessa menyimpan ponselnya saat Alevan sudah berdiri disampingnya.
"Kenapa?" tanya Vanessa dengan ekspresi bingungnya. Alevan hanya diam, wajah datarnya tak menampilkan ekspresi apapun.
"Lol!" Vanessa langsung pergi meninggalkan Alevan karna pemuda itu terlihat membingungkan.
"Aku bicara apa jika ia tidak mengerti bahasaku?" tanya Alevan entah pada siapa. Tiba-tiba sebuah tepukan membuatnya menoleh.
"Nessa, aku--"
"Van?"
Alevan menatap Megan dengan terkejut.
"Ya?" tanya pemuda itu lalu mengajak Megan duduk disebuah kursi.
"Aku ingin bertanya, kemana kau selama ini? Dan siapa wanita tadi?"
Alevan menatap Megan sekilas kemudian mengendikkan bahunya acuh. Megan hanya tersenyum getir lalu memejamkan matanya dengan kepala tersender pada tembok dibelakangnya.
"Polisi sudah menemukan pelaku penambrakan ayahku, besok kau bisa datang kepemakaman ayahku?" tanya Megan penuh harap.
"Aku usahakan," jawab Alevan singkat diakhiri senyum manisnya.
"Mommyku akan segera pulang, aku pergi dulu. Sampai nanti." Alevan langsung pergi meninggalkan Megan yang masih terdiam menatap punggung tegapnya. Gadis itu terlihat mengusap ekor matanya yang mulai basah akibat air mata.
"Van!"
Alevan menatap Vika datar.
"Kau melihat Nessa?" tanya Vika mulai khawatir dengan keberadaan anaknya itu.
"Nessa? Tadi aku bertemu dengannya. Lalu dia pergi lagi," acuh Alevan melanjutkan langkahnya menuju sang ibu yang duduk dibrankar.
"Kau baik?" tanya Alevan mengusap punggung tangan Alea.
"Dimana Selena?" tanya Alea balik.
"Mungkin dia bersama pacarnya--"
Buk!
Fadil memukul pelan lengan Alevan hingga pemuda itu menatap kesal pada sang ayah.
"Roman, temannya," ulang Alevan malas.
Tiba-tiba suasana menjadi mencekam saat dua orang pria tampan memasuki ruangan tanpa ekspresi sedikitpun. Launez mundur satu langkah memposisikan dirinya dibelakang sang tuan.
"Alevan," panggil sosok itu. Alevan malas untuk merespon sapaan tersebut dan memilih merebahkan kepalanya ditelapak tangan sang ibu.
"Ada masalah?" tanya Fadil angkat bicara.
"Apa kalian yakin, Vanessa aman?"
Sosok itu langsung keluar dari ruangan diikuti Launez yang hanya menampilkan seulas senyum misterius pada Vika. Jantung Vika berdegup kencang, apa yang terjadi pada anaknya? Dimana Vanessa sekarang?
"Apa Kak Nessa ada disini?" Selena menyembulkan kepalanya kedalam ruangan hingga lamunan Vika buyar seketika. Vika langsung meninggalkan ruangan Alea dengan tangan terkepal kuat.
"Selena?" tanya Alea bingung.
Selena tersenyum singkat, beberapa detik bola matanya berubah menjadi hitam pekat dan Fadil beserta Alevan melihat akan hal itu.
"Heh!" Alevan langsung bergegas menghampiri adiknya itu dan ternyata tidak ada. Kepala Alevan celingak-celinguk dan hanya mendapati punggung Vika yang berjalan diujung koridor rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
AçãoSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...