51. Egois

648 104 21
                                    

Fadil menahan tangan Alea yang hendak beranjak dari kasur. Alea menyerngit dan kembali merebahkan tubuhnya.

"Soal anak-anak," ucap Fadil perlahan mengusap pipi mulus Alea.

"Kamu tau kalau kemarin Alevan teriak kalau dia cinta sama Selena. Padahal kita tau kalau mereka itu kakak adik."

Alea tersenyum mengiyakan.

"Tuan Rudeus punya penawaran, dia bilang dia mau bawa Selena. Selena akan masuk akademik, aku tau usia Selena masih muda tapi kita tau kalau Selena bukan anak biasa."

"Kalau aku ingat kalimat Alevan tadi malam, aku ngerasa ngejauhin Selena dari Alevan adalah cara satu-satunya agar Alevan ngebuang rasa cintanya ke Selena, adiknya sendiri."

Fadil bangkit dari kasur beralih posisi menjadi duduk.

"Kamu keberatan kalau Selena kita serahin ke Tuan Rudeus?" tanya Fadil hingga Alea ikut bangkit kemudian memeluknya dari samping.

"Enggak, kalau itu buat kebaikan anak-anak." Jawab Alea mantap berhasil membuat Fadil tersenyum lega.

"Yaudah, aku bakal bicara baik-baik sama Selena, kamu bicara sama Alevan." Tutur Fadil diangguki langsung oleh Alea.

"Aku mau masak dulu," ucap Alea lalu meninggalkan kamar.

"Jangan sampai, kisah kita terulang." Fadil berucap pelan saat pintu kamar sudah tertutup.

Alea tiba didapur dan mendapati Selena tertidur dilantai bersama Ramsey. Ia langsung membangunkan anaknya itu sembari tertawa kecil mendapati tingkah Selena yang kadang membingungkan semua orang.

"Sayang, bangunlah. Kau ini, jangan tidur didapur," kekeh Alea tersenyum hangat.

"Brrr... Dingin sekali," ucap Selena berlari meninggalkan kamar diikuti Ramsey.

"Beberapa hari lagi." Alea bergumam pelan menatap kepergian Selena.

"Kak--!!"

Selena terkejut saat Alevan tiba-tiba menariknya masuk kekamar, Ramsey hanya bisa menggong-gong karena tertinggal diluar.

"Hei!" kesal Selena. "Aku masih mengantuk!" Selena langsung merebahkan tubuhnya dikasur Alevan sampai kakaknya itu juga naik kekasur, memeluknya dari belakang.

"Kita akan pergi," ucap Alevan berbisik.

"Hanya aku," balas Selena pelan.

"Kita," tukas Alevan membalikkan tubuh Selena agar berhadapan dengannya.

"Ada apa? Jangan memandangiku," gerutu Selena memilih memejamkan matanya.

Alevan tersenyum, ia membayangkan hari yang akan datang dimana wajah Selena lah yang dilihatnya pertama kali saat bangun tidur. Alevan menyelipkan anak rambut Selena, memandangi wajah lugu nan polos itu dengan senyuman yang semakin merekah.

"Selena, tadi malam kau bicara soal pernikahan. Memangnya siapa yang akan menikahimu selain aku," ucap Alevan membuat mata Selena kembali terbuka.

"Hei, lelaki didunia bukan hanya kau," balas Selena kesal dengan perkataan kakaknya itu.

"Tetapi lelaki didunia mu hanya aku,
benar 'kan?" tanya Alevan.

"Hm... benar juga," jawab Selena nampak berpikir keras.

"Kau? Ingin menikah dengan siapa? Wanita di dunia mu 'kan ada banyak," balas Selena bertanya.

"Oh benar, apa Kak Nessa?" tanya Selena membuat senyum Alevan luntur.

"Aku tak menyukainya," jawab Alevan kesal.

"Sayang sekali, padahal dia cantik dan juga baik, hanya sedikit cengeng," tutur Selena memandangi langit-langit kamar.

Te Amo 2 ( Alevan Dykara )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang