38. Datang Lagi

583 99 11
                                    

Roman duduk sendiri menunggu jemputan dari orang tuanya. Ia tak bicara apa pun karena ketidakhadiran Selena. Mengapa gadis itu tak hadir, pikir Roman menatap beberapa anak seumurannya yang sudah dijemput satu persatu oleh orang tua mereka.

"Selena, kalau aku tahu dia tak masuk. Aku pasti tak masuk juga," gumam Roman pelan.

"Hei?"

Roman mendongakkan kepalanya menatap seorang pria yang sudah duduk disampingnya.

"Kau menunggu jemputan?"

Roman mengangguk.

"Selena tak ada kabar, apa kau tahu dimana alamatnya?"

Roman menyerngit atas kalimat sang pengajar kelas yang menanyakan keberadaan Selena.

"Untuk apa?" tanya Roman.

"Hanya ingin tahu, tak apa kalau kau menolak memberi tahu." Jawab sang pengajar yang bernama Artha itu.

"Mr---"

"Jangan memanggilku seperti itu, anggap saja aku temanmu." Potong Artha. "Bukankah kita berada diluar sekolah?" Artha mengulurkan tangannya pada Roman.

"Roman," ucap Roman memperkenalkan diri.

"Artha," balas pria itu sempat membuat Roman terdiam beberapa saat.

"Kau... Sudah mempunyai isteri?" tanya Roman sontak membuat Artha tertawa.

"Tentu saja belum, aku terlalu mencintai pekerjaanku," jawab Artha.

"Sejak kapan kau menjadi pengajar?" tanya Roman lagi.

"Lima tahun terakhir," jawab Artha mengakhiri obrolan diantara mereka sebab mobil yang menjemput Roman nampak sudah datang.

"Guk!!"

Gong-gongan anjing Roman yang bernama Sera membuat Roman harus mampu menahan beban pikiran tentang pengajar prianya itu.

"Guk!! Guk!!"

"Diamlah..." ucap Roman saat sudah masuk kemobil.

"Permisi," pamit ayah Roman pada Artha yang melambaikan tangannya. Mobil pun tancap gas pergi meninggalkan kawasan sekolah.

Kembali lagi pada mobil yang dikendarai oleh Alevan dan Selena. Mereka hanya diam, mobil terus memutar dijalanan kota tanpa berhenti. Kalau mereka pulang sekarang, sudah pasti sang ibu akan bertanya.

"Bagaimana, kalau kita keapartemen?" tanya Selena.

"Apartemen? Revan?" tanya Alevan balik. Selena mengangguk mantap.

"Untuk apa," kesal Alevan berdecak malas.

"Rumah Artha?" tanya Selena lagi.

Alevan diam sejenak. "Aku setuju!" ucapnya penuh semangat mulai menginjak pedal gas.

Akhirnya setelah berpuluh-puluh menit diperjalanan, mobil berhenti didepan pagar kayu yang diisi oleh sebuah rumah yang pernah mereka datangi dulu saat menyelidiki siapa itu Mr. Launez.

Selena tersenyum penuh kehangatan lalu turun dari mobil diikuti Alevan. Pagar kayu sudah mulai lapuk namun tak mengurungkan niat mereka untuk masuk kerumah itu. Bahkan tanaman menjalar diatap dan beberapa sisi tembok.

"Menyeramkan," ucap Alevan kemudian membuka pintu yang ternyata tidak terkunci dengan baik.

Selena lebih dulu masuk menatap sekitar. Beberapa perabot ditutup oleh kain putih, sarang laba-laba memenuhi beberapa figura yang terpasang didinding.

Te Amo 2 ( Alevan Dykara )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang