Mobil hitam yang dikemudikan Launez berhenti didepan sebuah gedung tua. Gedung bertingkat empat yang letaknya berada ditengah hutan.
"Tempat apa ini?" tanya Selena bingung. Tanpa menjawab pertanyaan Selena, Launez turun lebih dulu dari mobil kemudian membukakan pintu untuk Selena.
"Evan, ini tempat--"
"Diamlah b*tch!"
Selena tersentak kaget pada bentakan barusan. Kakinya gemetar, baru kali ini ada orang yang memakinya dengan sebutan jalang. Bahkan usianya baru belasan tahun.
Sosok itu melangkah lebih dulu menuju gedung tua yang sudah terbengkalai kemudian hilang begitu saja.
"Tuan..." panggil Selena menarik-narik lengan Launez. Launez menatap Selena iba kemudian menarik lengan gadis itu menyusul sang tuan.
Langkah keduanya terhenti saat menatap sosok pria berbaju serba hitam tengah duduk memunggungi mereka sambil menatap kosong kearah tembok.
"Kau tahu gedung ini?" tanya Launez pelan. Selena menggeleng, ia memang tak tahu ini gedung apa.
"Ah, lihatlah disekitarmu," ucap Launez terkekeh pelan.
Selena memperhatikan sekitar dengan tatapan datarnya, sebuah tangga yang menghubungkan kelantai dua, tidak ada lift, bangunannya pun sudah usang, hanya tembok putih kotor yang Selena lihat.
"Apa?" tanya Selena polos.
Launez menggeram kesal kemudian pergi meninggalkan Selena yang masih berada didekat sosok berbaju hitam itu. Selena meneguk salivanya kasar, hanya gemercik air jatuh yang memenuhi indra pendengarnnya.
"Evan," panggil Selena ragu.
Sosok itu menoleh tajam, tatapannya kembali seperti dimana pertamakali Selena lihat. Mengerikan.
"A aku--"
"Aku permisi!" ucap Selena cepat lalu berlari cepat menuju tangga melingkar. Tak ada rasa ketakutan sedikitpun dalam benak gadis berusia 12 tahun itu.
Tap... Tap... Tap...
Selena tepat berada dirooftop gedung. Angin sepoi-sepoi langsung menerjang rambutnya yang tergerai indah. Gadis itu memutar tubuhnya perlahan dengan tatapan bingung dan tatapan kagumnya.
"Tempat ini..." gumam Selena pelan.
"Gedung ini... Gedung ini adalah gedung tempat Revan bunuh diri."
Semerbak angin menerpa wajah cantik Selena hingga matanya terpejam cepat. Kakinya melangkah mengikuti arah angin dengan tatapan tenang tanpa ketakutan.
"Ikuti aku..."
"Terus melangkah..."
"Melangkahlah..."
"Te amo..." gumam Selena pelan, hingga kakinya satu kakinya sudah tidak menyentuh lantai lagi.
"Te amo..." gumam Selena lagi dengan senyum kecil, senyuman termanis yang pernah ia tampilkan pada dunia.
Jlep!
Mata indah gadis itu terbuka tiba-tiba.
"KYAAAAAAAAA--"
Brak!
Selena memegang dadanya yang hampir copot, napasnya memburu seiring melonggarnya pelukan pada tubuh mungilnya.
"Evan..." panggil Selena pelan, mungkin sosok itu tidak mendengarnya dan hanya mempokuskan pandangan kedepan.
"Kau mudah terhipnotis," ucap sosok itu seraya melepas pelukannya pada Selena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
AksiSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...