Mobil Alea terpakir didepan gerbang Campus High Barca, Alevan langsung turun tanpa bicara apapun hingga membuat Vanessa yang baru melepas sabuk pengaman terdiam dengan ekspresi dingin.
"Kalian bertengkar?"
Selena bertanya, berhasil membuat Alea dan Vanessa menatapnya.
"Tidak, Van 'kan memang begitu," kekeh Vanessa menyembunyikan perasaan sedihnya. Ia turun dari mobil setelah mencium punggung tangan Alea, membuat Alea merasa kembali berada di negeri asalnya, Indonesia.
"Mom?" panggil Selena menyadarkan Alea. Saat mobil mereka hendak pergi tiba-tiba seseorang menghadang mereka, tidak lain adalah Ervan, rektor kampus.
Alea panik, ia menatap Selena yang tengah menatap Ervan. Sontak Alea membunyikan klakson agar Ervan pergi dari hadapan mobilnya, namun nampaknya itu tidak berhasil. Sebab Ervan malah mendekat dan mengetuk kaca mobilnya.
"Revan..." gumam Selena pelan.
Alea menurunkan kaca mobilnya.
"Kita perlu bicara!" ucap Ervan membuka pintu mobil Alea.
"Tidak! Aku harus mengantar---"
"Aku bisa pergi sendiri, dengan taksi." Selena memotong ucapan sang ibu sembari turun dari mobil.
"Apa kau sudah bertemu anak-anakku?" tanya Alea menatap Ervan.
"Lebih dari itu," jawab Ervan meminta Alea turun dari mobil.
"Kita akan mengantar Selena, duduk disebelah!" perintah Ervan membuat Alea kembali masuk kemobil setelah menyuruh Selena duduk dikursi belakang.
"Apa kau tidak sibuk?" tanya Alea saat mobil sudah jalan. Selena duduk dibelakang dengan ekspresi santainya, tak ada bicara sedikit pun.
Ervan menoleh, membuat Alea merasakan kejadian masa lalu kembali terulang. Saat-saat mereka bersama dimobil, makan malam bersama Vika dan Artha, berlarian di lorong apartemen.
"Tidak," jawab Ervan singkat.
Kebetulan sekali, mobil Selena dan mobil Roman datang bersamaan sehingga Roman yang masih berada dimobil menatap tak percaya pada seorang pria yang mengendarai mobil Selena.
"Aku turun," ucap Selena pelan. Alea menoleh kebelakang lalu mengusap pucuk kepala Selena.
"Belajar dengan rajin, gadis manis!" ucap Ervan tersenyum pada Selena.
Sepeninggal mobil yang mengantarkan Selena dan Roman. Keduanya saling tatap dengan perasaan campur aduk.
"Bukankah Revan cocok menjadi ayahku?" tanya Selena langsung mendapat pukulan pelan di lengan oleh Roman sebagai teguran.
"Nanti saja, aku tak mau membahasnya." Roman menarik Selena memasuki kawasan sekolah.
Sementara itu diruang kelas yang tengah diajar oleh dosen pria, Alevan hanya menunduk menatap mejanya meskipun teman-temannya tengah mencatat sesuatu dipapan tulis. Alevan diam, tak memperdulikan Vanessa yang sedari tadi menatapnya.
"Membosankan," pelan Alevan bersuara.
"Revan," gumam Alevan.
"Apa dia bukan manusia. Hidup dan mati seenaknya, membebani saja."
"Huh..."
"Apa Artha juga disini?"
"Dan Selena, awas saja jika ia pergi kerumah itu bersama Roman!"
"Mengapa mom merahasiakannya kalau ia sudah bertemu dengan Revan," ucap Alevan yang nampak asik berbicara sendiri.
"Kelas berakhir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
AksiyonSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...