"Jadi om, nama om siapa? Temen mami ya?"
"Vanessa, diam!" ucap Vika setengah membentak pada anak sulungnya itu. Mobil dikemudikan oleh seorang pria berambut seputih salju, sejak mobil tancap gas, Vika tak henti-hentinya merasakan gelisah didalam hati.
"Vika--"
"Artha."
Vanessa, anak sulung Vika menatap dua punggung manusia didepannya itu dengan bingung.
"Om? Mi?" tanya Vanessa memastikan.
Launez tersenyum singkat dengan tatapan fokus pada jalanan didepan matanya. Beberapa menit kemudian, mobil berhenti didepan sebuah pusat perbelanjaan kota Jakarta.
"Turun," titah Launez dingin.
"Siapa yang turun? Nessa atau mami?" tanya Vanessa balik.
"Kamu," jawab Launez melirik Vanessa sekilas.
"Loh? Masa Nessa ditinggal disini mah? Mami mau kemana sih? Om ini siapa? Temen kerja mami?" tanya Vanessa nyerocos, menurun dari Vika bukan?
"Nessa, kamu turun. Dia temen kerja mami, kita ada rapat dadakan. Maaf sayang, mami lupa." Vika berucap sambil meraih sesuatu didalam tas selempangnya.
"Ini kredit mama, kamu pake buat beberapa hari kedepan--"
" What? Maksud mami? Mami mau kemana sih?" potong Vanessa seraya mengambil kartu kredit yang disodorkan ibunya.
"Mami udah hubungin baby sister buat jaga adik-adik kamu, sekarang kamu turun."
Vanessa melotot tak percaya dengan ucapan sang ibunda.
"Mi, Nessa gak ngerti. Maksud mami apa? Mami mau kemana? Dia siapa?" tanya Vanessa lagi.
Launez menghembuskan napas malas kemudian memutar kepalanya menghadap Vanessa.
"Kamu turun sekarang."
Singkat, padat dan jelas. Vanessa langsung bergerak turun dari mobil dengan tatapan kesalnya.
"Sana pergi!" omel Vanessa setelah menendang ban mobil.
Wushhh!!!
Mobil tancap gas tiba-tiba hingga membuat Vanessa tersentak kaget. Gadis cantik itu kembali menghentakkan kakinya kesal dengan sebuah kartu kredit yang masih berada digenggamannya.
"Siapa sih om tadi, temen mama apa mantan mama atau gimana? Bingung gua. Mending belanja ngabisin duit, kan duit kebanyakan itu mubazir. Buahahaha!!!"
Salah seorang satpam mall menatap bingung pada Vanessa sambil geleng-geleng kepala.
***
"Hai..."
"Kenapa kamu datang lagi hah! Kenapa? Aku udah bahagia tanpa kamu! Aku udah lupain semua tentang kita dan Barcelona! Kamu jahat Tha! Kamu jahat!"
Isakan wanita itu terdengar jelas didalam mobil yang masih melesat ditengah jalan raya.
"Maaf."
Vika membenci kata itu, kata yang seharusnya diucapkan dari dulu oleh Artha.
"Hiks!"
"Maaf. Maafin saya, maaf saya keterlaluan, maaf saya ninggalin kamu, maaf! Maaf saya kembali lagi dalam kehidupan kamu."
Vika hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangan, hatinya meradang mengingat semuanya. Tentang cintanya yang terkubur di Barcelona.
"Sekarang, apa mau kamu?" tanya Vika serak setelah tangisnya berakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
AçãoSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...