Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari spesial bagi Alevan karena ia akan menginjakkan kaki di Campus High Barca. Mobil yang ditumpanginya terparkir di depan gerbang nan megah itu.
Alea, si pengemudi mobil menatap bangunan kampus dengan seulas senyum. Tempat ini adalah saksi bisu awal-awal pertemuan dirinya dengan seorang pria.
"Van, sudah sampai." Alea menoleh kebelakang pada sang anak yang asik mendengarkan musik dengan earphone.
"Kak Van!" tegur Selena melepas earphone Alevan secara tiba-tiba.
"Sudah sampai? Tidak terasa," ucap Alevan memperhatikan sekitar.
"Selena, kembali tenang. Jangan biarkan penampilan mu berantakan untuk hari pertama kesekolah," tegur Alea pada puterinya itu saat Selena hendak mengajak Alevan beradu argumen.
Selena turun dari mobil dan berpindah duduk agar berada disamping sang ibu. Alevan menarik napas panjang kemudian turun dari mobil diikuti Alea. Banyak mata menatap mereka. Pujian dari para gadis terlontar jelas untuk Alevan.
"Baiklah, kau tampan." Alea membenarkan tananan rambut Alevan.
"Seperti, dia?" tanya Alevan menaikkan satu alisnya dengan senyum mempesona.
Alea terkekeh. "Tentu saja," jawab Alea singkat.
"Jangan lupa menjemputku, aku malas jika harus menunggu di halte. Sudah pasti para gadis akan merayuku," ucap Alevan. Sontak saja Selena tertawa terbahak-bahak.
"Terlalu percaya diri!" cibir Selena malas.
"Diam kau!" sebal Alevan hendak menghampiri Selena namun dicegah oleh Alea.
"Sebaiknya kau pergi, selamat belajar dan semoga kau mempunyai banyak teman!" Alea kembali masuk kemobil dengan kaca mobil yang masih terbuka.
Alevan menunduk, mencium singkat pipi sang ibu. "Kau wanita yang paling ku cintai," ucap Alevan kemudian pergi.
"Heh! Apakah aku tidak!?" tanya Selena. Alevan mengacungkan jari tengahnya hingga membuat Selena semakin kesal saja.
"Sudah... Sudah..." Alea mengusap pucuk kepala Selena namun aktivitasnya terhenti saat seseorang mengetuk kaca mobilnya yang sudah tertutup.
Alea kembali menurunkannya dan saat seseorang itu melepas kacamatanya, mata Selena melotot.
"Nyonya, tolong cepatlah. Mobil mu menghalangi jalan," ucap pria itu kemudian pergi kembali kemobilnya.
Alea tancap gas tanpa bersuara apapun. Nampaknya Selena juga merasakan apa yang dirasakan sang ibu. Ia menoleh, ibunya masih fokus menyetir sampai mobil berhenti di persimpangan lampu merah.
"Mom?" panggil Selena pelan.
"Iya? Kau butuh sesuatu?" tanya Alea mencoba mengontrol emosinya. Selena menggeleng dan mobil kembali jalan mengantarkan Selena sekolah.
Selena turun dari mobil. Tanpa sepatah kata, mobil yang mengantarkannya langsung pergi begitu saja. Selena menundukkan wajahnya murung namun Roman datang tepat waktu dan langsung merangkul bahunya.
"Hey! Kau tahu? Ayahku membelikan hewan peliharaan untukku. Seekor anjing, aku menamainya Sera, akan ku ajak Sera bermain bersama Ramsey. Kau setuju!?"
Selena hanya diam tak menjawab kalimat Roman.
"Rom," panggil Selena mengangkat wajahnya menghadap pada Roman yang sudah lebih tinggi darinya itu.
Roman menyelipkan rambut ikal Selena kebelakang telinganya. "Seharusnya kau memakai ikat rambut," ucap Roman santai.
"Aku bertemu dengannya, lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
AcciónSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...