Selena pulang bersama Roman setelah sang ibu yang menghubungi langsung lewat panggilan kepada ayah Roman. Dua anak yang beranjak remaja itu duduk bersebelahan, Roman hanya diam menatap Selena dari samping.
"Selena, bagaimana kabar ayahmu? Sudah lama kami tidak bertemu," ucap Connie, ayah dari Roman.
"Ayahku baik, dia juga sepertimu, sibuk bekerja. Hehehe..." tawa kecil Selena hadir, Connie menanggapinya dengan tawa juga.
Connie tahu tentang kejadian kemarin dimana Selena dan Roman dapat menangkap para penjahat peculikan, namun ia tak berniat sedikit pun membicarakan hal itu, lagi pula benar kata Selena, ia terlalu sibuk bekerja sampai-sampai nyawa dua anak yang dibawanya dalam bahaya.
"Rom," panggil Connie.
"Ya? Daddy?" tanya Roman ragu.
"Kau ingin bermain dirumah Selena?" tawar Connie.
"Kau harus mau!!" teriak Selena heboh.
"Baik... baik..." jawab Roman memutuskan kembali diam menatap ekspresi senang Selena.
Roman dan Selena berjalan memasuki rumah dan ternyata Rudeus tengah bersantai diruang tamu, ada segelas minuman soda yang berada diatas meja.
"Tuan Rudeus!" panggil Selena menarik tangan Roman untuk menghampiri pria itu.
"Selena dan, Roman?"
Roman mengangguk saja.
"Kau sudah lama?" tanya Selena.
"Tidak terlalu, ayahmu mengijinkanku masuk, bahkan menyuruhku bersantai seperti sekarang ini," jawab Rudeus diakhiri tawa.
"Lagi pula bukankah kau biasa berkunjung sore hari? Saat daddy sudah pulang bekerja," tutur Selena.
"Kunjunganku untuk bertemu denganmu, bukan ayahmu," balas Rudeus membuat Roman sedikit tak suka dengan gaya bicara pria yang notabenya sebagai polisi yang menangani kasus Selena.
"Kau manis sekali!!" puji Selena tersenyum lebar.
Lama mereka berbicara, akhirnya suara mobil terdengar parkir dihalaman. Alevan masuk kerumah disusul oleh Vanessa kemudian Alea.
"Mom!" panggil Selena. Alea melempar senyuman pada Selena dan juga pada Rudeus.
"Kak Van!!" panggil Selena lagi.
"Diamlah," balas Alevan malas.
"Mari kita ganggu Kak Van!" Selena kembali menarik tangan Roman meninggalkan ruang tamu saat sang ibu menghampiri mereka.
"Nyonya, suamimu sudah mengijinkanku untuk bersantai disini," kekeh Rudeus.
"Tak apa, kami memang harus membalas budi karena kau berhasil menyelamatkan Selena dari pengadilan," balas Alea duduk berhadapan dengan Rudeus.
"Selena, dia anak yang manis. Juga istimewa," ucap Rudeus membuat Alea menyerngit.
"Ku akui, Selena memang lebih pintar dari kakaknya," ucap Rudeus lagi, Alea terkekeh kemudian mengangguk.
"Kemampuannya luar biasa." Rudeus mengangkat kaleng soda kemudian meminumnya.
"Maksudmu?" tanya Alea dingin.
"Aku hanya membayangkan kalau dimasa depan anak mu yang manis itu memimpin pasukan rahasia," kekeh Rudeus santai.
"Dan?" tanya Alea bingung.
"Siapa tau kau berminat memasukkan Selena kedalam organisasi militer di akademik jika ia sudah berusia 17 tahun. Tapi jika ia mendapat tawaran di usianya sekarang, ia akan langsung dilatih oleh 'orang dalam' organisasi."
Alea diam tak bergeming.
"Apa Selena berhak mendapatkan tawaran itu?" tanya Alea.
Rudeus mengeluarkan selembar kertas yang berisikan informasi singkat tentang hal yang dibicarakannya pada Alea.
"Apa suamiku tahu hal ini?" tanya Alea setelah membaca kertas tersebut.
"Dia menolaknya," jawab Rudeus.
"Apa segalanya tentang Selena akan terjamin? Maksudku makanan, pakaian, pendidikan?" tanya Alea.
Rudeus mengangguk dan tak lama kemudian suara mobil Fadil terdengar.
"Akan ku simpan kertas ini!" ucap Alea lalu pergi menuju dapur. Rudeus tersenyum senang dan saat Fadil menghampirinya, seolah tak terjadi pembicaraan apapun dengan Alea.
"Ramsey! Halangi Kak Van!" teriak Selena meneriaki anjingnya agar Alevan tak masuk kekamar.
Selena menghampiri Alevan menarik tangan kakaknya untuk menjauhi pintu kamar.
"Ayolah, bermain dengan kami!" pinta Selena penuh paksaan.
"Tidak!" jawab Alevan malas.
"Dengan Kak Nessa juga! Ayolah!!" pinta Selena lagi saat Vanessa melewati mereka. Sementara Roman asik mengelus bulu Ramsey yang berada dipangkuannya.
"Ayolah, Kak Van! Ajak kami jalan-jalan, aku bosan berada dirumah!!" gerutu Selena.
"Jadi kau akan meninggalkan rumah?"
Vanessa, Roman dan Selena mengarahkan pandangannya pada Alevan.
"Tidak begitu," ucap Selena melepaskan tangan Alevan.
"Ah benar! Jika besar nanti aku akan menikah dan sudah pasti aku akan meninggalkan rumah, bahkan Mom sendiri meninggalkan negaranya," tutur Selena tanpa rasa bersalah membuat tangan Alevan terkepal.
"Tidak," ucap Alevan melangkah kembali kekamarnya.
"Maksud mu!?" tanya Selena berteriak kesal.
"Kau tidak akan menikah." Alevan memegang knop pintu bersiap memasuki kamar.
"Hei! Aku ingin menikah, menjadi dewasa seperti mom!" keluh Selena berkacak pinggang.
"Kalau begitu menikah saja denganku."
Alevan masuk kekamar kemudian menguncinya.
"Tidak akan, lagi pula siapa wanita yang mau denganmu!" gerutu Selena kesal.
"Aku."
Roman mengarahkan pandangannya pada Vanessa.
"Kau!?" tanya Selena tak percaya. "Kak Nessa, aku senang mendengarnya! Kau mencintai Kak Van!? Padahal dia menyebalkan!" Selena menghampiri Vanessa dengan senyum manis.
"Tapi Van tidak mencintaiku."
Vanessa masuk kekamar setelah membuat senyum Selena luntur.
"Orang dewasa memang begitu," ucap Roman menghampiri Selena membawa Ramsey.
"Cinta datang dan pergi." Roman berucap lagi, mencoba menyadarkan Selena.
"Hei, apa kau mencintaiku?" tanya Selena membuat wajah Roman memerah dengan mulut menganga.
"Tentu saja tidak!" jawab Roman mengalihkan pandangannya.
"Huh!" Selena membuka pintu kamarnya membawa Roman masuk dan langsung menyalakan televisi.
TBC...
Vote komen ayokk😍❣️
See you next part!
Udah siap sama kejutannya?🤪😎
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
AcciónSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...