42. Rumah Tua

560 100 11
                                    

Selena berjalan bersama Roman melewati koridor sekolah yang dipenuhi siswa-siswi sebab jam sekolah telah tiba beberapa menit yang lalu. Rencananya mereka akan pergi kerumah dimana mereka mungkin akan menguak satu misteri, atau mungkin masalah lagi.

"Bilang saja pada supirmu, kau pulang bersamaku," perintah Selena saat mobil yang menjemput Roman sudah terparkir diluar sekolah. Roman menuruti permintaan gadis itu dan membiarkan mobilnya pergi.

"Kita akan naik taksi, aku punya uang!" ucap Selena bangga.

Lagi-lagi Roman pasrah lalu melambaikan tangannya pada taksi yang kebetulan lewat.

"Dua anak itu, mengapa mereka naik taksi?" tanya seseorang yang tiada lain adalah Artha, pengajar dikelas mereka.

Selena meminta supir berhenti saat jarak mereka tak terlalu jauh dari tempat yang ingin mereka datangi.

"Disini?" tanya sang supir. Selena mengangguk lalu membayar kemudian turun disusul oleh Roman.

"Ayo!" ajak Selena sedikit kesal karena Roman nampak tak bersemangat.

"Kalau kita berhenti didepan rumah itu, pasti supir akan bingung. Makanya aku meminta berhenti disini," tutur Selena memimpin jalan dan sampailah mereka didepan rumah tua.

Roman memggeleng pelan, menahan tangan Selena saat gadis itu hendak masuk kearea rumah.

"Kau takut? Yang benar saja," elak Selena lalu masuk kerumah dengan mudahnya.

"Ayooo!" lagi-lagi Selena memimpin jalan menaiki tangga menuju lantai dua dan berhenti didepan kamar dengan pintu yang tertutup. Anehnya saat ia hendak membuka ternyata pintu itu terkunci.

"Ada apa?" tanya Roman.

"Terkunci," jawab Selena.

Roman mengambil alih ganggang pintu berusaha membukanya namun tetap tak berhasil.

"Sudah lah, lebih baik kita pulang," ajak Roman setelah cukup lama berusaha membuka pintu namun tak membuahkan hasil.

"Hei, aku mengeluarkan banyak uang untuk taksi," gerutu Selena.

Brak!!

Selena menendang pintu tersebut dan akhirnya terbuka. Roman melotot, lain halnya dengan Selena yang tersenyum lebar. Disaat Selena hendak masuk tiba-tiba bahu mereka dipegang oleh seseorang.

"Anak kecil, sedang apa kalian?"

Selena dan Roman berbalik, menatap bingung pada pria yang tak mereka kenali. Wajahnya terlihat menyeramkan dan ternyata beberapa pria juga terlihat mendekati mereka.

"Bermain," jawab Roman melepaskan pegangan pria itu pada bahu Selena.

"Wah, ternyata kau bertindak lebih dulu." Ucap salah seorang pria.

"Hei, mereka anak sekolah? Sudah ku duga kau menculik mereka dengan modus permen," ucap yang lain.

"Menculik?" tanya Roman. Ia menoleh pada Selena. Tangan gadis itu terkepal dengan tatapan bengis.

"Siapa yang mengijinkan kalian menginjakkan kaki disini!?" tanya Selena dengan lantangnya.

Para pria berjumlah enam orang itu langsung tertawa terbahak-bahak.

"Hei..." olok pria yang berada tepat dihadapan Selena. "Ini adalah markas kami, tempat kami menyekap anak sepertimu lalu menjualnya pada pedagang diujung kota," ucapnya dengan santai.

"Bert! Mengapa kau beritahu mereka! Bodoh!" kesal pria yang berada dipaling belakang.

"Tenang saja, Mike. Mereka juga akan menjadi barang bagi para pedagang," jawab pria bernama Bert diakhiri tawa kecil.

Te Amo 2 ( Alevan Dykara )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang