"Sttt... Diamlah!" ucap Alevan pelan sambil menggenggam erat lengan Selena dan membawanya melangkah menuju kamar orang tuanya, Alea dan Fadil.
"Aku ingin pipis..." balas Selena hingga Alevan memutar bola matanya malas.
"Intip mereka, apakah mereka sudah tidur," titah Alevan pada Selena.
Selena mengangguk saja kemudian berlutut untuk mengintip pada lubang kunci pintu kamar kedua orang tuanya.
"Mereka sudah tidur," ucap Selena saat seisi kamar gelap gulita. Sudah pasti lampu kamar dimatikan.
"Bagus, sekarang buka pintunya," titah Alevan lagi. Selena berdecak kemudian meraih kunci cadangan yang berada didalam laci.
"Kak, aku ingin ketoilet dulu..." rengek Selena lagi namun Alevan tidak memperdulikannya.
Krek!
Pintu terbuka, Selena langsung berlari memasuki kamar dan melangkah menuju kamar mandi. Alevan menatap adiknya itu tak percaya, kalau mereka ketahuan bagaimana? Dengan langkah mengendap-ngendap, Alevan melangkah masuk untuk mengambil kunci mobil ataupun motor yang memang berada dikamar kedua orang tuanya.
"Lega..." ucap Selena enteng saat keluar dari kamar mandi. Alevan hanya geleng-geleng kepala.
"Ketemu!" ucap Alevan semangat saat laci penyimpanan semua kunci kendaraan ia temukan. Selena mendekat dengan langkah santainya pada sang kakak.
"Mobil saja, udara dingin," saran Selena. Alevan mengangguk saja dengan senyum kemenangannya.
"Ayo pergi!" ajak Alevan kembali menarik lengan Selena, tapi tiba-tiba...
Jlep!
Lampu kamar terbuka tiba-tiba. Alevan terkaget dan langsung menarik Selena bersembunyi dibalik lemari.
"Sayang, ada apa?" tanya Fadil serak.
"Tadi aku ketemu Artha."
Fadil langsung bangkit dari tidurnya begitupun Alea.
"Maksud kamu?" tanya Fadil meyakinkan.
Alevan dan Selena berdecak saat kedua orang tuanya itu berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa yang tidak dimengerti oleh mereka.
"Aku nggak tahu, itu jelas Artha. Rambutnya putih, wajahnya persis," jawab Alea dengan nada sendunya.
Fadil mengusap pelan bahu Alea guna menenangkan gadis itu.
"Aku rindu Revan, kak..." lirih Alea tak kuasa menahan tangis.
"Mengapa mom menangis?" bisik Selena pelan.
"Tadi ia menyebut nama Revan," balas Alevan berbisik.
"Sttt... Lupakan, Revan sudah bahagia disana. Kamu tau itukan?" ucap Fadil lalu memeluk Alea erat.
Alea mengangguk, masih tesedu dalam dekapan erat suaminya.
"Sebentar lagi, semuanya bakal terungkap kak. Van sama Selena bakal tahu semuanya, aku yakin. Walaupun Revan nggak sama kita, tapi bayangannya terus ada disisi kita. Aku yakin itu kak!"
Lagi-lagi Selena dan Alevan menyerngit mendengar kalimat sang ibu.
"Kak!" panggil Selena horror.
Alevan menatap Selena malas, wajah gadis berusia 12 tahun itu terlihat ketakutan.
"Ada apa?" tanya Alevan berbisik.
"Ke... kecoa..."
Alevan membulatkan matanya, sebentar lagi Selena akan berteriak kencang jika ia melihat tikus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
ActionSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...