Alevan terbangun dan mendapati seorang anak tengah memeluknya dengan erat. Pemuda tampan itu menoleh, Selena nampak nyaman dalam tidurnya. Alevan menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua dan kembali mencoba untuk melanjutkan tidurnya.
"Sialan," umpat Alevan saat napas Selena mengganggu indera pendengarannya. Padahal kan cuma napas? Apa salahnya? Dasar Alevan, pemuda paling sensi diseluruh planet.
Ia berniat membangunkan adiknya itu namun ia urungkan. Rasanya tidak tega jika harus mengganggu tidur Selena, sudah berapa lama anak itu tidak tidur dengan nyenyak?
Kepala Alevan tiba-tiba teringat dengan Vanessa, gadis itu terlihat sangat cantik dimatanya. Alevan menyukainya, bahkan sejak pertama bertemu meski Vanessa tergolong gadis gila yang suka berteriak. Apakah gadis-gadis Indonesia memang suka berteriak? Pikir Alevan dengan senyum kecil.
Memikirkan hal itu benar-benar membuat Alevan tak bisa tidur. Matanya kembali menatap wajah polos Selena, nampak sangat lucu ya meskipun ia ingin sekali membunuh adiknya itu. Alevan membayangkan jika Selena sudah besar nanti pasti ia akan secantik Vanessa. Tapi apa Selena berumur panjang? Alevan menggeleng menjauhkan pikiran ketakutannya. Ia akan menjaga semuanya, Selena, Vanessa, dan yang lain. Alevan berjanji, janji seorang Revan tidak main-main.
"Kak Van..."
Selena menyamankan tidurnya dengan mempererat pelukan pada tubuh Alevan.
"Dasar!" umpat Alevan pelan.
Ngomong-ngomon soal Roman, ia sudah pulang kerumahnya.
Mata Alevan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul lima pagi, ia mencoba melepaskan diri dari Selena namun tak bisa.
"Hey. Lepaskan pelukanmu, aku ingin mandi."
Mata Selena terbuka perlahan, "aku lebih memilih memeluk kaktus dari pada memelukmu!" ucap Selena lalu memalingkan tubuhnya.
"Sialan!" umpat Alevan lalu bangkit dari kasur. Kakinya melangkah menuju kamar mandi, sudah lama ia tidak mandi sepagi ini. Keluar dari kamar mandi, ia mendapati Selena yang masih tertidur. Kakinya melangkah menuju ruangan khusus pakaiannya.
"Kau sexy." Alevan terkekeh melihat tubuh atletisnya dicermin.
"Kak Van."
Alevan menoleh keambang pintu dan mendapati Selena tengah menatapnya dengan tatapan polos. Pemuda itu cepat-cepat membenarkan handuk yang melilit pinggangnya.
"Pergi kau! Mengganggu saja!" usir Alevan sambil memilih-milih baju yang akan ia pakai. Bukannya pergi, Selena malah duduk diambang pintu dengan mata tertutup.
"Menyusahkan!" umpat Alevan selesai memakai pakaiannya. Lantas ia menggendong Selena guna merebahkan kembali gadis itu.
Alevan melangkahkan kaki kebalkon kamar yang masih gelap itu, sudah lama ia tidak bersantai ditempat tersebut. Ia mencoba menenangkan pikirannya yang akhir-akhir ini dibuat gila oleh sosok Revan. Kakinya menjuntai kebawah dengan tatapan tertuju pada langit yang mulai menampakkan sinar mentari pagi.
Sementara itu dilain tempat, tepatnya sebuah kamar. Gadis cantik tengah menggeliat dalam tidurnya, dia adalah Vanessa.
Vanessa terbangun dengan napas tercekat, matanya meneliti sekitar dan mendapati keadaan yang sama sebelum ia tertidur, kapan semuanya akan berakhir, ia ingin pulang, ia merindukan Orang tuanya, ia rindu sekolah dan ia rindu dengan teman-temannya.
"Kalo tau gini! Gue nggak usah nyusuh mami!" ucap Vanessa gusar lalu bangkit dari kasur.
"Gue aja nggak tau ini dimana, HP nggak ada! Gimana mau bicara bahasa mereka! Goblok!" gumam Vanessa lalu duduk disofa menyalakan televisi.
"WOYYY!!! Gue laper!" teriak Vanessa kencang.
"Laperrr woy! Kalian mau bikin gue mati!" teriaknya lagi. Tak lama Launez membuka pintu kamar membawa nampan berisi makanan. Vanessa sedikit lega saat nampan tersebut sudah berada dimeja dihadapannya.
"Om," panggil Vanessa sebelum Launez bersiap pergi.
"Please... Bebasin Nessa, Nessa mau pulang, takut!"
Launez mendudukkan dirinya disamping gadis itu kemudian memeluknya pelan. "Semuanya bakal baik-baik aja," ucap Launez kemudian melepas pelukannya. Pria itu pergi meninggalkan tanda tanya untuk Vanessa.
"Woy! Nih makanan nggak ada racunnya kan!?" teriak Vanessa namun tak ada jawaban.
Gadis itu mendengus kesal kemudian mulai menyantap makanan yang tergolong nikmat itu. Selesai makan, Vanessa melangkah menuju jendela balkon yang terkunci, matanya menatap diam pada manusia-manusia dibawah sana yang tengah berlalu lalang memenuhi jalanan.
"Nessa mau pulang..."
Gadis itu kembali kekasur kemudian merebahkan tubuhnya. Pintu kembali terbuka, terlihatlah Launez yang menampilkan tatapan tak sabaran.
"Ayo! Kamu bisa lari sekarang!"
Launez memanggil Vanessa dan gadis itu dengan sigap menghampirinya. Launez menggenggam tangan gadis itu kemudian menuntunnya melewati lorong-lorong ruangan apartemen. Tiba didepan pintu, Launez memencet kode dan pintu pun terbuka. Ia kembali menarik Vanessa dikoridor apartemen dan mereka sampai di lift. Launez masih menggenggam tangan Vanessa berharap rencananya berhasil. Ia sudah meretas CCTV apartemen agar tak ada bukti kalau ia yang membebaskan Vanessa.
Mereka tiba dibasement apartemen, "kamu bisa nyertirkan!?" tanya Launez menyerahkan kunci mobil pada Vanessa.
"Pakai mobil ini, pergi! Hati-hati!"
Vanessa mengangguk. "Makasih!" ucap gadis itu sebelum tancap gas. Launez melambaikan tangannya, kini ia harus cepat kembali keapartemen dan mengatakan kalau Vanessa kabur dengan sendirinya.
"ARTHA!"
"Siap Tuan!" ucap Launez ngos-ngosan setelah memasuki apartemen.
"Nessa kabur! Saya sudah berusaha mengejarnya tapi dia lolos! Maaf Tuan!"
Sosok yang tengah berdiri membelakangi Launez itu tersenyum sinis.
"Alasanmu terlalu kekanak-kanakan."
Launez menunduk pasrah, tak peduli apa yang terjadi dengan dirinya selanjutnya yang terpenting Vanessa sudah selamat.
"Untung saja aku sempat mengaktifkan mode peledak pada mobil itu."
Poor Launez.
Tbc!
Apa yang terjadi sama Vanessa selanjutnya? Mau nanya nih, kalian Tim Van Selena / Tim Van Vanessa?
![](https://img.wattpad.com/cover/183992914-288-k464375.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
AcciónSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...