39. Curiga

625 96 5
                                    

Pria tampan, sang rektor kampus kembali ke apartemennya setelah menunggu cukup lama namun wanita yang ditunggunya tak kunjung datang, mungkin saja anak-anak wanita itu tidak memberitahukan bahwa ia memintanya datang.

Ervan memilih tinggal sendiri setelah kematian isteri dan anaknya akibat kecelakaan mobil beberapa tahun lalu. Sampai sekarang, belum ditemukan penyebab terjadinya tabrakan tunggal yang merenggut nyawa isteri dan anaknya, entahlah. Hanya itu yang ia dapat dari kepolisian.

Kini Ervan sendiri, seperti biasa duduk dengan segelas minuman yang berada dimeja. Kepalanya kembali teringat kejadian tadi siang, tentang mahasiswinya yang menghampirinya bersama seorang anak gadis.

"Selena," gumam Ervan pelan.

"Alevan," ucapnya lagi kemudian membuka laptop guna mencari data mahasiswi kampusnya yang bernama Alevan.

"Alevan Dykara, putera dari Fadil." Ervan tersenyum senang mengetahui alamat yang tertera dilayar laptopnya. Ia segera mencatatnya lewat ponsel.

"Jadi, apakah pria bernama Fadil ini sudah tiada?" tanya Ervan pada dirinya sendiri. "Mengapa tak ada nama marga," gumam Ervan kembali menggali lebih dalam biodata tentang Alevan.

"Indonesia? Jadi dia campuran?" tanya Ervan lagi.

Ervan juga menemukan salah satu mahasiswanya yang berasal dari Indonesia. "Vanessa, gadis yang selalu bersamanya," ucap Ervan menatap foto Vanessa yang tertera dilayar.

"Alea Ratu Aneska," jemari Ervan bergerak cepat mengetik nama tersebut lewat situs yang ia dapat dari biodata Alevan.

"Astaga! Dia pernah berkuliah di kampus!" Ervan menatap tak percaya, membaca data diri dari wanita dilayar yang terlihat lebih muda dengan senyum manisnya.

Ervan berdecak saat jaringan internet tak lancar hingga membuat gambar yang tengah diunduhnya menjadi samar. Perlahan namun pasti, gambar seorang pria mulai terlihat.

"Revandy Qayro... Pemilik kampus yang namanya dirahasiakan oleh semua orang, 15 tahun yang lalu..."

Napas Ervan memburu, tatapannya terlihat kosong. Ia mengusap wajahnya kasar saat wajah pria yang mirip dengannya terpampang dengan jelas dilayar. Perbedaannya hanya dari segi tatanan rambut dan bola mata.

"Tidak mungkin!"

Ervan memukul-mukul wajahnya.

"Mana mungkin wajah kami begitu mirip!?"

"Apa hubunganku dengan mereka semua!?"

"Mengapa rasanya begitu sakit!"

"Aku harus segera menemuinya!"

Ervan bergegas mencari jaket dan juga topinya. Ia harus segera mendatangi alamat Alea untuk menanyakan hal tersebut.

Tak butuh waktu lama, mobil Ervan sudah semakin dekat dengan lokasi yang menunjukkan alamat Alea. Ervan meraih botol minum namun nampaknya ia kesusahan hingga botol itu terjatuh. Ia menunduk mencoba mengambilnya dan tiba-tiba...

Tin!!!

Klakson panjang membuat Ervan mengerem secara mendadak. Hampir saja ia menabrak sebuah mobil yang nampaknya hendak menyeberang.

Te Amo 2 ( Alevan Dykara )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang