Ervan menunggu dibandara setelah ia menghubungi wanitanya untuk segera pergi meninggalkan Kota Barcelona. Hampir dua jam menunggu namun tak ada tanda-tanda kedatangan wanita itu bersama sang anak.
Tiba-tiba ponselnya berdering, Ervan langsung menerimanya dan berharap kalau panggilan itu berasal dari wanitanya.
"Segala tentang saya adalah kehendak Tuan."
Ervan membeku ditempat, potongan-potongan kejadian kembali memenuhi kepalanya.
"Artha Launez."
Seseorang tersenyum sembari turun dari mobil berwarna merah. Ia melepas kacamatanya memandangi jurang dari sisi tebing lainnya. Diseberangnya terdapat banyak mobil polisi, mobil pemadam kebakaran dan pengendara lain yang menonton pencarian sebuah mobil yang terjun bebas kejurang.
"Siap, Tuan."
Ervan terjatuh, jantungnya seakan berhenti berdetak. Napasnya memburu, matanya berkaca-kaca, nada kepiluan kembali terdengar ditelinganya seperti kejadian beberapa tahun lalu.
"Terjadi lagi, ya..." ucap pria itu sebelum menutup matanya.
Sedangkan disisi lain, Fadil tidak mengantarkan Selena kesekolah. Tujuannya adalah rumah seseorang yaitu Rudeus.
"Ada yang perlu ku bicarakan dengan Tuan Rudeus, ayo turun." Ajak Fadil berjalan lebih dulu meninggalkan mobil.
"Apakah sekarang..." ucap Selena mengambil sesuatu dari tasnya kemudian menaruhnya dibagian dalam seragam sekolahnya.
"Sampai jumpa..." ucap Selena memandangi foto dirinya dengan Alevan berukuran kecil yang sengaja ia bawa.
Selena masuk kedalam rumah, Rudeus nampak sibuk berkutat dengan komputernya.
"Ku serahkan Selena padamu." Fadil berlutut mengecup kening Selena. Pria itu pergi dengan membawa tas Selena bersamanya.
"Hei, gadis manis. Kau lapar?" tawar Rudeus menatap Selena sekilas.
"Tidak, masakan mom tadi pagi sangat lezat. Aku ingin menyantapnya lagi," ucap Selena duduk disamping Rudeus.
"Apa makanan itu akan bertahan lama?" tanya Rudeus.
Selena menggeleng. "Sudah pasti Ramsey memakannya."
Rudeus tersenyum mengusap pucuk kepala Selena.
"Kau akan menjadi gadis yang paling beruntung," ucap Rudeus. Selena menyenderkan kepalanya dibahu Rudeus.
"Aku merindukan Revan..."
Rudeus menyerngit.
"Tidak merindukan orang tuamu?" tanya Rudeus, Selena menggeleng.
"Siapa Revan?" tanya Rudeus lagi.
"Segalanya..." jawab Selena memejamkan matanya.
Tepat satu tahun sejak insiden jatuhnya sebuah mobil dijurang. Para polisi meyakini kalau dua pengendaranya tewas meskipun mereka tidak menemukan sedikit pun tanda-tanda keberadaan mobil tersebut. Jasad dua pengendara itu juga tak ditemukan.
Seakan lenyap ditelan bumi.
Kepulan asap memenuhi indera pengelihatan seorang wanita yang saat ini tengah merebahkan diri disamping seorang pemuda. Pemuda itu diam dengan tatapan kosongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
ActionSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...