"Kemana lagi aku harus mencari Selena!" bentak Alevan menatap jalanan sekitar.
"Anak itu sangat menyusahkan!" omel Alevan lagi.
"Tunggu, bukankah aku mempunyai nomer Tuan Launez," gumam Alevan seraya meraba bagian kantong celananya.
"Ini!" ucap Alevan senang lalu menelfon nomer tersebut.
"Ada apa?" tanya seseorang diseberang sana.
"HEH! Dimana kau menyembunyikan Selena! Cepat kembalikan dia, atau aku akan--"
"Pergilah kedalam hutan, kau akan menemukan sebuah gedung besar. Selena bersama kami."
Tut...
"Bersama kami?" ulang Alevan bingung.
"Shit!" maki pemuda itu lalu memutar stir menuju jalan kearah hutan.
•••
"Hey?"
Gadis manis berusia 12 tahun yang tengah duduk sendiri dirooftop gedung tua menoleh sekilas.
"Ya?" tanya Selena datar.
Sosok lelaki berbaju serba hitam itu langsung mendudukkan bokongnya disamping Selena dengan wajah datar.
"Melelahkan bukan?" tanya sosok itu.
"Kurasa iya," jawab Selena cepat.
"Apakah kau dan Alevan sering bertengkar?" tanya sosok itu lagi.
"Kami saling membenci," balas Selena dengan nada malas. Sosok itu terkekeh pelan kemudian mengusap lembut pucuk kepala Selena.
"Kau tau Lena, didunia ini terdapat banyak misteri. Banyak keganjilan dan juga kemustahilan," ucap sosok itu lembut.
"Seperti kau?" tanya Selena polos.
Sosok itu tersenyum singkat kemudian menggeleng.
"Aku nyata," bela sosok itu pada pertanyaan Selena barusan.
"Tidak mungkin," balas Selena tersenyum sinis.
"Hanya sedikit berbeda," ucap sosok itu lagi.
Selena menghembuskan napas pelan lalu memejamkan matanya saat semilir angin mulai mengenai pori-pori kulitnya. Rambutnya berterbangan indah ditiup angin.
"Evan?" panggil Selena.
"Ya?" jawab sosok itu.
"Aku ingin menyaksikan kembali kisah cinta kau bersama mom," ucap Selena begitu polos.
"Aku merindukan Bibi Vika dan Paman Rama," ucap gadis itu lagi.
Sosok itu terdiam kemudian menarik kepala Selena agar bersender dibahu tegapnya.
"Semuanya sudah berbeda, yang lalu tak akan bisa diulang."
Selena membuka matanya perlahan kemudian mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan sosok itu. Masih terlihat muda, bahkan jika kumis tipis dan janggut tipis itu dibersihkan, semua orang akan mengaguminya.
"Kau rindu Lea?"
Tatapan keduanya beradu cukup lama setelah Selena mengatakan kalimat tersebut.
"Dia segalanya bagiku," jawab sosok itu kembali mempokuskan pandangannya kedepan.
"Kau bisa menemui mom dan mengatakan kalau--"
"Sudah ku bilang, yang lalu tak akan bisa diulang," potong sosok itu malas.
"Tap--"
"Diam atau ku jatuhkan!" ancam sosok itu kesal. Selena mengangguk kemudian menjauhkan sedikit posisi duduknya dari sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
ActionSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...