Mobil terparkir didepan gerbang Campus High Barca. Alea menurunkan kaca mobil menoleh kekanan dan kekiri sampai-sampai tak sadar kalau Alevan dan Vanessa sudah turun dari mobil.
"Mom, ayolah. Aku akan terlambat!" tegur Selena memelas. Alea tersadar kemudian melajukan mobilnya meninggalkan tempat tersebut.
Kini Selena yang turun dari mobil. Gadis itu mendekat kepintu sang ibu, Alea pun turun menatap pemadangan sekolah Selena.
"Apa nanti kau akan menjemputku? Kalau tidak, aku ikut pulang dengan Roman saja." Selena berucap membuat Alea menunduk lalu mengusap kepala anaknya itu.
"Mom akan menjemputmu," ucap Alea. Selena tersenyum kemudian pergi setelah mencium pipi Alea dengan berjinjid.
"Permisi, apakah kau ibu dari Selena?"
Alea yang hendak menginjak pedal gas sontak mengarahkan pandangannya pada seorang pria yang mengajaknya bicara.
"Benar, ada yang bisa ku bantu?" tanya Alea turun dari mobil.
"Kepala sekolah ingin bertemu denganmu, kemarin Selena membuat masalah. Apa dia tidak bercerita?" tanya pengajar pria kemarin.
"Astaga! Apa anak itu membuat masalah besar?" tanya Alea panik sekaligus kesal.
"Um, tidak terlalu. Mari ikut denganku?" ajak pria itu. Alea mengangguk meninggalkan mobilnya didekat gerbang sekolah Selena.
Selena tiba dikelas, tatapan semua temannya tertuju padanya. Kecuali Roman yang asik makan roti sandwich yang memang dibawanya dari rumah.
"Kau mau?" tawar Roman saat Selena sudah duduk.
"Tidak." Jawab Selena.
"Mengapa mereka menatapku seperti itu?" tanya Selena pelan.
"Karena mereka punya mata," jawab Roman seadanya. Senyum Selena terlihat, Roman menoleh dan langsung mencubit lengan gadis itu.
"Jangan berpikiran seperti itu!" tegur Roman yang tahu isi pikiran Selena.
"Hanya perumpamaan," kekeh Selena kemudian tertawa.
Alea duduk berhadapan dengan kepala sekolah. Di sampingnya terdapat pengajar pria yang tadi membawanya kesini.
"Nyonya Alea, benar?" tanya kepala sekolah. Alea mengangguk mantap.
"Huft... Kemarin, Selena membuat masalah dengan menusukkan pulpen kekepala temannya," tutur kepala sekolah.
"Astaga..." Alea bergumam kecil.
"Apa, Roman sudah ditangani?" tanya Alea membuat kepala sekolah menyernyit.
"Selena menusuk kepala Loli, anak perempuan." Tukas kepala sekolah.
"Berarti, dia bukan teman Selena." Ucap Alea menegaskan. "Ah, maksudku. Tidak begitu, pasalnya Selena tak mempunyai banyak teman, tapi bukan berarti dia mempunya banyak musuh. Hehehe..." gurau Alea hingga kepala sekolah geleng-geleng kepala.
"Agar kejadian ini tak terulang lagi, aku harap kau dapat menasihatinya." Pinta kepala sekolah, Alea mengangguk.
"Hanya itu, kau bisa pergi." Kepala sekolah kembali menyibukkan diri dengan beberapa berkas dihadapannya.
"Tuan Artha, terimakasih telah membawa Nyonya Alea kemari."
Alea menatap pria yang dipanggil kepala sekolah barusan. Kepalanya menggeleng pelan. Ia langsung keluar dari ruangan setelah mengucap permisi.
"Ada-ada saja," gumam pengajar pria bernama Artha itu.
Sementara itu di Campus High Barca. Alevan merasa sangat bosan mendengarkan penjelasan seorang dosen yang menuliskan sesuatu di papan tulis. Lain halnya dengan Vanessa yang terlihat sangat giat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 2 ( Alevan Dykara )
AksiSebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian membaca lebih dulu Te Amo (Revandy Qayro) agar alur dapat dipahami. Alevan Dykara, bagaimana kisah pemuda tampan 17 tahun itu untuk menemukan jati diri yang sebenarnya. Siapa Revan? Mengapa semua orang m...