01 || Masa Orientasi Siswa

51.8K 1.8K 166
                                    

"Alta!"

Teriakan dari ujung koridor itu menghentikan langkah seorang siswa yang baru saja hendak menaiki anak tangga. Cowok yang dipanggil dengan nama Alta itu lantas menoleh, ia mengerutkan dahinya menatap satu teman kelasnya yang kini sudah berada di hadapannya.

"Ada apa?"

"Gue titip ini bentar."

"Apaan?"

"Itu punya anak kelas sepuluh, tadi jatuh. Gue mau ngembaliin langsung ke orangnya, tapi gue kebelet!" Yoga Ardian Saputra, cowok itu langsung menyerahkan sebuah kartu yang diterima oleh Alta dengan kerutan di dahinya.

"Gue duluan. Bye!" Tanpa menunggu jawaban dari Alta, Yoga langsung ngacir menuju toilet yang berada di sebelah lab biologi kelas sepuluh.

Galaksi Altair Mahardika, cowok itu menatap kartu peserta MOS yang kini berada di tangannya. Ia membaca nama yang tertera di sana.

"Alena Anastasya," monolog Alta. Berbalik dan berjalan menuju kantin, suara ribut dari lapangan karena MOS masih berlangsung.

Alta mengarahkan pandangannya pada lapangan indoor di mana ratusan peserta MOS berkumpul. Terlihat beberapa dari mereka terkena hukuman, mungkin ada yang  melanggar aturan. Alta terus melangkahkan kakinya menuju kantin, niat ke kelas ia urungkan karena kemungkinan besar teman-temannya sekarang berkumpul di kantin.

Sementara di lapangan sana, saat matahari semakin terik bersinar dan menciptakan hawa panas yang begitu kentara. Para peserta MOS berbaris sesuai kelompok mereka masing-masing guna mendengarkan arahan dari ketua OSIS sekaligus ketua panitia MOS tahun ini.

Deri Anggara, pelajar kelas dua belas yang masih menjabat menjadi ketua OSIS mengingat masih ada waktu satu bulan lagi sebelum pergantian osis.

"Kemarin pihak panitia sudah memberikan kartu tanda orientasi sama kalian." Deri berucap dengan tegas menatap barisan peserta orientasi di depannya.

"Silahkan tunjukkan kartu kalian. Bagi yang lupa bawa, atau hilang … silahkan maju ke depan!" titahnya. "Untuk penanggung jawab kelompok, silahkan cek peserta kalian. Untuk yang tidak ada kartu, segera menghadap ke saya!" sambung Deri kemudian mematikan mic.

Beberapa saat berlalu, seorang siswi maju seorang diri membuat semua atensi terarah padanya. Siswi dengan kuncir kuda itu berjalan ke arah Deri dengan posisi menunduk seraya melilit tali tas yang terbuat dari plastik.

"Maaf, Kak …," cicitnya pelan.

"Kenapa?" Deri berucap datar dan terdengar menusuk membuat siswi yang berada di hadapannya bergidik ngeri.

"Kartu saya … hilang."

"Kenapa bisa hilang?"

Siswi itu diam, tidak tau harus menjawab apa, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan gugup sekaligus takut. Bahkan sampai sekarang ia masih menunduk, belum berani menatap sang ketua OSIS di hadapannya.

"Nama kamu siapa?" tanya Deri, padahal gadis di hadapannya masih memakai papan nama. Ia hanya ingin siswi di hadapannya menyebut namanya sendiri.

"Alena Anastasya," jawab siswi tersebut.

Deri melirik sekilas arloji di tangan kirinya, tiga menit lagi waktu istirahat berbunyi, jika memberi hukuman pada Alena tidak akan cukup. Ia kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada siswi di hadapannya.

"Silahkan kembali ke barisan, dan untuk kartu orientasi, silahkan ke ruang OSIS. Minta sama anggota OSIS yang ada di sana. Saya akan kembali periksa setelah waktu istirahat selesai!" ucap Deri dengan satu tarikan napas, ia masih menatap lekat siswi di hadapannya yang sedari tadi hanya menunduk.

Galaksi Altair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang