10. TROPHY

10.7K 1.7K 41
                                    

Pada hari yang berganti, Opy benar-benar tidak menemukan kemana gerangan Lazuardi berada. Unitnya terasa sepi. Meskipun tidak pernah pergi kemana-mana, tapi Opy juga manusia yang harus keluar juga. Entah untuk membuang sampah, membeli sesuatu karena keinginan yang mengandalkan intuisi kehamilannya, atau hal-hal terdesak lainnya. Dan selama itu Trophy tidak mendapati keberadaan si pria yang biasanya sudah siap sedia guna mengganggunya di depan pintu unitnya.

"Dia beneran sensi sama ucapanku?" gumam Opy bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Bagaimana bisa seorang pria langsung melakukan apa yang dimintanya karena terbawa emosi saja? Apa sebegitu kejamnya cara bicara Opy kemarin? Apa terlalu sarkas?

Bayu [Di apart?]

Bayu mengiriminya pesan. Sepertinya pria itu cemas membiarkan Opy sendirian di masa kehamilan. Walau tidak menanyakan bagaimana kronologis atas kehamilannya, Bayu tetap memedulikannya. Bukan tipe peduli yang hanya mengatakan 'congrats' lalu hilang seakan lupa begitu saja. Justru Bayu adalah orang yang paling perhatian pada Opy.

Me [Yes. Do you wanna come? I have party here.]

Opy yakin balasan Bayu tidak akan lama. Karena mengutip kata pesta akan membuat radar curiganya membentang luas.

Bayu [With who??? Your partner?]

Sudah pasti balasan semacam itu yang diberikan oleh Bayu. Opy sudah membacanya sejak awal. Begitu-begitu, Bayu sangat protektif padanya.

Bayu [Kenapa gak dibales? Party sama siapa sih?]

Tawa Opy terdengar karena begitu gemas dengan balasan Bayu itu.

Me [My baby, beyb.]

Setelahnya tak ada balasan lagi. Sudah pasti Bayu menuju apartemennya tanpa mau membalas pesan Opy lagi.

*

Tiga puluh menit waktu yang dihabiskan Opy untuk menunggu Bayu yang ternyata membawa banyak makanan. Mata Opy sontak saja melebar dengan semua yang lelaki itu bawa.

"Apaan, nih? Kenapa kamu bawa makanan sebanyak ini, Bay?" tanya Opy dengan nada bingung yang tidak dibuat-buat.

"Don't you mention about a party before?"

Sembari menilik plastik kertas yang ada di sana, Trophy menjawab, "Aku cuma bercanda. Lagian udah aku bales kalo pestanya itu bareng anakku."

Bayu mengendik bahunya tak peduli. Melangkah melewati Opy yang kebingungan. "Kalo gitu kita pesta sekarang, sama anak kamu."

Menepuk keningnya dengan lelah. Opy tahu Bayu tidak bisa ditolak.

"Biasanya kalo kamu belanja dan beli makanan super banyak begini, tandanya ada masalah." Opy duduk di samping Bayu yang membuka kaleng soda. "Coba cerita, ada masalah apa, Bay? Kerjaan? Atau percintaan?"

Bayu menggerakan kaleng sodanya. Sepertinya masih enggan untuk membahas bebannya dengan Opy.

"Makan dulu aja, deh! Aku nggak mau langsung pusing soal masalah apa yang menimpa aku, oke?"

Trophy mengangguk. Membuka berbegai jenis menu dari resto yang berbeda, penciuman Opy hanya cocok pada makanan India yang ada di sana. Kari ayam yang selalu menjadi kesukaan Bayu kini dilahap oleh Opy.

"Beyb, you eat my kari, don't you?"

Opy kembali mengangguk. Dia hanya bisa membentuk senyuman simpul penuh arti, bahwa tidak ada menu lain yang cocok dengan lidah Opy saat ini. Hanya kari ayam itulah yang bisa dan mau diterima oleh janin dalam perutnya.

Bayu hanya memutar bola mata. Berpura-pura kesal, padahal dia senang melihat betapa lahapnya Opy memakan menu itu.

"Enak, kan? Nggak selalu yang pedes yang enak, beyb."

Opy menggerakan telunjuknya ke kanan dan kiri. Pertanda bahwa dirinya tak setuju pada pendapat Bayu.

"Nggak bisa gitu, Bay. Yang pedes itu yang paling nikmat. Titik."

"Ya, terserahlah."

Usai mereka makan, Bayu memulai ceritanya. Cerita yang sebelumnya tidak pernah disinggung oleh pria itu. Mengenai keluarga.

"Nggak ada yang nerima keputusanku menjadi seperti ini, Trophy."

Opy tahu maksud dari kata 'seperti ini' berarti kesimpangan Bayu dalam orientasinya sendiri. Tampilannya masih terlihat normal, tapi bagi sesamanya, sudah pasti terlihat bahwa Bayu memang tidak seperti yang lainnya. Gaya bicaranya hanya gemulai pada orang-orang yang dianggapnya dekat saja. Sisanya dia bersikap begitu normal.

"Jadi, ini yang bikin kamu nggak pernah pulang ke Indo?" tanya Opy.

"Betul. Sama seperti kamu yang punya alasan sendiri mengenai Indonesia, begitu juga aku."

Mereka memiliki kesamaan. Tak memiliki cerita yang cukup baik di sana. Terutama mengenai keluarga. Memang, sih, bukan keluarga inti yang membuat Opy menjauh. Namun, anggota tambahan baru di keluarganya yang semakin tak bisa membuatnya pulang.

Mendengarkan cerita Bayu selama satu jam lebih, mereka melanjutkan obrolan dengan Bayu yang menanyakan kondisi Opy.

"Gimana kamu sendiri? Bukannya hamil minta dijagain keluarga, malah sendirian?" tanya Bayu.

Meneguk air mineral botol yang Bayu belikan, Trophy tidak langsung mengatakan kegundahannya.

"Rumit. Sangking rumitnya, aku sekarang jadi bingung bagaimana harus menghadapi satu orang yang ada hubungannya dengan semua ini."

"Siapa? Ayahnya si bayi?" Opy menggeleng cepat. "Terus?"

"Namanya Lazuardi ...."

Mengalirlah cerita mengenai Lazuardi yang misterius dan diam-diam menggemparkan isi hati Opy.

HE WANTS TO FIX ME / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang