Trophy menyiapkan makan pagi singkat dan mudah dengan menghangatkan menu salad dalam kemasan pada api sedang. Mulutnya sudah berliur menunggu menu tersebut matang dalam beberapa waktu. Kadar laparnya sudah tidak bisa dijelaskan lagi. Malam dan dini hari biasanya menjadi waktu paling sering perutnya meronta meminta makan. Anaknya selalu memiliki cara untuk membangunkan Opy dalam keadaan paling malas sekalipun.
Meski tahu dirinya hamil, menu sehat selalu menjadi akar utamanya. Sesekali memang Trophy akan mengambil cheating day dari makanan maupun vitaminnya, tapi karena sekarang ada Ardi yang bagaikan penjaganya, maka cheating day hampir tidak pernah Opy lakukan lagi. Mungkin karena pembawaan Ardi yang dewasa, juga kemampuan pria itu membujuk sangatlah handal ... Opy hampir tidak pernah menuruti karena terpaksa. Ardi memang memiliki mantra untuk menghasutnya, sepertinya begitu.
Baru saja akan mencicip rasa dari salad yang bahkan masih berada di dalam teflon, pintu apartemen Opy berbunyi pertanda seseorang masuk. Siapa pelakunya? Lazuardi.
"Kamu mau makan panas-panas?" Pria itu langsung bertanya dengan nada menegur. "Lidah kamu bisa terbakar, Opy."
Hal sekecil itu saja Ardi terlalu memedulikannya. Astaga, Trophy sangat bersyukur karena memiliki pria yang sangat protektif menjaganya.
"Cuma ... mau cicip, kok." Trophy beralasan. Meski begitu dia menaruh sendoknya dari makanan panas dan beralih mendekat pada Ardi karena pria itu membawa totebag besar.
Karena Trophy memberikan akses untuk pria itu ke dalam apartemennya yang masih ditinggali untuk beberapa hari lagi, Opy sama saja memberikan kepercayaan pada Ardi untuk mengurusnya. Meski tidak mengatakannya secara langsung, tapi Trophy memang takut jika tidak ada orang yang tahu kondisinya. Kehamilan selalu mendatangkan pemikiran buruk, jadi Opy butuh teman yang bisa datang kapan saja tanpa perlu Opy bukakan pintu.
"Kamu bawa apa?" tanya Opy melongok isi tas belanja itu seperti anak kecil. Hal itu membuat Ardi gemas dan langsung mengusap kepala Trophy.
Sentuhan semacam itu tidak menakutkan lagi bagi Opy. Sebab orang itu adalah Ardi. Pria yang tidak pernah memanfaatkan kondisi mereka yang sama-sama belajar saling menyembuhkan.
"Kebutuhan untuk kamu selama perjalanan ke Hawaii, dua hari lagi."
Trophy mengambil susu hamil kemasan yang menarik di matanya. "Ada yang variasi begini juga, ya? Wah, aku cobain, ya, Ar?"
Ardi hampir tidak pernah berkata tidak untuk hal yang memang baik bagi Trophy. Sungguh pria itu merasa senang ketika Opy selalu antusias dengan apa yang Ardi berikan.
"Cobalah," kata Ardi mengizinkan. Dia memang sengaja mencari susu kehamilan yang mudah dibawa kemana-mana.
Ardi mengeluarkan buah-buahan utuh untuk dia cuci dan simpan lebih dulu di kulkas Trophy. Semua buah itu akan menjadi persiapan keberangkatan mereka. Sebelum berangkat, Ardi akan memotong-motong semuanya dan memasukkan buah-buah tersebut ke dalam kotak makan agar memudahkan Trophy mengonsumsinya.
Meski Ardi memiliki banyak kuasa untuk melakukan permintaan ini itu pada awak pesawat nantinya, Trophy tidak melihat akan adanya kekuasaan yang akan dimanfaatkan pria itu. Ardi lebih suka membuat repot diri sendiri.
"Ardi, aku boleh tanya soal kerjaan kamu?"
Ardi tidak menghindar, dia mengangguk memberikan Opy ruang untuk bertanya. "Silakan."
"Kalo kita pindah ke Hawaii, gimana sama kerjaan kamu di sini? Kalo aku sendiri memang udah mundur dari kerjaan aku. Tapi kamu masih sibuk ngurus kampus di sini, kan?"
"Itu dia yang aku mau bahas sama kamu. Untuk beberapa waktu aku akan bolak balik, Hawaii dan Singapura. Kamu nggak masalah kalo aku tinggal sesekali, kan?"
Trophy tidak berpikir panjang dan tidak akan mengira bagaimana jika ditinggal Ardi nanti untuk pekerjaan. Trophy pikir dia akan baik-baik saja sendirian beberapa waktu, dan memang dia selalu terbiasa sendirian dengan bayi dalam kandungannya, kan?
"Nggak masalah. Asal kamu nggak ninggalin aku tanpa kejelasan seperti keluarga kamu itu."
Ardi mendengar nada ketus yang muncul dari mulut perempuan hamil itu. Melirik sekilas, Ardi menutup pintu kulkas dan mendekati kompor untuk mematikannya. Setelah merasa situasi aman, Ardi mengajak Opy untuk duduk di kursi makan saling berhadapan.
Pria itu menggenggam tangan Opy dengan ekspresi serius. "Aku bukan pria muda lagi untuk main-main, tapi aku belajar untuk hidup bersama perempuan yang memiliki masa lalu pelik."
Trophy masih ketus ketika membalas ucapan Ardi. "Ke intinya aja! Kamu jangan muter-muter."
"Trophy, aku nggak akan kemana-mana. Sudah lelah rasanya mencari. Jadi, jangan bandingkan aku dengan siapa pun. Setelah nanti kita semakin terikat nanti kamu akan tahu, tidak ada kata berpisah selain Tuhan yang menghendaki."
Opy menatap Ardi yang menunduk, pria itu mencium perut Opy dan membisikkan sesuatu di sana tanpa bisa Opy tangkap dengan baik kalimatnya.
Ketika pria itu kembali mendongak, Opy tidak tahu kenapa dia tiba-tiba memejamkan mata dan merasakan guratan bibir milik Ardi menambah rasa pagi harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE WANTS TO FIX ME / TAMAT
General Fiction{Tersedia e-book di google playbook untuk versi lengkap seperti versi buku. Di Wattpad tersedia bab tamat versi Wattpad.} Trophy Aglaea harus merasakan kecewa dan rasa sakit yang begitu panjang karena hancurnya kepercayaan akan hatinya dihanguskan...