It's start with a kiss. A deeply kissed, gently kissed, and another type of that kisses around the two of them.
Tidak akan Ardi kira, bisa lepas kendali karena ulah satu wanita. Mungkin karena semua ini melibatkan rasa yang ia punya. Namun, Ardi tidak akan memaafkan dirinya sendiri bila seandainya semua yang mereka lakukan ini adalah keterpaksaan semata. Ardi menyukai—bahkan mencintai —Trophy yang kini berada di atasnya dan tak sabaran menunggu hidangan utama mereka.
"Trophy," panggil Ardi lemah.
"Hm," balas Opy seraya menggulirkan jemarinya di atas kerah pakaian Ardi.
Pria itu menangkap jemari Trophy, dan mengarahkannya ke bibir. Ardi mencium tangan itu dengan sayang. Bukannya berhenti, justru reaksi Trophy menambah tensi mereka menjadi semakin panas.
"Jangan sampai ini membuat kamu menyesal nantinya," kata Ardi sedikit mengejutkan Trophy.
"Maksud kamu?"
"Aku nggak ingin semua hormon kamu ini yang menjadi dorongan utama kamu mau melakukannya denganku. Mungkin di kepala dan hatimu ... bukan aku yang kamu inginkan."
Trophy duduk di atas pangkuan Ardi. Menatap pria itu sesaat. Ardi mengira wanita itu pasti sudah menyadari kesalahannya, karena menghentikan niatan semula. Namun, rupanya Ardi salah besar. Trophy yang tidak bicara apa-apa, justru menarik bajunya ke atas melewati kepala. Membuat mata Ardi melebar pesat dengan mendapati tubuh Trophy yang setengah telanjang. Gerakan tangan Trophy yang akan menurunkan bra miliknya langsung dihentikan Ardi.
"Kalau kamu serius, aku nggak akan membiarkan kamu membukanya dan kemungkinan besar bisa dilihat Tristan." Ardi dengan mudah membalikkan keadaan, dan segera menggendong tubuh Opy untuk masuk ke kamar yang disediakan khusus.
Seperti tak membawa beban apa pun, membuat mata Opy semakin memancarkan sinaran kagum. Sial. Hormon Opy yang nakal begini membuat Lazuardi tak bisa menahan diri.
Masuk di kamar, Ardi memastikan tirai putih yang berada dekat pintu tertutup. Ardi tetap tak mau udara bebas masuk mengintip mereka yang ingin mencoba segalanya.
Dibaringkannya Trophy dengan gerakan paling lembut yang Ardi bisa, meski kepalanya akan meledak karena panasnya darah menggumpal hingga membuatnya tak mampu berpikir cerdas.
"Baju kamu," ucap Trophy yang tiba-tiba saja sudah menyentuh ujung baju Ardi.
"Apa?"
"Buka. Aku nggak berniat melakukannya dengan aku yang telanjang sendirian, Ar."
Ini sialan kedua yang Ardi ucapkan di dalam hati. Bagaimana bisa Trophy sebegini menggemaskan sekaligus membuat panas dingin? Jadi, dibalik kelemah lembutan yang Opy miliki, ada singa betina di ranjang yang siap menerkam mangsanya? Oh, Ardi tidak akan pernah membiarkan siapa pun melihat Trophy yang seperti ini. Meski wanita di bawahnya kini memiliki masa lalu, tidak akan Ardi biarkan masa lalu itu mengganggu kembali.
"Okay, let's play this until we burn the bed, Trophy."
Mereka bermain mulai dari pemanasan ringan hingga memasuki menu utama yang sudah Trophy tunggu.
Melenguh pelan, Trophy merasakan dirinya hampir lupa caranya bernapas karena rasa yang Ardi berikan. Jujur, Opy sedikit kewalahan karena ukuran pria itu yang tidak disangka.
"Is it hurt?" tanya Ardi yang baru setengah melesakkan diri.
Trophy menelan ludahnya dan gerakan itu didapati Ardi dengan gugup. "Kalau sakit aku akan berhenti."
"No!" seru Opy. "Aku nggak akan membiarkan kamu berhenti, Ar. It's ... it feels so good. Aku hanya nggak nyangka kamu ... too much big than I expected before."
Ardi tak tahu harus bereaksi seperti apa. Sebab ucapan Opy itu membuatnya bertambah akan gairah, juga bangga dengan apa yang ia punya, dan sedikit malu karena ucapan Opy masuk dalam kategori 'kotor'.
"Aku anggap itu sebagai pujian." Ardi tak langsung mendorong masuk dirinya lebih dalam, ia lebih dulu mencium bibir Trophy lama dan dalam. Menyampaikan pada wanitanya bahwa Ardi tidak akan pernah bertindak gegabah, dia akan selalu bertanya dan meminta izin atas tubuh Trophy.
"Aku sangat nggak berpengalaman dengan perempuan hamil. So, tell me if I do this without proper way. Okay, Opy?"
Trophy mengangguk dengan wajah memerah dan bibir yang ia gigit sensual sebelum menjawab, "Yes! I'll tell you everything that I want from you."
*
Usai melakukannya, Ardi kembali sedikit canggung dan terus menerus memastikan apa ada hal yang Trophy keluhkan.
"I'm okay, Ar. Jangan cemas begitu."
Ardi berusaha tenang, tapi dirinya tak bisa begitu saja tenang. "Tolong beritahu aku kalau ada yang kamu rasakan dan nggak nyaman, Opy."
Trophy menatapnya, menyentuh rahang Ardi dan memaksa untuk bertatapan dalam.
"Kamu pria yang sangat sopan, Ar. Keterlaluan sopan. Apa kamu tahu itu?" tanya Trophy.
Ardi terdiam. "Aku sangat mempercayakan diriku ke kamu, itu karena belum ada pria lain yang memastikan aku aman dan nyaman sebelumnya. Kamu yang pertama melakukannya. Bahkan untuk mencium bibirku, kamu selalu bertanya. Padahal, kita udah lebih dari sekali melakukannya."
"Karena kamu berharga. Tubuh kamu adalah milikmu. Aku nggak akan tahu apa yang kamu mau tanpa bertanya. Aku nggak ingin tumbuh sebagai brengsek dan menyakiti wanita. Aku nggak mau menyakiti kamu."
Sekali lagi, Trophy tak bisa menahan diri untuk tidak mencium bibir pria itu. Meski tahu akan ada yang berdiri dengan dada mereka yang saling bergesekkan telanjang.
"Maaf, aku nggak bisa sesopan kamu, Ar. Tapi jujur, aku mulai suka melakukan skinship sama kamu. Maaf juga kalau kesannya murahan, tapi aku suka melakukannya dengan kamu."
Ardi mengusap bibir Trophy, memberikan kecupan halus di pipi wanita itu. "Mari kita menikah di sini. Resmikan hubungan kita di sini, Trophy."
"Keluarga di Indonesia, gimana, Ar?"
"Itu urusan nanti, kalau kamu siap untuk pulang. Mungkin akan ada pesta pernikahan di Indonesia nanti, tapi sebelumnya, aku ingin kita legal di sini."
Secepat ini? Apa mereka siap?
KAMU SEDANG MEMBACA
HE WANTS TO FIX ME / TAMAT
General Fiction{Tersedia e-book di google playbook untuk versi lengkap seperti versi buku. Di Wattpad tersedia bab tamat versi Wattpad.} Trophy Aglaea harus merasakan kecewa dan rasa sakit yang begitu panjang karena hancurnya kepercayaan akan hatinya dihanguskan...