71. LAZUARDI

8.3K 1.7K 127
                                    

Draka. Mengapa begitu banyak masalah yang pria itu lakukan? Disaat seperti ini, dia membuat orangtua Opy geram dan marah. Begitu juga Lazuardi dan Trophy sendiri. Begitu melihat wajah pria itu yang tanpa rasa bersalah membuka perihal nama Musesa sebagai 'putrinya'. Yang membuat jengkel semua orang adalah bagaimana Draka mengulang-ulang kata 'putriku' untuk Musesa. Siapa dia yang berani mengakui Musesa sebagai putrinya?! Bahkan disaat Musesa masih sebesar biji kacang Draka tak berusaha untuk mencari tahu hasil perbuatannya.

Oh, atau jangan-jangan Draka sudah pernah menyentuh Ery juga sebelumnya dan tidak terjadi apa-apa? Sampai dia mengira, meninggalkan Opy juga tak akan menyisakan kata berbadan dua. Jika benar semacam itu pikirannya, Draka memang pantas disebut bajingan!

"Mereka sudah datang, Draka. Orangtua Musesa ada di sini. Kenapa kamu bicara banyak sepihak dari tadi? Bicarakan ini dengan orangtua Musesa, apa yang kamu katakan sungguh tidak berdasar." Karyna memberikan kalimat penyangkalan. Sebenarnya Ardi rasa mami mertuanya itu tidak terlalu shock. Hanya saja enggan mengiyakan apa yang diungkap Draka kini.

"Mami, Papi ... aku nggak suka hal semacam ini terjadi." Opy mengungkapkan apa yang ia rasakan. "Aku nggak ingin membahas apa pun dengan Draka mengenai Musesa. Kami sudah memiliki hidup masing-masing, keluarga masing-masing. Aku rasa nggak etis membahas—"

"Menurut kamu ini nggak etis?! Aku berhak tahu anakku dibaris pertama, Opy! Aku harus tahu bahwa dia terlahir ke dunia dan aku ayahnya!"

Ardi mendengkus, tak menutupinya sama sekali. Muak dengan pernyataan Draka.

"Apa kamu nggak melihat situasi dan kondisinya? Kehamilan Trophy bukan untuk diumbar. Saat dia tahu dirinya mengandung, kamu sudah resmi menjadi suami kembarannya. Apa yang bisa dilakukan oleh perempuan yang serba dihimpit untuk mengambil keputusan? Trophy sudah tertekan sejak awal, dia nggak pernah tahu apa alasanmu hingga memilih menikahi kembarannya. Padahal, kalian memiliki hubungan yang nggak sebentar. Ada kisah yang terjadi diantara kalian, saya nggak akan memungkirinya. Tapi itu bukan hak kamu lagi untuk membahas bahwa Musesa putrimu. Musesa adalah anakku dan Opy, Draka."

Dave menatap Ardi yang jelas tak memungkiri ada kisah antara Opy dan Draka, tapi pria itu tetap tak akan mengalah pada Draka. Sedangkan Karyna menoleh pada suaminya yang seperti menonton acara pertunjukkan saja. Dengan gemas Karyna sikut rusuk suaminya hingga mengaduh dan membuat pandangan ketiga orang yang terlibat perdebatan menoleh ke arah Dave.

"Oke, oke. Kalian bisa berhenti membawa masalah ini terlalu jauh. Bukti tes DNA ini tidak begitu penting lagi, Draka."

"Papi?!" Draka mencoba memprotes pada sikap Dave.

"Sudah hentikan semua ini dan mari hidup dengan benar. Kamu bisa fokus kepada Ery dan Arro. Jangan libatkan Musesa dalam keresahan yang kamu punya, Draka. Ini pilihanmu. Menikahi salah satu putri saya—"

"Papi, saya nggak akan menyerah untuk membuat Musesa tahu bahwa saya ayah kandungnya!"

"Sialan kamu, Draka!" sahut Opy dengan emosi membludak tiba-tiba. Sepertinya istri Lazuardi itu sudah menahannya sejak mereka di rumah. Kini, Trophy bangun dari duduknya dan menunjuk wajah Draka dengan kasar. "Harusnya kamu mati disaat aku mengandung! Kamu nggak tahu gimana perjuanganku untuk tetap diam dan nggak menyakiti Ery! Kamu sudah menyakiti aku, dan sekarang kamu berniat menyakiti Ery?! Kamu pikir kamu itu siapa!? Kamu hanya laki-laki bodoh yang nggak tahu diri—akh!"

Dengan mengaduh kesakitan itu, semua orang langsung panik. Ardi membawa tubuh istrinya tanpa banyak bicara. Tak bertanya basa basi 'kamu kenapa?' karena itu hanya membuang waktu. Cekatan Ardi membawa istrinya ke rumah sakit dengan semua orang yang menjadi panik.

Musesa yang semula bermain di halaman rumah kakek neneknya bersama Jeno dan Arro menatap dengan bingung.

"Momaaa!"

Anak itu langsung panik begitu tubuh mamanya digendong oleh sang papa.

"Momaa Eca nyapa?? Moma!"

Karyna yang menghampiri cucunya yang mulai menangis histeris. "Sayang, jangan nangis. Moma dibawa ke rumah sakit dulu, ya. Esa jadi anak pinter di sini dulu. Oke? Tante Sura jagain kalian."

"Momaaaa ...."

Terakhir yang Ardi dengar adalah putrinya yang meraung memanggil mamanya. Kepalanya penuh dengan keributan melanda,  Draka yang sialan membuka masalah, dan sekarang Opy menjadi kesakitan sendiri entah karena apa.

"Ar ... perutku, Ar."

Semakin mendengar rintihan istrinya, semakin Ardi kacau. Membawa mobil ugal-ugalan dan tak peduli mertuanya mengikuti dengan mobil yang lain. Ini akan membuat mereka semua kacau.

"Iya, Sayang. Iya. Kita periksa secepatnya."

Opy mencari pegangan dan Ardi benar-benar tak dalam posisi yang baik untuk mengemudi. Oh, shit Draka! Brengsek sekali pria itu membuat keadaan menjadi penuh kesulitan begini.

HE WANTS TO FIX ME / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang