Baru beberapa hari yang lalu Opy sudah diizinkan pulang. Berniat menginap di rumah orangtuanya. Namun, pemandangan yang mereka lihat sangat tidak baik. Ini buruk.
"Aku hanya mau cinta, Mi! Aku mau dicintai! Kenapa masalah seperti ini datang dari orang yang sama yang membuat aku hancur?! Kenapa papi dan mami lebih memihak ke Opy lagi dan lagi!!? Apa salahku sebagai anak yang nggak minta untuk dilahirkan bersama Opy!!!? Apa salahku sampai kalian melukai aku terus!!?"
Dave mencoba menenangkan putrinya dengan merengkuh Ery yang meledak di depan Karyna.
"Sssttt, Imagery. Tenang, Sayang. Tenang." Berulang kali bisikkan itu Dave berikan pada putrinya, ternyata tak mempan sama sekali.
Lebih parahnya, kemarahan itu disaksikan oleh Ardi dan keluarga kecilnya. Musesa menciut dan menyembunyikan wajahnya di bahu ayahnya. Ardi bisa merasakan betapa erat anak itu melingkarkan tangannya di leher Ardi, bahkan terasa airmata membasahi pakaian Ardi. Putri kecilnya menangis, Ardi tidak bisa diam saja.
"Mami nggak memihak siapa pun diantara kalian—"
"Tapi nggak seperti itu yang terlihat! Mami jelas lebih percaya dan selalu percaya ke Opy!! Dari dulu dan sampai sekarang!"
"Ery ... kenapa kamu bicara seperti ini? Mami sayang kalian berdua, tapi kesalahan Draka sudah fatal. Dia melukai kalian berdua, dan sudah sepantasnya kamu nggak membelanya. Mami hanya mau kamu memutuskan pada pilihan yang benar. Bukan pilihan yang diambil karena cinta. Kamu yakin Draka mencintai kamu? Dia bahkan membahas bahwa ... bahwa Musesa lahir karena cinta. Dia mau Musesa mengakuinya sebagai ayah, disaat Ardi ada sebagai ayah untuk anak itu."
"Cukup!" seru Ardi menghentikan ucapan Karyna yang pasti didengar oleh Musesa.
"Dada ... Eca yakut." Lirih anak itu berbisik dan Ardi semakin marah karena para orang dewasa di sana tak mengerti situasi untuk berhenti berdebat.
"Kami akan pulang. Nggak baik bagi putri saya mendengar semua ini. Lain kali, tolong membahas hal ini dengan waktu yang tepat. Katakan pada saya dan Opy jika memang ingin membahasnya secara rinci dan terbuka. Lain kali, saya dan Opy akan membuka segalanya sampai masalah ini tidak lagi terpendam!"
Ardi yang marah membuat Opy kebingungan. Dia tak menyangka bahwa Ardi berniat membuka segalanya, bukan hanya persoalan Draka melainkan masalah Opy dan Ery. Tanpa berkata apa-apa, mereka kembali pulang dan tak jadi menginap di rumah Karyna dan Dave.
Musesa sama diamnya. Anak itu bahkan tak mau dibujuk untuk duduk bersama Opy dan terus menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Ardi. Opy bisa melihat bahwa ada kekecewaan yang dibagi Esa pada Ardi hingga membuat Ardi sangat marah pada apa pun dan siapa pun. Opy tak mau membuat masalah ini dibahas saat ada Musesa diantara mereka berdua. Maka menunggu sampai di rumah adalah cara satu-satunya.
Begitu sampai di rumah setelah Ardi mengemudi dengan susah payah karena Esa berada di pangkuannya, mereka masuk bersama dengan keterkejutan Opy karena suaminya membawa Esa tidur di kamar mereka.
"Ar?"
"Malam ini aku nggak bisa membiarkan putriku tidur sendirian, Trophy. Setelah apa yang dia dengar, aku nggak mau membiarkannya sendirian. Aku akan selalu di sisinya."
"Aku ... kalo gitu kita bisa bicara berdua lebih dulu? Sebentar aja," pinta Opy.
Untungnya Musesa terlelap, meski Opy lebih kaget karena mata putrinya bengkak dengan hidung memerah. Selama menyerukkan wajah di leher Ardi, anak itu pasti menangis tidak berhenti hingga kelelahan.
"Oke. Kamu tunggu ke ruang kerja aku dulu. Aku rapikan posisi tidur Esa supaya nggak jatuh."
Betapa Ardi tidak ingin Esa terluka sekecil apa pun. Bahkan Esa yang bukan bayi lagi harus dikelilingi bantal guling seperti dipagari layaknya bayi.
Opy memberikan waktu bagi Ardi untuk membisikkan apa pun pada putri mereka. Sepertinya ikatan ayah dan anak itu lebih kuat dari Opy dan Esa sendiri. Pantas saja tidak ada keluarga Ardi yang curiga dengan hubungan Ardi dan Esa. Mereka memang ayah dan anak sebenarnya.
Pintu ruang kerja Ardi terbuka dan pria itu tidak menutupi ekspresi muramnya sama sekali. Opy tak mau menambah muram, tapi tetap saja mereka harus membahas ini.
"Aku yakin Musesa lebih dewasa dari yang terlihat," ucap Ardi. "Dia mengerti apa yang mami Karyn ucapkan tadi. Makanya dia nangis dan nggak mau ada yang lihat."
Ardi mengurut wajahnya dengan lelah. Bagaimana masalah bisa begitu rumit? Musesa tahu posisi Draka tanpa adanya persiapan. Apa yang akan anak itu rasakan setelah bangun dari tidurnya nanti? Apakah kecewa?
Opy memeluk tubuh suaminya yang tak bisa direngkuh utuh dengan kedua tangan Opy. Dia benar-benar beruntung karena mendapatkan semua hal seperti yang dia mau. Meski sempat mengalami masalah, tapi Opy tahu dirinya lebih beruntung ketimbang Ery.
"Dia pasti akan bicara dan bertanya ke kamu, Ar. Hanya kamu yang dia percaya sampai menangisnya aja hanya kamu yang tahu tadi."
Ardi membuka tangannya dan bertatapan dengan sang istri.
"Aku nggak bermaksud menyindir kamu tadi, My Opium. Aku hanya gemas karena kamu dan Ery sama-sama bungkam, tapi merasa saling tersiksa. Aku benci melihat kesalahpahaman kalian. Itu hanya membuat banyak pihak merasa serba salah dan keputusan apa pun yang diambil akan tetap menyakitkan. Jadi, aku mau kamu komit untuk menceritakan segalanya saat aku membawa kamu untuk bicara nanti. Bisa, kan?"
Meski tak siap, Opy akan selamanya tak siap jika terus begini. Mungkin dengan dorongan yang Ardi lakukan Opy bisa mengatakan semuanya.
"Ya. Aku harus melakukannya, tapi temani aku, ya?"
Ardi menjawabnya dengan ciuman panjang dan dalam di ruang kerja tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE WANTS TO FIX ME / TAMAT
General Fiction{Tersedia e-book di google playbook untuk versi lengkap seperti versi buku. Di Wattpad tersedia bab tamat versi Wattpad.} Trophy Aglaea harus merasakan kecewa dan rasa sakit yang begitu panjang karena hancurnya kepercayaan akan hatinya dihanguskan...