19. LAZUARDI

8.8K 1.7K 85
                                    

Kebingungan bukan hanya melanda pada Ardi. Pun Trophy yang terdiam dan seolah melupakan ucapan permintaan maafnya tadi. Ah, sudah jelas sekali tadi Trophy menyampaikan banyak kata untuk Ardi. Sekarang malah sepertinya akan segera berganti dengan kemarahan perempuan itu. Ulah Alini memang ada-ada saja. Lagi pula, kenapa gadis itu bisa mengetahui Ardi ada di lantai bawah?

"Mas--"

"Alini, dengar. Naik ke atas sekarang juga atau aku akan marah sama tindakan nggak sopan kamu ini?" Dengan tegas Ardi menghentikan skenario bodoh adiknya.

Melakukan hal semacam ini belum tentu akan membuat Trophy merasa cemburu, bisa jadi malah merusak usaha Ardi selama ini.

"Tapi aku juga berhak ngomong sama dia! Mas Ardi nggak boleh sembunyiin calon--"

Sekali lagi Ardi membungkam mulut adiknya yang mudah sekali berujar sembarangan. Tidak berhati-hati dan terlalu ceroboh. Jika begini ceritanya, Ardi tidak akan memberikan izin bagi Alini untuk ikut ke tempat tinggalnya.

"Naik sekarang atau aku telepon kakek untuk menyuruh orangnya menjemput kamu sekarang juga?"

"Ish!" Alini memicing tak suka pada Ardi. Lalu pandangannya beralih kepada perempuan di depannya.

Dengan cepat, Alini yang masih belum puas membuat Trophy semakin terperangah dengan adegan selanjutnya.

Cup

Alini mencium pipi kakaknya seolah pria itu adalah kebanggaannya. Kenyataannya memang Ardi adalah pria kebanggaannya. Karena bukan ayah mereka yang dijadikan kriteria mencari pasangan oleh Alini, tapi Ardi.

Alini yang mendapati wajah Trophy menoleh ke arah lain dengan cepat langsung berbisik, tetapi masih bisa didengar Opy.

"Aku tunggu di atas."

Sudah. Semakin puas Alini mendapati wajah memerah Opy yang entah salah tingkah atau marah dengan situasi tersebut. Yang jelas Alini tidak peduli. Karena diam-diam Alini juga kesal pada perempuan yang tidak kunjung menerima cinta kakaknya itu.

"Trophy ... maaf. Alini itu tadi--"

"Kamu ternyata sama aja. Brengsek kamu."

Ardi mengerutkan dahinya dengan dalam. "Apa?"

"Bagaimana bisa kamu mengajak aku menikah, sok berjuang untuk anak ini, tapi kamu udah punya pasangan! Dasar brengsek!"

Gema yang terucap dari mulut Trophy membuat Ardi tidak bisa banyak membalas. Perempuan itu menutup diri untuk mendengarkan penjelasan Ardi.

"Dengerin aku dulu," ucap Ardi berusaha untuk menjelaskan segalanya.

"Nggak!"

Trophy membuka pintu apartemennya kembali, dan tanpa bersiap, tenaga Ardi mendorong tubuhnya masuk bersamaan pria itu. Dengan mata tertutup, tiba-tiba saja dia sudah berda di dalam unitnya dan dihimpit oleh Ardi di pintu bagian dalam.

"Apa-apaan, sih?!" Trophy memberontak. "Lazuardi, kalo kamu--"

Trophy tidak bisa mengucapkan apa pun lagi. Karena bibirnya dibungkam oleh bibir pria di depannya. Mereka sama-sama terkejut. Namun, yang pertama kali melepaskan diri adalah Ardi. Kini keduanya menjadi salah tingkah.

"Sudah aku bilang, dengerin aku dulu. Alini bukan pacarku."

"Bohong! Kalo bukan pacar kenapa dia lancang cium pipi kamu?"

Ardi memajukan wajahnya, sengaja mengancam Tophy seakan pria itu akan kembali menciumnya hingga mata Opy terpejam seketika.

Inilah saat bagi Ardi untuk bicara.

"Dia adikku. Alini boleh mencium pipiku, kakaknya. Tapi dia nggak akan pernah aku izinkan mencium bibirku, karena aku hanya mencium bibir perempuan yang aku mau dan aku suka."

Ketika mata Trophy kembali terbuka, dia mendapati Ardi menatapnya begitu dalam dengan jarak sedekat ini. Sungguh, wajah pria yang baru saja mencium Trophy ini  lebih tegas ketimbang Draka. Siapa perempuan yang tidak berdegup kencang berada di dekatnya?

"Dia ... adik kamu? Benar-benar adik kamu?" tanya Trophy dengan suara memelan.

"Iya. Dia adikku. Dan kamu adalah perempuan yang aku mau. Kalian punya porsi yang berbeda. Jadi, kamu nggak usah cemburu begitu."

Membelalak, Trophy mendorong tubuh Lazuardi untuk mundur.

"Siapa yang cemburu? Kamu pikir aku cemburu sama kamu? Aku, tuh, cuma nggak habis pikir. Kamu tadinya ngajak aku nikahlah, tanggung jawablah, dan segala macem, tapi tiba-tiba ada perempuan yang manggil kamu seperti itu dan cium pipi kamu seolah kalian pasangan. Siapa yang nggak marah kalo dibohongi?!"

Ardi tidak bisa menyembunyikan senyumannya, dan jelas saja senyuman itu membuat Trophy panas dingin sendiri.

"Kami memang pasangan, Trophy. Pasangan kakak adik."

Ditertawakan oleh Ardi seperti itu, Trophy merajuk. Dia mengusir Ardi sekali lagi dari tempat tinggalnya.

"Sana keluar! Aku nggak mau kamu masuk rumahku."

Ardi mengangkat tangannya.  Dia akan memilih mengalah ketimbang membuat perempuan itu semakin marah.

"Ini, susu setelah aku tinggal kamu berhari-hari. Aku kangen beliin anakku susu. Dia harus cepet besar, supaya aku bisa ketemu dia."

Ardi bisa melihat tubuh menegang Trophy setelah mendengar kalimat itu. Dia segera menaruh susu dalam kotak itu di atas meja dan pergi tanpa menunggu kalimat usiran lainnya.

HE WANTS TO FIX ME / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang