51. LAZUARDI

7.9K 1.3K 58
                                    

Pulang ke Jakarta bukan hal yang mudah saja untuk mereka lakukan. Ini bukan hanya sekedar pindahan seperti sebelumnya. Ardi jelas meminta Opy untuk mempersiapkan segalanya untuk kepulangan mereka selama Ardi juga mempersiapkan tempat tinggal di sana. Meninggalkan rumah megah di Hawaii juga harus melakukan persiapan, karena sekarang ini Tristan tidak ada di sana. Lelaki itu sudah memiliki jalan hidupnya sendiri yang sedikit banyaknya membuat Ardi merasa sangat terkejut. Tak perlu dicampuri lagi, Ardi tahu ada kisah rumit yang mengikat Tristan dan adiknya entah bagaimana jalannya. Karena hingga kini yang Ardi tahu, adiknya tak mau banyak membuka diri padanya.

Pernah Alini menghubungi istrinya, Trophy, tapi perempuan itu tidak memberikan cerita karena katanya Alini yang meminta hal itu dirahasiakan. Rahasia perempuan. Begitulah yang diucapkan oleh Opy.

Sekarang, Ardi pulang lebih dulu ke mension nya berada. Sebelum menyongsong masa depannya dan keluarga di Jakarta. Sebagian dirinya memang tidak begitu menyukai pilihan ini, tapi mau tak mau, cepat atau lambat hal ini akan terjadi juga. Dia tak mau dikira tak memiliki keluarga dan wanita pilihan dan dunia tidak menyambut istri serta anaknya yang lucu semakin lama. Dunianya harus tahu bahwa ada Opy dan Musesa yang tidak akan pernah mereka kira bisa masuk dan menerobos prinsip hidup Ardi.

"Dadaaa!" seruan Musesa terdengar nyaring. Anak itu sudah rapi mengenakan baju tidur berwarna lilac yang cocok sekali dengan kulit bersih Esa.

"My baby! Hup!" Ardi merentangkan tangan dengan cepat, merunduk dan segera menimang Esa dalam gendongannya. Pria itu masih sangat sangat cocok disebut sebagai papa muda dengan otot tangan yang semakin kekar dan terlihat bentuknya ketika memakai kemeja kerja. Kebiasaan Ardi yang tak mau memakai jas ketika bekerja membuat Opy seringnya marah dan memberikan ultimatum tak akan mengizinkan pria itu dekat-dekat dengannya. Ketika Ardi tanya mengapa, jawabannya menjelaskan betapa Opy tak perlu menyatakan perasaannya pada pria itu karena sudah terlihat kecemburuannya.

"Aku nggak suka ada perempuan lain yang melihat betapa indahnya lekukan otot tangan kamu, Ar."

"Mereka hanya melihatnya, karena mereka punya mata, Sayang."

Opy menggelengkan kepala dengan dramatis. "Mereka nggak hanya melihatnya, mereka juga akan membayangkan bagaimana jika tangan kekar kamu menaungi mereka ketika berada di atasnya."

Ardi bisa menghentikan kecemburuan dan kecemasan itu dengan menangkup wajah istrinya dan mengatakan apa yang memang harus Opy sadari. "Biarkan mereka semua melihat dan bahkan membayangkan apa pun. Karena hanya kamu yang aku izinkan untuk menyentuhnya, menggenggamnya, meremasnya, dan merasakan segala tekanannya. Bukan mereka, My Opium."

"Dadaa yama cekali come home nya," protes Esa dengan bibir yang sengaja dimajukan. Kerah sang papa dijadikan mainan oleh jemarinya yang kecil dan suka sekali iseng. Kebiasaan ini mengingatkan Ardi pada Opy yang suka juga memainkan kerah kemejanya dan mengusap kemana-mana untuk menarik perhatian Ardi. Apa putrinya belajar hal itu dari sang mama?

"I am so sorry, Baby. Dada sedang melihat pekerjaan dari pegawai Dada."

"Hu uh! Dada nggak miss Eca, ya?" tanya anak itu sengaja membuat Ardi merasa semakin bersalah. "Dada juda nggak bling samting fol Eca."

Ah, Ardi benar-benar selalu kalah dengan putrinya. Padahal tadi pagi saat pergi berpamitan untuk bekerja, Esa tidak menitipkan pesan apa pun padanya. Ardi yakin dirinya tidak melupakan apa pun. Dia masih kurang peka jika saat pulang harus membawa sesuatu untuk Musesa, kesayangannya.

"Oh ... Dada nggak bawa apa-apa supaya kita pergi langsung bertiga. We can find what Dada's princess wants."

"Not again, please!" Opy muncul dengan gaun tidurnya yang dibalut jubah berwarna navy. Perempuan itu tampaknya sudah siap untuk menyambut Ardi. Ini malam romantis para kekasih bertemu, dan sebagai kekasih setelah menikah, Opy dan Ardi rutin melakukan aktivitas ranjang.

"Hu uh! Moma peyit!" seru Esa. Namun, anak itu masih berusaha mempengaruhi papanya dengan berkata, "Yapi Dada mau pelgi cama Eca, just both of us, light?"

"No! Mama nggak kasih izin."

Anak itu semakin mengerutkan dahi menatap mamanya. Dengan begitu besar tangannya direntangkan, Esa yang semula hanya memeluk leher Ardi kini menjadi memeluk bahu papanya dengan sangat posesif.

"Esa? Apa maksudnya itu?" tanya Opy tanpa lupa membalas kernyitan juga pada putrinya. Ia mengendus gelagat tak menyenangkan dari putrinya.

"Dada pelgi tidul cama Eca. Moma nggak oyeh join with us!"

Opy menatap suaminya dengan garang. Mengatakan bahasa isyarat dari seluruh gerakan wajahnya pada Ardi; "Kamu nggak akan membiarkan Esa menjadi ratu kamu malam ini, kan? Aku ratu kamu, Esa hanya putri kamu!"

Ardi berdehem dengan pelan. Dia selalu dihimpit dan diperebutkan oleh dua perempuan dengan banyak kesamaan yang seringkali membuatnya dilema dan berada dalam situasi sulit.

"Dada boleh tidur sendiri aja, nggak?"

Sontak saja kedua perempuan itu langsung menyahut bersamaan.

"Nggak akan!"

"No, Dada!"

Ardi menaikkan kedua alisnya. Melihat Esa dan Opy saling berpandangan dengan ekspresi saling gengsi untuk menyatakan bahwa daripada pria kesayang mereka tidur sendiri, lebih baik mereka tidur bertiga dan bisa berada dalam pelukan hangat pria itu.

"Jadi, Dada harus gimana? Dada nggak mau sendiri-sendiri. Harus ada Esa dan Moma kalo tidur, gimana?"

Musesa menyandarkan kepalanya di bahu sang papa. "Eca bobo di kamal Eca," kata anak itu. Jika kebanyakan anak suka tidur bersama orangtuanya, tidak dengan Esa. Anak itu tak suka dihimpit ketika tidur. Tidak ditengah, maupun di pojok. Padahal hal itu dilakukan Ardi dan Opy agar anak itu tidak terjatuh. Itu sebabnya Esa memiliki kamar sendiri dan tempat tidur king size tanpa ranjang kayu. Benar-benar berada di bawah. "Yapi pintunya halus dibuka."

Pintu penghubung antara kamar Ardi dan Opy dengan kamar Esa memang biasanya dikunci. Membiasakan anak itu saja, meski memang ketika malam hari setelah aktivitas menekan ranjang hingga berbunyi di dinding selesai, pasangan itu tetap membukanya kembali tanpa Esa tahu.

"Gimana, Moma? Jadi, boleh nggak pintunya dibuka malam ini?"

Opy tahu sedang digoda oleh suaminya. "Ya. Moma kasih izin." Tanpa Ardi tahu bahwa itu adalah awal hukumannya. 

[Untuk malem mingguan, nih!]

HE WANTS TO FIX ME / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang