Trophy belum pernah menunjukkan sisi yang seperti ini sebelumnya. Dulu, meski hidup bersama Draka sebagai pasangan kekasih, dia tidak bergerak dengan insting sejauh ini. Tak tahu apakah dirinya yang sangat terbawa oleh keinginan berdasarkan hormon, atau memang Ardi membuatnya tergila-gila hingga sebegininya. Yang jelas, Trophy tak bisa menjadikan dirinya normal selayaknya semula. Trophy yang lugu dan terlihat pemalu serta manja mampu menunjukkan jati dirinya yang lain; liar dan tidak bisa menahan dirinya untuk bertindak nakal.
Hembusan napas berderu diantara riak air yang bergerak karena dua orang di dalamnya memadu kasih hingga air bergelombang kemana-mana. Tak tentunya arah Ardi dan Opy membuat kolam yang mereka jadikan tempat untuk mengimbangi panasnya suhu tubuh mereka turut tak tentu arahnya.
"Kita naik?" tanya Ardi. Sebenarnya pria itu ingin menawarkan diri untuk menggendong tubuh Opy ke ranjang. Namun, perempuan itu langsung menggeleng dengan tegas dan cepat. Penolakan yang semacam itu tidak bisa Ardi abaikan begitu saja. Pria itu suka untuk menuruti apa yang Opy mau. "Kenapa? Kamu mau kita melakukannya di sini?"
"Iya."
Opy adalah perempuan yang memiliki prinsip untuk menentukan sesuatu. Apa yang perempuan itu inginkan tidak bisa diganggu gugat.
"Tapi kamu bisa kedinginan," ucap Ardi mencoba memberikan alasan yang logis. Dan memang Ardi mengkhawatirkan kondisi Opy nantinya.
"Nggak. Aku nggak akan kenapa-napa, Ar. I want you, right here, right now."
Itu mudah saja untuk Ardi berikan. Namun, seorang gentleman seperti dirinya tidak akan menyakiti atau bersikap kasar hanya untuk menuntaskan gairah mereka saja. Tidak akan pernah Ardi lakukan untuk menyentuh perempuan yang ia cintai seperti pemuas nafsu semata.
"Duduk di tangga kolamnya dulu kalau begitu." Ardi memiliki rencana untuk memanjakan Opy meski perempuan itu tak memintanya.
Opy menurut. Dengan patuh, perempuan itu duduk di tangga kolam yang tetap membasahi kaki Opy. Ardi berada di depan Trophy dan memberikan tatapan lekat. Sexy as hell. Meski minim pengalaman, Ardi mampu terlihat sangat menggairahkan, bahkan hanya melalui tatapan matanya saja.
Saat pria itu tak berniat untuk menurunkan celana renangnya, Opy mengambil alih. Tangannya bergulir di dada hingga ke perut yang tidak rata itu. Perut yang memiliki otot dan pusar yang menggoda bagi Opy. Perempuan itu bahkan tak tahu jika pusar bisa begitu indah dan menyenangkan untuk disentuh dan dikulik dengan jemarinya.
"Apa yang kamu cari di sana, Opy?" tanya Ardi yang merasa sulit bernapas.
Opy mendongak dan meminta Ardi menurunkan wajahnya dengan telunjuk yang digerakkan memberi tanda 'mendekatlah padaku sayang' seperti perempuan nakal. Saat wajah Ardi hanya berjarak beberapa senti, Opy menjilat permukaan bibir pria itu. Mencium bibir Ardi yang sekadar menggoda saja, karena ketika Ardi berusaha membalas untuk mengimbangi, Opy melepaskan diri.
"Aku mau mendapati kamu yang hilang kendali, Ar."
Seperti tak pernah merasakan tulang leher mereka akan sakit dengan posisi yang sama karena tak ingin melepaskan tatapan, Ardi sengaja tetap memposisikan mata mereka untuk bertaut dan menelusupkan jemarinya di balik celana dalam Opy dari balik kaus biru muda berukuran besar milik Opy.
"Aku nggak mengira kamu akan menggunakan celana dalam ini saja, Opy. Aku pikir, kamu menggunakan celana pendek."
Bagaimana mungkin Ardi tidak semakin panas dingin, karena ternyata selama berguling-guling di kasur tadi, Opy sudah tak menggunakan celana pendek dan hanya celana dalamnya yang berenda tipis saja.
Trophy menjawabnya dengan melebarkan kedua kakinya tanpa ragu untuk Ardi. Menyentuh pergelangan tangan pria itu yang banyak otot menonjol berkat latihan. Mendorong maju tangan Ardi karena pria itu memasukkan satu jemari di dalam inti Trophy.
Satu lenguhan lolos dari bibir Opy. Mata perempuan itu memejam untuk beberapa saat, dan mendongak hingga rambutnya menyentuh air yang menggenangi tangga kolam. Ardi menggunakan kesempatan itu untuk mencium leher bersih Opy dan mengecupnya agak keras dan dalam. Ardi sedang memberi tanda pada pasangannya.
Meski sedikit merintih karena ada sensasi perih bekas usaha membuat kissmark itu, Opy masih bisa tersenyum nakal membayangkan betapa merahnya tanda tersebut ketika dirinya bercermin nanti. Opy gunakan tangan kanannya untuk menjambak rambut Ardi, sekaligus mengaturnya agar Ardi tak hanya fokus di leher saja. Opy ingin bagian dadany turut merasakan dominasi bibir Ardi.
Masih ada kaus biru muda yang dikenakan oleh Opy, tapi tak menjadi halangan karena basahnya kaus itu membuat Ardi dengan mudah melihat cetakan dipucuk buah dada Opy terbentuk.
"What do you want, Honey?" Ardi sengaja membuat Opy pecah akan fokusnya. Menghentikan Opy dari sentuhan Ardi yang memabukkan.
"Kamu. Sekarang!"
Ardi menjilat puncak kiri Opy hingga bibir perempuan itu terbuka sembari menatap gerakan sensual Ardi. "This?" Ardi menggigit kecil sebelum Opy mampu menjawab pertanyaan Ardi. "Or this?"
"Damn ... I hate you, Ar!"
[Lanjutan masih menunggu. Sabar, tenang. Ini baru jilat-jilatan🤭]
KAMU SEDANG MEMBACA
HE WANTS TO FIX ME / TAMAT
General Fiction{Tersedia e-book di google playbook untuk versi lengkap seperti versi buku. Di Wattpad tersedia bab tamat versi Wattpad.} Trophy Aglaea harus merasakan kecewa dan rasa sakit yang begitu panjang karena hancurnya kepercayaan akan hatinya dihanguskan...