Tidak ada hal yang tidak mudah bagi Ardi. Lebih tepatnya semua hal yang berurusan dengan keuangan. Pria itu mampu pindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mudah, ketika mendapatkan rumah yang disuka, Ardi bisa membelinya. Jika mengikuti perumpamaan yang sekarang ada, Ardi adalah anak sultan. Dia menipu hampir semua orang dengan penampilannya yang bak dosen biasa di kampus. Tidak setampan ketika Opy mengamati pria itu terus menerus hingga mendapat kesimpulan, bahwa Ardi memang tampan.
"Aku bawa tasnya. Kamu jangan bawa apa pun."
Sebagai seorang pria yang sangat bertanggung jawab, Ardi tidak mengizinkan Opy untuk banyak bergerak sejak keberangkatan mereka ke Hawaii.
"Aku nggak apa-apa. Dorong kopernya juga masih bisa."
Ardi hanya perlu mendelik pada perempuan itu dan sukses membuat Opy diam. Semenjak ciuman mereka yang kedua, komunikasi yang terjalin memang menjadi lebih baik. Bahkan Ardi sudah diizinkan menginap sebelum mereka berangkat. Alasannya, karena Opy takut terlambat bangun ketika sudah tidur. Bawaan bayinya terkadang lebih sulit dikendalikan dari apa yang Opy bayangkan.
"Apa orang kamu udah ada yang jemput?" tanya Opy sembari mengusap pinggangnya yang lelah.
"Sudah. Tristan akan ke sini, dia sengaja menunggu."
Ardi tahu posisi Tristan yang tak jauh dari tempat mereka berada saat ini. Namun, Ardi ingin Tristan yang menghampiri mereka. Tidak mau membuat Opy berjalan lagi.
Satu bunyi klakson membuat Ardi memberitahu Trophy bahwa itu adalah Tristan. Trophy menampilkan senyuman lega, akhirnya mobil jemputan datang juga.
"Ayo!"
Ardi menyukai Trophy yang semakin ekspresif. Hanya mendapati mobil jemputan saja, perempuan itu sudah sangat bahagia.
"Iya, ayo. Hati-hati, Opy. Jangan sampai ada omelan yang harus aku lakukan supaya kamu nggak lari-lari."
Sungguh Trophy bangga memiliki Ardi yang sangat tidak lelah mengingatkannya agar selali waspada dan hati-hati menjaga kandungan. Ini bahkan bukan bayi pria itu, tapi perhatian yang Ardi punya sangat luar biasa. Bagaimana ketika nanti anak yang Opy jaga lahir ke dunia? Apa Ardi hanya akan mementingkan anak itu ketimbang Opy?
Menyadari lamunan Opy, pria itu menyentil kening perempuan yang sudah menarik perhatiannya itu. "Malah bengong. Ayo kita naik ke mobil."
Trophy hanya bisa tersenyum. Uluran tangan Ardi disambutnya dengan baik, pria itu memiliki tingkat kepekaan yang tinggi.
Tristan yang menunggu langsung menjalankan mobilnya begitu Ardi dan Opy duduk nyaman setelah memastikan koper dan tas masuk ke dalam bagasi rapi. Mereka tidak banyak bicara selama perjalanan, karena Opy yang sudah kelelahan dan mudah sekali tidur di bahu Ardi tanpa sungkan.
"Aku belum kenalan dengan pasanganmu, Kak." Tristan memutus fokus Ardi pada wajah Opy yang lelap.
"Nanti saja. Trophy kelelahan, kandungannya mendorongnya harus banyak istirahat."
Sangat protektif. Tristan tertawa kecil dibuatnya. "Baru kali ini aku melihat kamu sangat takut dengan kondisi perempuan, Kak."
Ardi berdecak, tak suka dengan kalimat usil Tristan. "Kamu jangan kebanyakan lihat ke belakang! Bawa mobil yang benar, Tristan."
Sekali lagi Tristan tertawa dibuatnya. Sikap Ardi memang sangat lucu bagi siapapun yang sebelumnya tak pernah mendapati Ardi dekat dengan wanita.
"Oke-oke. Ini aku nyetir dengan baik. Demi anak kakak dan pasangan."
Panggilan kakak memang Ardi yang memaksanya. Tristan semula juga tidak nyaman, tapi lama-lama bisa menyesuaikan diri.
"Jangan lupa nanti kamu mampir ke toko bunga, Tristan. Aku mau kasih kejutan untuk Trophy di kamar kami."
Tentu saja hal itu memantik tatapan usil Tristan kembali. "Owww, malam pertama ceritanya, Kak?"
Ardi tidak membalasnya. Bunga bukan sebagai sambutan malam pertama, tapi Ardi ingin perempuan itu merasa diistimewakan. Ardi ingin hubungan mereka dimulai dari awal dengan hal romantis. Di Hawaii, mereka harus memulai jalinan kasih yang baru. Tidak lagi berbatas seperti orang asing.
"Beli bunga apa, Kak? Nanti supaya langsung aku carikan tanpa lama."
"Belikan apa saja. Jangan lupa yang bucket besar dan bunga yang ditaburkan di atas ranjang."
Tristan tidak tahu jika Ardi sangat serius dengan bunga yang biasa digunakan untuk berbulan madu. "Serius, ya, Kak? Mau honeymoon?"
"Apa pun yang mau aku lakukan, kamu nggak perlu bertanya ke arah privasi. Ingat, Tristan mulai sekarang aku nggak tinggal sendirian. Ada perempuan yang pasti sangat kusayang dan kamu nggak bisa lagi sembarangan keluar masuk kamarku nanti. Aku sudah nggak sendirian, aku bukan jomblo."
Tristan menahan tawanya yang ingin meledak. "Kalau ada Alini, dia pasti sudah mengejek kakak nggak ada habisnya."
Alini akan melakukan itu. Tristan tidak salah sama sekali. Tapi Ardi tidak akan malu, karena dia memang sedang dalam mode bucin yang tidak malu dengan semua kalimat usil siapapun.
"Kamu fokus nyetir, Tristan. Aku mau fokus menatap Trophy. Tolong diam."
Kalau sudah menjadi budak cinta, mana ada yang didengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE WANTS TO FIX ME / TAMAT
General Fiction{Tersedia e-book di google playbook untuk versi lengkap seperti versi buku. Di Wattpad tersedia bab tamat versi Wattpad.} Trophy Aglaea harus merasakan kecewa dan rasa sakit yang begitu panjang karena hancurnya kepercayaan akan hatinya dihanguskan...